EMBONG LARIK: THE ART OF CACI, THE ART OF LIFE
Gabriel Mahal
Gabriel Mahal
Ini foto di Cijantung di Jakarta. Bukan di Manggarai, Flores. Kitorang
di Jakarta main caci juga. Dan memang lebih nikmat main caci di tanah
rantau. Apalagi di kota Metropolitian. Tapi kalau kitorang yang merantau
masih main caci, mestinya di Manggarai, Flores, lebih sering lagi.
Nah, kalau lihat foto ini, mungkin saja timbul pertanyaan soal ekspresi
wajah para jagoan ini. Ini pemain yang tangkis nampak serius,
konsentrasi, waspada. Sementara pemain yang pegang larik yang hendak
melakukan pemukulan, nampak senyum-senyum, santai. Gak salah nih?! Iya
gak salah.
Ini salah satu seni dalam permainan caci (the Art of Caci), sama seperti "The Art of War" (Seni Perang)-nya Sun-Tzu. Dalam foto ini pemain yang hendak memukul ini sedang melakukan aksi Seni Embong Larik. Artinya harifiahnya, meninabobokan larik (cambuk). Artinya, sebenarnya bukan meninabobokan larik, tetapi meninabobokan lawannya, pemain yang menangkis. Bikin lawannya itu "temo" (terlena, lengah, tidak waspada), dengan cara bersenandung - menyanyikan lagu Manggarai yang tujuannya memang meninabobokan. Di tengah senandungnya atau kapan saja, dia merasa bahwa pihak lawannya itu terlena, tidak waspada, dia akan melakukan serangan yang mendadak (Sudden Attack). Karena pihak lawannya, harus tetap waspada, awas, tidak terlena, selama dia bersenandung. Embong Larik merupakan bagian dari The Art of Caci. Seni bermain caci.
Embong Larik sebagai The Art of Caci mengandung dua aspek ajaran yang merupakan bagian dari Filosofi Caci. Pertama, manusia Manggarai dalam aktifitas kehidupannya, dalam perjuangannya, tidak lepas dari berkesenian yang merupakan santapan jiwanya. Perjuangan hidup untuk mencapai tujuan tidak selalu dicapai dengan keseriusan yang luar biasa yang bisa bikin putus semua urat, tapi pencapaian tujuan itu bisa juga dilakukan dengan gaya Embong Larik. After all, life itself is a song. Hidup itu sendiri adalah suatu tembang yang kita nyanyikan. Kedua, walaupun demikian, sikap waspada, eling, kesadaran (awareness) harus selalu berada pada puncaknya, karena kita tidak tahu kapan bahaya itu datang, kapan serangan itu menghantam kita. Maka, seperti dalam ajaran Yesus, pelita kesadaran, kewaspadaan itu, pelita berjaga-jaga itu selalu ditempatkan di atas gantang, bukan di bawah gantang. Hanya orang bodoh saja yang menyalahkan pelita kesadaran dan kewaspadaan dan menempatkannya di bawah gantang.
Begitulah ajaran dalam Seni Embong Larik sebagai bagian dari The Art of Caci yang sebenarnya merupakan Seni Kehidupan (The Art of Life) manusia Manggarai pemilik Budaya Caci itu. Maka, ketika kamu orang main caci atau nonton caci, main atau nontonlah dengan menyalakan pelita kesadaran akan nilai-nilai kultural yang diajarkan dalam Seni Caci itu. Semoga.
https://www.facebook.com/gabriel.mahal.58?fref=nf&pnref=story;diakses pada 2 Mei 2015, 13:50 (JPS)
Ini salah satu seni dalam permainan caci (the Art of Caci), sama seperti "The Art of War" (Seni Perang)-nya Sun-Tzu. Dalam foto ini pemain yang hendak memukul ini sedang melakukan aksi Seni Embong Larik. Artinya harifiahnya, meninabobokan larik (cambuk). Artinya, sebenarnya bukan meninabobokan larik, tetapi meninabobokan lawannya, pemain yang menangkis. Bikin lawannya itu "temo" (terlena, lengah, tidak waspada), dengan cara bersenandung - menyanyikan lagu Manggarai yang tujuannya memang meninabobokan. Di tengah senandungnya atau kapan saja, dia merasa bahwa pihak lawannya itu terlena, tidak waspada, dia akan melakukan serangan yang mendadak (Sudden Attack). Karena pihak lawannya, harus tetap waspada, awas, tidak terlena, selama dia bersenandung. Embong Larik merupakan bagian dari The Art of Caci. Seni bermain caci.
Embong Larik sebagai The Art of Caci mengandung dua aspek ajaran yang merupakan bagian dari Filosofi Caci. Pertama, manusia Manggarai dalam aktifitas kehidupannya, dalam perjuangannya, tidak lepas dari berkesenian yang merupakan santapan jiwanya. Perjuangan hidup untuk mencapai tujuan tidak selalu dicapai dengan keseriusan yang luar biasa yang bisa bikin putus semua urat, tapi pencapaian tujuan itu bisa juga dilakukan dengan gaya Embong Larik. After all, life itself is a song. Hidup itu sendiri adalah suatu tembang yang kita nyanyikan. Kedua, walaupun demikian, sikap waspada, eling, kesadaran (awareness) harus selalu berada pada puncaknya, karena kita tidak tahu kapan bahaya itu datang, kapan serangan itu menghantam kita. Maka, seperti dalam ajaran Yesus, pelita kesadaran, kewaspadaan itu, pelita berjaga-jaga itu selalu ditempatkan di atas gantang, bukan di bawah gantang. Hanya orang bodoh saja yang menyalahkan pelita kesadaran dan kewaspadaan dan menempatkannya di bawah gantang.
Begitulah ajaran dalam Seni Embong Larik sebagai bagian dari The Art of Caci yang sebenarnya merupakan Seni Kehidupan (The Art of Life) manusia Manggarai pemilik Budaya Caci itu. Maka, ketika kamu orang main caci atau nonton caci, main atau nontonlah dengan menyalakan pelita kesadaran akan nilai-nilai kultural yang diajarkan dalam Seni Caci itu. Semoga.
https://www.facebook.com/gabriel.mahal.58?fref=nf&pnref=story;diakses pada 2 Mei 2015, 13:50 (JPS)
Vitus Nendo Kae
Geby, Foto yang bagus, ini ase kae kalimalang Mr. Philipus yang lagi
siap menangkis dan mr. Karel yg lagi embong larik, Mantap
THE ETHICS OF CACI
Gabriel Mahal
Gabriel Mahal
Mau tahu bagaimana serunya main caci di Jakarta? Ya, bisa lihat saja
adegan di foto ini. Begitu semangatnya anak-anak muda Manggarai di tanah
rantau bermain caci sampai-sampai lupa etika dalam bermain caci.
Dalam permainan caci yang seperti dalam foto ini tidak boleh, kecuali
memang sejak awal pemain yang menangkis itu mengambil posisi duduk saat
hendak menangkis serangan lawan. Tapi posisi duduk itu jarang sekali
dilakukan. Paling banter dalam posisi berlutut untuk memperkecil ruang
serangan lawan yang hanya boleh menyerang dari depan.
Dalam foto
ini pihak pemain yang menangkis dalam posisi jatuh. Ketika dalam
keadaan lawan seperti ini, pemain yang memukul tidak lagi boleh
melakukan serangan. Dia mundur dengan gaya kelong (menari) untuk
memberikan kesempatan kepada pihak lawannya berdiri dan mengambil posisi
siap untuk diserang. Tapi, ya begitulah semangatnya anak muda yang
tentu perlu belajar lagi The Art of Caci (Seni Caci) sebagai The Art of
Life (Seni Kehidupan) orang Manggarai.
https://www.facebook.com/gabriel.mahal.58?fref=nf&pnref=story, diakses pada 2 Mei 2015, 13:50 (JPS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar