GAUK NAU MANGGARAI
- Medes = tegak lurus / jujur / setia
- Sedek = tegak lurus
- Lencek = tegak lurus
- Seber = rajin,
- Neka ngonde (nenggo) = jangan malas (1 - 5, JPS, 27 September 2024).
GAUK NAU MANGGARAI
NUNDUK ADAK TODO
https://www.facebook.com/reel/917579473730145
Pange (menurut) Kraeng Agustinus, adak Todo
Empo de adak Todo mai peang mai Minangkabau, Sumatra Barat.
Empo hoo pake perahu. limbang tasik mbilar.
Perahu dise asi wa Werloka, Kecamatan Komodo. Mai wa mai Werloka ise masuk Lale Lombong (Lembor), poli hitu masuk Todo.
Kraeng Agustinus wae (keturunan) te 10.
JPS, 25 September 2024.
********
Damang terjemahkan ngger one Tombo Manggarai nunduk hoo.
NUNDUK GENDANG LOKE NGGERANG (WELA LOE) - .....(VERSI) .TODO
SEJARAH LOKE NGGERANG (WELA LOE) – BERSI TODO
https://www.youtube.com/watch?v=fiWEnoYqMCg
Dere LAWA GO
- kisah tentang Kerajaan Manggarai /
TODO – Todo Ibu kota , Ruteng sebagai ………
Leluhur Wae
Rebo – bagian dari Kerajaan Todo yang berperan sebagai Penjaga
Gudang.
Saya menulis
kisah ini seturut penuturan Tetua Adat
Niang Todo: Bapak Agustinus Bandung, Keturunan ke 10 Adak Todo. Suku
Todo berasal dari Minangkabau. Bapak Agustinus ini keturunan ke 10- Orang Minangkabau
di Todo. Lalu Herry Nabit (Bupati
Mannggarai ( 2021 – 2024, 2024 -2029). Setelah 56 tahun baru
orang Todo menjadi pemimpin
(Bupati) di Manggarai.
Di Kampung Todo, Kecamatan
Satarmese Utara, Kabupate Manggrai ada alam musik tabuh yang disebut Gendang Loke Nggerang. Gendang ini sangat khas karena terbuat dari kulit
manusia. Bagaimana sejarah Gendang Loke
Nggerang ini? Berukut kisahnya versi orang Todo.
Zaman dahul;u, Kerjaan Todo
membina relasi dengan Kerajaan Bima. Hubungannya adalah Bima sebagai tuan (Pemimpin) dan Suku Todo sebagai yang dipimpin (bawahan). Sebagai bawahan Todo
harus menyerahkan upeti (persembahan) kepada Kerajaan Bima. Pada suatu
hari Kerajaan Todo mengutus orang ke
Bima untuk membawa upeti. Nama utusan itu adalah Kraeng Parera. Keluarga
Kraeng Parera menjaga niang Paa
(?) di Karajaan Todo. Kraeng Parera menuju Bima untuk membawa Upeti. Di sana
dia berkeanal dengan seorang gadis cantik. Ada rasa ketertarikan diantara mereka. Gadis
ini keturunan India. Lalu mereka kawin. Saat Kraeng Parera pulang ke Manggarai, istrinya ikut
juga. Ketika tiba di Labuan Bajo Manggarai, mereka beristirahat sebentar.
Lalu ada kabar bahwa keluarga dari istrinya di India sakit. Maka Karaeng Parera menuju ke India untuk menjenguk keluarga
istrinya. Saat itu kondisi istrinya sedang mengandung. Kraeng Parera
berpesan, apabila nanti anak ini lahir, jenis kalaminnya laki-laki maka biarkan dia hidup tetapi bila bila jenis kelaminya perempuan maka ia harus dibunuh.” Pesannya. Istrinya
mendengarkan dan mencamkan hal itu. Lalu istrinya yang seang mengandung itu pindah ke Ndoso (bagian Utara Todo) . Tiba saatnya Ia melahirkan. Tenyata anaknya adalah perempuan.
Anak ini sangat cantik. Ibunya memberi nama Rueng. Maka timbul rasa sedih dalam hati istrinya karena ia harus membunuh anaknya hanya karena
berjenis kelamin perempuan. Maka dia
mencari akal, bagaimana meyelamatkan anak cantiknya ini, sambil tetap patuh kepada
suaminya. Maka ia berpikir
mencari solusi. Dia menemukan ide yakni anak
itu dibiarkan hidup tetapi harus
diserahkan kepada orang lain untuk mengasuhnya dan sebagai gantinya dia membunuh seekor
anjing lalu menguburkannya di tanah. Nanti kubur itu sebagai bukti nyata untuk ditunjukkan kepada suami bahwa
anak mereka berjenis kelamin perempuan
dan seturut nasihat suami, harus dibunuh dan dikuburkan. Dia lakukan hal itu. Bayi cantik perempuan
ini dia
serahkan kepada seorang nenek
penjaga kebun di tepi hutan. Anak itu bertumbuh menjadi gadis remaja. Kecantikannya memesona semua orang. Kisah kecantikannya
tersebar ke berbagai penjuru wilayah, bahkan
sampai ke Kerjaan Bima. Selain sampai ke
Raja Bima, kisah kecantikan gadis remaja ini sampai juga ke Raja Todo.
Kedua raja ini ingin menikahi gadis ini.
Mereka bersaing untuk
mendapatkannya. Demi menghindari
pertengkaran maka diputuskan gadis ini dibuuh saja. Saat ini dia masih sangat
belia. Dia ibarat bunga yang sedang mekar-mekarnya. Maka anak
gadis itu disebut juga dengan sebutan Wela Loe ( Bunga muda yang sedang mekar indah
menawarik hati). Raja Todo
memerinatkan kulit gadis itu dibuatkan
gendang. Todo dan Pongkor merupakan
kakak beradik. Lalu Gendang kulit Nggerang (Wela Loe) ini dibagi 2,
Gendang kulit perut disimpan di Niang Todo, sedangkan kulit punggung disimpan
di Niang Pongkor. Pada suatu masa. Ada momen di mana Gendang /
Niang Pongkor terbakar maka Gendang Loke
Nggerang juga turut terbakar. Gendang Nggerang (Wela Loe) sekarang tesimpan di Niang Todo. Keadaannya sudah
rusak. Beberapa daswarsa yang lalu, Guru Tadeus mengambil sedikit kulit Gendang Nggerang
lalu memberikannya kepada Pater Stanis Ograbeck, SVD – misionaris Polandia
– membawa sebagain kecil kulit gendang
Nggerang (Wela Loe) ini ke Polandia untuk diteliti apakah itu benar-benar kulit
manusia atau kulit hewan,. Hasil penelitian menunjukkan bahwa itu kulit
manusia. Maka Pater Stanis menganjurkan
agar Gendang ini dijaga dan dirawat
dengan baik supaya tidak cepat rusak.
Maka dibuatkan peti kaca lalu gendang
Nggerang (Wela Loe) disimpan di situ sampai sekarang. Saat ini, untuk melihat Genang Loke Nggerang (Wela Loe) harus minta izin
kepada tetua adat di Todo. Bila tidak meminta izin maka tidak akan munculk bila diambil gambarnya/ videonya. Selain Gendang nggerang di Niang Todo ada Pedang yang disebut Temba Jera, Pedang itu bernilai magis karena bila ada orang yang berniat jahat kepada Todo, maka tetua
adat Todo mengadakan ritual adat, maka
pedang itu akan terbang sendiri
untuk mencari musuh yang meyakiti Todo . Pedang itu bisa ja melukai atau
membunuh musuh itu. Ada nyanyian dan music Manggarai yang mengisahkan Wela loe yakni: Taki tu
Wela Loe. Itu kisah Gendang Loke Nggerang di Niang Todo.
JPS, 21 Juli 2025.
DERE EMBONG ANAK ( NB: Huruf é)
1. EMBONG ANAK Le: Frans Jelata
Embong anak, embong anak geong ge...... ( i i ii, 6 6 65 67 6 55)
Anak bara neka jangar (5 6 65 53 33)
Wua tuka neka wula ( 44 54 42 43)
Embong anak, embong, embong o......... (33 43 2 11)
Toko ga...., toko ga, toko ga...., toko ga.... som toko ga... ( 33 4 55 , 33 4 55 5 44, 55 44 33)
JPS, 23 September 2024, not ditulis pada Oktober 9, 2024, edit lagi, 21 Mei 2025.
2. NDING NDAKA NDING
Ndong ndaka nding ndaka nding, ndaka nding
Eme ge...eme tua' ga,
Ngo sekola ga, sesop bel.... ga, belpoint
JPS, 23 September 2024