[20.00, 25/7/2025] +62 812-8872-7241 (Dominikus) :
IKAMADA
Sejarah Kepemimpinan IKAMADA : Jejak Para Perintis dan Pengabdi Tanah Rantau !
Setelah kepemimpinan perdana Alm. Bapak Alex Gunur, seorang aktivis dan tokoh perintis yang mendirikan IKAMADA pada tahun 1968 di Jakarta, estafet kepemimpinan berlanjut kepada figur-figur berkarakter kuat dan penuh dedikasi, yang berasal dari berbagai latar perjuangan namun dipersatukan oleh satu semangat: cinta akan tanah kelahiran Manggarai .
Bapak Ludo Syukur – Sang Guru yang Menjadi Profesional
Ketua IKAMADA generasi berikutnya adalah Bapak Ludo Syukur, putra seorang GURU senior di Lamba Leda Raya adalah seorang pendidik tulen, mengikuti jejak ayahnya Guru Bocok, alumni dan mantan guru di Syuradikara Ende – sekolah Katolik legendaris di Flores yang dikenal karena mutu pendidikan dan keteguhan nilai-nilai moralnya.
Di masa mudanya, Om Ludo adalah seorang aktivis muda yang progresif. Ia pernah memimpin Partai Katolik NTT dan menjabat sebagai Ketua Pemuda Katolik NTT, membuktikan kapasitas kepemimpinan dan komitmennya terhadap pembangunan generasi muda Katolik di tanah Flores.
Setelah hijrah ke Jakarta, ia menempuh medan perjuangan baru di dunia profesional. Kariernya berkembang di sektor swasta, dimulai dari perusahaan Buyer, lalu meniti tangga sukses di Volvo, hingga akhirnya menutup pengabdiannya sebagai salah satu tenaga andal di Suzuki Indonesia sebelum pensiun.
Dari seorang guru di pelosok Flores, ia menjelma menjadi profesional yang tangguh—potret transformasi orang Manggarai yang gigih belajar, berani melangkah, dan mampu bersaing di Ibu Kota. Kepemimpinannya di IKAMADA memberi napas baru: semangat modernitas, keterbukaan, dan sinergi lintas profesi dalam komunitas diaspora Manggarai di Ibu Kota.
Om Vinsen Seboe – Dari Lamba Leda ke Jakarta, dari Jalanan ke Jembatan
Setelah Bapak Ludo Syukur, tongkat estafet berpindah ke tangan Om Vinsen Seboe, seorang pribadi tangguh yang lahir dari kesederhanaan dan perjuangan. Ayahnya adalah keturunan Tionghoa, ibunya seorang pribumi Lamba Leda. Dari latar silang budaya dan hidup penuh keprihatinan, terbentuklah pribadi pekerja keras yang tidak mudah menyerah.
Di usia remaja, ia menjajakan obat-obatan di kampung-kampung terpencil hingga Congkar, Manggarai Timur. Namun semangat merantau dan belajar membawanya ke Jakarta, tempat ia menekuni pendidikan Teknik Sipil (?)dan meniti karier sebagai pengusaha sukses.
Meski telah mapan di Ibu Kota, Om Vinsen tak pernah melupakan asal usulnya. Pada akhir 1970-an hingga awal 1980-an, ia terjun langsung membangun jalan, irigasi dan jembatan di kampung halaman-Manggarai Raya. Ia tak hanya membangun fisik, tapi juga menghubungkan harapan dan masa depan orang Manggarai.
Sebagai pecinta budaya Manggarai, Om Vinsen menyukai lagu tradisional seperti “ Lelak Loce Renda” yang menggambarkan filosofi merantau :
“Lalong bakok du lako’m, lalong rombeng du kole’m...”
(Kau pergi sebagai ayam putih sederhana, pulanglah sebagai ayam rombeng nan berwarna—lambang keberhasilan dan kehormatan.)
Om Vinsen adalah manuk rombeng itu: pulang membawa warna, membawa harapan, dan membangun kebanggaan.
Jakarta, 18 Juli 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar