Mbaru: 7 mbaru niang
Ngasang Wae agu Golo sili Wae Rebo:
Wae: Wae Rebo
Golo: Poco Roko
Nampe: Nampe Bakok
Puar: Puar Todo Repok : ouar sekunder 10.500 ha
Haju siri bongkok: Worok
Haju banggang: ajang, haju ntorang
Haju .............: kenti
Haju betong
Mbaru niang:
Tingkat 5: Hekang kode: te na' langkar teing hang empo.
Tingkat 4: Lempa rae: te naa lancing /labak woja agu latung agu koil te saka sekeng darum
Tingkat 3:Lentar: te naa woja, latung, koja, koil
Tingkat 2:Lobo : te naan sa o sa apa perlu neteng leso: haju api, dea, latung,
Tingkat 1: Tenda : te kaeng le mensia, dapur, manga lutur agu molang /lo'ang
Tingkat 0: Ngaung: te naa paeng: ela, mbe, asu,
https://www.youtube.com/watch?v=23kw8pg5GvU
Paeng ata pake laing du hese mbaru niang:
1. Manuk: hese mbaru, raket bubung, songko lokap
2. Asu: du adak tesi poka haju pande mbaru
3. Ela : songko lokap
4. Kaba : songko lokap
https://www.youtube.com/watch?v=23kw8pg5GvU
Beo lupi Wae Rebo: Denge, Dintor, Longos, Lengos, Sebu, Ponto Nao, Borik
7 Niang di Waerebo:
- Niang Mbaru Gendang (niang utama)
- Niang Gena Mandok
- Niang Gena Jekong
- Niang Gena Ndorom
- Niang Gena Karo
- Niang Gena Jintarn
- Niang Gena Maro ( Maro: empo pertama uku Wae Rebo).
Travel Highlight Desa Unik
Desa Misterius di Tengah Pegunungan Flores
http://travel.detik.com/read/2014/03/13/114307/2524472/1519/desa-misterius-di-tengah-pegunungan-flores
Banyak hal yang menjadikan Wae Rebo menarik bagi para wisatawan yang penasaran. Pertama adalah letaknya yang berada di tengah pegunungan Flores. Desa ini tidak memiliki tetangga alias hanya satu-satunya di sana.
Memang, ada banyak desa lainnya di kaki gunung, namun butuh perjalanan 4 jam mendaki untuk mencapai Wae Rebo dari desa terdekat. Hal menarik selanjutnya adalah rumah adatnya yang unik. Berbentuk kerucut, dengan pintu masuk setengah lingkaran yang rendah.
Dari jauh, rumah ini terlihat seperti rumah keong. Tapi siapa sangka, penghuni yang bisa tinggal di dalamnya mencapai 6-8 keluarga. Besar bukan?
Menurut legenda, sang leluhur bernama Empo Maro yang berasal dari Minangkabau hendak mencari area baru untuk membangun desa. Ia berlayar hingga ke pulau itu dan kerap berpindah dari satu kawasan ke kawasan lain.
Hingga pada sebuah malam, Empo Maro bermimpi dibimbing seekor musang ke tengah pegunungan. Sang musang pun menyuruh Empo Maro untuk membangun desa di sini jika ingin desanya aman, tenteram dan jauh dari dendam atau bahaya.
Akhirnya, sang leluhur pun mulai membangun peradaban baru yang kecil di sana. Hingga kini, para penduduk masih hidup dengan bahagia, meneruskan hidup seperti para leluhur mereka.
Uniknya, rumah adat yang ada di sini tidak boleh bertambah, apalagi berkurang. Hanya ada 7 rumah adat atau yang biasa disebut dengan Mbaru Niang. Lalu bagaimana dengan perkembangan jumlah penduduk?
Para penduduk bisa membangun rumah biasa di sekeliling Wae Rebo, atau di kaki gunung. Syaratnya, rumah-rumah baru tersebut tidak boleh mirip dengan Mbaru Niang.
Dengan segala keunikan, Wae Rebo menjadi salah satu destinasi pilihan yang unik untuk didatangi di Flores. Terlihat dari wisatawan yang datang dan rela mendaki beberapa jam untuk melihat dan menikmati suasana di sana.
NEXT »
Desa ini berada di tengah pegunungan
(Shafa/detikTravel)
Para lelaki memulai kegiatan di luar
rumah. Sementara para ibu sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan
(Shafa/detikTravel)
Menyibak Wae Rebo yang Misterius di Pagi Hari
Faela
Shafa - detikTravel - Jumat, 20/12/2013 17:45 WIB
- Kabut perlahan terbuka, matahari mengintip
dari balik bukit. Asap mengepul dari atap rumah, kehidupan hari ini kembali
dimulai. Seperti ini cantik dan misteriusnya Wae Rebo di pagi hari.
Inilah Rumah Gendang, rumah utama
dari 7 rumah yang ada. Para perwakilan keluarga keturunan tinggal di sana. Segala
upacara adat juga terjadi di sana (Shafa/detikTravel)
Menyambut Pagi di Kaki Wae Rebo
Faela
Shafa - detikTravel - Senin, 17/02/2014 09:44 WIB
Seperti ini
pemandangan dari Wae Rebo Lodge (Shafa/detikTravel)
Flores - Sebuah kampung adat berada di
tengah pegunungan Flores. Sebelum mencapainya, banyak traveler yang bermalam di
penginapan di kaki gunungnya. Sajian pagi di sini, luar biasa!
Adalah Wae Rebo Lodge, penginapan yang menjadi pos terakhir sebelum naik ke kampung adat Wae Rebo. Wae Rebo Lodge berada di desa terakhir sebelum akhirnya masuk ke hutan untuk trekking. Hampir semua traveler sampai terlalu siang akan bermalam di sini sebelum melanjutkan perjalanan esok pagi.
Berada di tengah persawahan, berlatar belakang gunung dan dekat dengan pesisir membuat penginapan yang satu ini menjadi daya tarik tersendiri. Sajian pagi di sini sungguh membuat siapa saja terpesona.
Sinar mentari menyapa dengan hangatnya. Membuat kabut perlahan menghilang, meninggalkan kesan magis. Embun di pucuk pohon padi memantulkan kilau nan indah. Hiruplah udara sekitar, kesejukannya akan menyegarkan paru-paru Anda.
Dari depan penginapan, terlihat jelas pesisir di sebelah kiri. Air yang biru berkilau tak mau kalah untuk memberi salam selamat pagi. Berjalan keluar dari penginapan, ada sebuah mata air kecil yang biasa digunakan anak-anak untuk bersih-bersih sebelum berangkat sekolah.
Di ujung, terlihat beberapa rumah penduduk dengan beberapa pohon yang membuat pemandangan terlihat asri. Yang lebih cantiknya lagi, hampir di semua rumah terdapat tanaman bunga. Tentu saja, Flores memang memiliki julukan Pulau Bunga.
Kembali ke penginapan, mulai pukul 07.00 WITA, semerbak makanan baru matang sudah tercium. Di penginapan dengan harga Rp 300 ribu per malam ini, disediakan makanan sebanyak 3 kali per hari. Semua makanannya lezat dan menggugah!
Selamat pagi dari kaki Wae Rebo!
Adalah Wae Rebo Lodge, penginapan yang menjadi pos terakhir sebelum naik ke kampung adat Wae Rebo. Wae Rebo Lodge berada di desa terakhir sebelum akhirnya masuk ke hutan untuk trekking. Hampir semua traveler sampai terlalu siang akan bermalam di sini sebelum melanjutkan perjalanan esok pagi.
Berada di tengah persawahan, berlatar belakang gunung dan dekat dengan pesisir membuat penginapan yang satu ini menjadi daya tarik tersendiri. Sajian pagi di sini sungguh membuat siapa saja terpesona.
Sinar mentari menyapa dengan hangatnya. Membuat kabut perlahan menghilang, meninggalkan kesan magis. Embun di pucuk pohon padi memantulkan kilau nan indah. Hiruplah udara sekitar, kesejukannya akan menyegarkan paru-paru Anda.
Dari depan penginapan, terlihat jelas pesisir di sebelah kiri. Air yang biru berkilau tak mau kalah untuk memberi salam selamat pagi. Berjalan keluar dari penginapan, ada sebuah mata air kecil yang biasa digunakan anak-anak untuk bersih-bersih sebelum berangkat sekolah.
Di ujung, terlihat beberapa rumah penduduk dengan beberapa pohon yang membuat pemandangan terlihat asri. Yang lebih cantiknya lagi, hampir di semua rumah terdapat tanaman bunga. Tentu saja, Flores memang memiliki julukan Pulau Bunga.
Kembali ke penginapan, mulai pukul 07.00 WITA, semerbak makanan baru matang sudah tercium. Di penginapan dengan harga Rp 300 ribu per malam ini, disediakan makanan sebanyak 3 kali per hari. Semua makanannya lezat dan menggugah!
Selamat pagi dari kaki Wae Rebo!
NEXT »
Embun yang
tersisa (Shafa/detikTravel)
Menyibak Wae Rebo yang Misterius di Pagi Hari
Faela
Shafa - detikTravel - Jumat, 20/12/2013 17:45 WIB
- Kabut perlahan terbuka, matahari
mengintip dari balik bukit. Asap mengepul dari atap rumah, kehidupan hari ini
kembali dimulai. Seperti ini cantik dan misteriusnya Wae Rebo di pagi hari.
Wae Rebo adalah kampung adat di
Manggarai Tengah, Flores, NTT. Rumah bundarnya yang hanya berjumlah 7 buah dan
letaknya yang ada di tengah pegunungan membuat kampung ini menarik
(Shafa/detikTravel)
Foto Lain
Menyibak Wae Rebo yang Misterius di Pagi Hari
Faela
Shafa - detikTravel - Jumat, 20/12/2013 17:45 WIB
- Kabut perlahan terbuka, matahari
mengintip dari balik bukit. Asap mengepul dari atap rumah, kehidupan hari ini
kembali dimulai. Seperti ini cantik dan misteriusnya Wae Rebo di pagi hari.
Compang, atau panggung tempat
diadakannya acara penting atau tempat sesembahan ini berada tepat di depan
Rumah Gendang. Semua yang pentig terjadi sana. Pusat berkumpulnya masyarakat
juga di sekitar sana. Tapi tidak boleh sembarang orang boleh naik ke Compang
(Shafa/detikTravel)
Foto Lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar