Kamis, 26 Mei 2016
LOKE NGGERANG
https://www.facebook.com/search/top/?q=manggarai%20post.%20-%20ntt&epa=SEARCH_BOX
LOKE NGGERANG
( Tombo Turuk)
Dahulu disebuah dusun kecil bernama Ndoso, hiduplah seorang gadis cantik jelita bernama Nggérang. Dinamakan Nggerang karena kulitnya putih serta berambut pirang. Nggerang dipercayakan sebagai hasil dari perkawinan silang resmi antara manusia dengan makhluk halus dari alam lain, dalam bahasa setempat dinamakan kakartana atau darat atau juga disebut ata pelsina.
Ayah Nggerang bernama Awang dan ibunya bernama Hendang. Hedang ibunda Nggerang dipercayakan berasal dari alam lain atau darat atau kakartana dalam bahasa setempat. Namun, Putri Nggerang ditinggalkan ibunya semasa dia masih balita bukan karena meninggal secara jasmaniah melainkan karena ayah Nggerang, Awang telah melanggar pantangan sebanyak sebanyak tiga kali. Bagi Hendang itu adalah jumlah yang tidak lumrah lagi.
Kisah ini terjadi ketika Hendang pergi timba air, Nggérang yang masih bagi bayi dijaga dan digendong bapaknya Awang.Hendang memberi pesan kepada Awang.
“jika anak ini menangis janganlah kau dendangkan lagu ini : ipung setiwu, paké sewaé, téu sa ambong (ikan kecil sekolam, katak sesungai, tebu serumpun).
Namun ketika Hendang sedang pergi timba air yang cukup jauh dari rumah, Nggérang pun menangis. Lalu, Awang berupaya menghentikan tangisan anaknya Nggérang dengan mendendangkan banyak lagu namun tidak membuat ia berhenti menangis. Bahkan tangisannya menjadi semakin keras dank keras.
Banyak sudah lagu didendangkan oleh Awang namun, Nggérang tak juga berhenti menangis, dan baru berhenti menangis ketika mendendangkan lagu ipung setiwu, paké se waé, téu se ambong (ikan kecil sekolam, katak sesungai, tebu serumpun); lagu terlarang tersebut memang dilarang dan menjadi pantangan bagi Hendang, namun suaminya Awang tidak memahami sedikitpun larangan tersebut. Awang sama sekali tidak memahami larang untuk tidak menyanyikan lagu itu. Sebenarnya arti dari lagu itu adalah bahwa, mereka berasal dari dua alam berbeda yang dipersatukan melalui perkawinan.
Pelanggaran pertama, dan kedua bagi Hendang masih dapat dimaafkan.Kendatipun diingatkan berulang kali, Awang masih juga melanggarnya untuk yang ketiga kalinya.Pelanggaran yang ketiga-kalinya, tiada lagi kata maaf.Perpisahanpun terjadi.Hendang (ibunda putri Nggérang) pergi meninggalkan kedua orang terkasihnya Awang suaminya sertaNggérang anaknya di dusun Ndoso. Perpisahan ini bukanlah perpisahan untuk sesaat, namun selama-lamanya.Hendang meninggalkan sumai serta Putri tercintanya yang masih bayi dengan tetesan airmata menggalir dipipinya.
“Kau telah melanggar pantangan kita, meskipun aku telah mengingatkan kau berulang kali. Sekarang tidak ada maaf lagi, kita berdua terpaksa harus berpisah” kata Hendang.
“Aku kembali ke rumah orang tuaku, sementara Nggérang sebagai buah hati kita tinggal bersamamu sebagai paca (mas kawin) atas diri saya, harap dipelihara dengan baik.”begitulah pesan hendang kepada suaminya deiringi isak tangis yang sedih.Tangisan itu juga merupkan tangisan untuk yang teraklhir kali baginya.
Mendengar pesan tersebut, Awang tidak bisa menjawab dan tidak berdaya, karena seketika itu Hendang berubah wujud menjadi seekor népa (ular sawah), dan ketika di pegang sangat licin, sehingga dengan mudah ia pergi meninggalkan dusun Ndoso, untuk selamanya, karena setelah itu ia tidak pernah muncul lagi.
Sepeninggal ibunya Hendang, Putri Nggerang diasuh oleh empat saudaranya; satu laki-laki dtiga wanita, anak dari istri ayanhanya yang pertama bernama Tana. Ayahnya beristri dua yaitu Hendang yang berasal dari alam seberang dan Tana manusia biasa.
Pada saat Putri Nggerang menginjak usia remaja, kecantikannya semakin terlihat dan sangat memikat banyak hati para pemuda. Karena kecantikannya yang tiada taranya itu, banyak raja raja ingin meminangnya: diantara Mori Reok atau Raja Reok dan raja Cibal.Meskipun banyak raja raja yang meminangnya yang tidak hanya kaya tapi juga berparas menawan Nggerang menolaknya tanpa syarat.Tak satupun diantaranya dapat memikat hatinya. Bahkan raja Bima dari pulau lain yang sedang berkuasa kala itu yang terletak diujung Timur pulau Sumbawa. Pulau berbeda dengan Nggerang.
Nggerang gadis cantik nan aneh ini memang memiliki sesuatu yang ajaib dalam dirinya. Ini memang sangat mungkin karena memang dia adalah hasil dari perkawinan
Tentang raja Bima, konon ceritanya ia selalu melihat cahaya yang terpancar ke langit yang berasal dari daerah Manggarai.Cahaya tersebut sesungguhnya berasal dari kulit emas putri Nggérang yang tumbuh pada punggung bagian atas, berbentuk bulat dan besarnya seukuran bulatan mata gung.
Sultan Bimapun mengutus seorang abdi kerajaan bersama beberapa orang prajurit kerajaan ke Manggarai yang terletak diujung barat pulau Flores guna melacak cahaya tersebut.Setelah dilacak dan yakin cahaya tersebut dimiliki oleh seorang putri cantik dan masih remaja bernama Nggérang yang tinggal di dusun Ndoso.Selanjutnya Sultan Bima mempersiapkan diri untuk berangkat ke Manggarai untuk meminang putri Nggérang. Ketika Sultan Bima tiba di Ndoso, meskipun masyarakat menerimanya dengan baik. Namun sangat disayangkan, ketika Sultan Bima menyampaikan isi hatinya untuk meminang putri Nggérang yang cantik dan masih remaja itu, Nggerang menolaknya tanpa syarat.
Raja Bima menjadi sakit hati dan dendam kepada Nggerang Lantaran Cintanya ditolak Putri oleh Nggerang tanpa syarat. Raja Bima lalu mengancam dengan mengirimkan magic magic ke dusun Ndoso. Seluruh dusun Ndoso diselimuti awan tebal kehitam-himan. Fenemona inipun hingga saat ini masih dikenal dengan sebuta rewung taki tana literally
“Jika Nggerang tidak juga sedia menerima pinanganku, awam ini tak akan berhenti.”Ancam Mori Dima atau Raja Bima.
Bagi orang setempat fenomena awan tebal yang meyentuh tanah itu sangatlah membahayakan kehidupan mereka. Karena mereka tidak bisa berbuat apaapa dalam kondisi salam seperti itu.
“ Oh…Molas Nggerang terimalah saja lamaran itu supaya awan ini segera hilang dan kami bisa bekerja lagi” jeritan penduduk setempat.
Namun bagi Nggerang, awan tebal itu bukanlah apa-apanya.Ancaman demi ancaman tak digubris oleh Putri Nggerang hingga akhirnya raja Bima tak sabar lagi ingin membunuh Putri Nggerang.Dengan berbekal sebagai raja berkuasa atas tanah manggarai termasuk Ndoso saat itu, Sultan Bima menyuruh orang tua Nggerangmembunh Putri Nggerang dan kulitnya dibuatkan genderang.Satu genderang di bawa ke Bima dan satu genderang disimpan di Ndoso.
Bagi Orang tua Nggerang meskipun permintaan Sultan Bima tersebut terasa sangat berat.Namun, karena ini permintaan Sultan Bima yang juga sebagai Raja yang berkuasa di daerah Manggarai ketika itu, maka orang tua putri Nggérang pun tidak bisa menolak.
Berbagai usaha dilakukan oleh orang tua putri Nggérang, seperti memotong kerbau, kemudian kambing, dan kulitnya dibuatkan genderang, tetapi tidak mengeluarkan bunyi seperti yang diinginkan dan cahaya yang memancar ke langit pun tidak hilang; tetap kelihatan dari kerajaan Bima.Karena terus-menerus dipaksa oleh Sultan Bima, akhirnya pada suatu hari orang tua Nggerang yang bernama Awang mengajak putri Nggérang mencari kutu rambutnya dan Nggerang menyetujui niat ayahnya tanpa menyangka bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Bersamaan dengan itu Awang mencabut beberapa helai rambutnya dan disimpan dalam tabung kecil, dan hal tersebut tidak menimbulkan efek atau pengaruh apa-apa. Kemudian ia mencungkil kulit emas yang berbentuk bulat sebesar mata gung dipunggungnya agar tidak memancarkan cahaya lagi, namun seketika itu putri Nggérang meninggal.
Sadar bahwa Putrinya telah meninggal, maka Awang mencungkil sekalian kulit punggung bersama kulit emas dan kulit perutnya untuk dibuatkan genderang. Jadi, sesungguhnya ada dua gendrang yang dihasilkan dari kulit tubuh Putri Nggerang; Satu yang dibuat dari kulit emas di punggung Ngerang dikirim ke Bima.tetapi para pembawa, bukanya mereka bawa ke bima melainkan ke Sumbawa dikarenakan arus deras si selat Gili Banta. Jadi, gengrang tang terbuat dari kulit emas keberadaanya bukan di Bima melainkan di Sumbawa hingga saat ini. Sementara satunya lagi yang terbuat dari kulit perut disimpan di Ndoso. Namun, selang beberapa hari setelah Nggerang meninggal, beberapa pemuda dari Todo dengan rombongan yang cukup banyak datang ke Ndoso meminta gendrang tersisa itu dengan paksa.Dan sebagian kulit emas dari punggung ditanamkan di bukit Tengku Romot dekat Reo.(Copas)
( Tombo Turuk)
Dahulu disebuah dusun kecil bernama Ndoso, hiduplah seorang gadis cantik jelita bernama Nggérang. Dinamakan Nggerang karena kulitnya putih serta berambut pirang. Nggerang dipercayakan sebagai hasil dari perkawinan silang resmi antara manusia dengan makhluk halus dari alam lain, dalam bahasa setempat dinamakan kakartana atau darat atau juga disebut ata pelsina.
Ayah Nggerang bernama Awang dan ibunya bernama Hendang. Hedang ibunda Nggerang dipercayakan berasal dari alam lain atau darat atau kakartana dalam bahasa setempat. Namun, Putri Nggerang ditinggalkan ibunya semasa dia masih balita bukan karena meninggal secara jasmaniah melainkan karena ayah Nggerang, Awang telah melanggar pantangan sebanyak sebanyak tiga kali. Bagi Hendang itu adalah jumlah yang tidak lumrah lagi.
Kisah ini terjadi ketika Hendang pergi timba air, Nggérang yang masih bagi bayi dijaga dan digendong bapaknya Awang.Hendang memberi pesan kepada Awang.
“jika anak ini menangis janganlah kau dendangkan lagu ini : ipung setiwu, paké sewaé, téu sa ambong (ikan kecil sekolam, katak sesungai, tebu serumpun).
Namun ketika Hendang sedang pergi timba air yang cukup jauh dari rumah, Nggérang pun menangis. Lalu, Awang berupaya menghentikan tangisan anaknya Nggérang dengan mendendangkan banyak lagu namun tidak membuat ia berhenti menangis. Bahkan tangisannya menjadi semakin keras dank keras.
Banyak sudah lagu didendangkan oleh Awang namun, Nggérang tak juga berhenti menangis, dan baru berhenti menangis ketika mendendangkan lagu ipung setiwu, paké se waé, téu se ambong (ikan kecil sekolam, katak sesungai, tebu serumpun); lagu terlarang tersebut memang dilarang dan menjadi pantangan bagi Hendang, namun suaminya Awang tidak memahami sedikitpun larangan tersebut. Awang sama sekali tidak memahami larang untuk tidak menyanyikan lagu itu. Sebenarnya arti dari lagu itu adalah bahwa, mereka berasal dari dua alam berbeda yang dipersatukan melalui perkawinan.
Pelanggaran pertama, dan kedua bagi Hendang masih dapat dimaafkan.Kendatipun diingatkan berulang kali, Awang masih juga melanggarnya untuk yang ketiga kalinya.Pelanggaran yang ketiga-kalinya, tiada lagi kata maaf.Perpisahanpun terjadi.Hendang (ibunda putri Nggérang) pergi meninggalkan kedua orang terkasihnya Awang suaminya sertaNggérang anaknya di dusun Ndoso. Perpisahan ini bukanlah perpisahan untuk sesaat, namun selama-lamanya.Hendang meninggalkan sumai serta Putri tercintanya yang masih bayi dengan tetesan airmata menggalir dipipinya.
“Kau telah melanggar pantangan kita, meskipun aku telah mengingatkan kau berulang kali. Sekarang tidak ada maaf lagi, kita berdua terpaksa harus berpisah” kata Hendang.
“Aku kembali ke rumah orang tuaku, sementara Nggérang sebagai buah hati kita tinggal bersamamu sebagai paca (mas kawin) atas diri saya, harap dipelihara dengan baik.”begitulah pesan hendang kepada suaminya deiringi isak tangis yang sedih.Tangisan itu juga merupkan tangisan untuk yang teraklhir kali baginya.
Mendengar pesan tersebut, Awang tidak bisa menjawab dan tidak berdaya, karena seketika itu Hendang berubah wujud menjadi seekor népa (ular sawah), dan ketika di pegang sangat licin, sehingga dengan mudah ia pergi meninggalkan dusun Ndoso, untuk selamanya, karena setelah itu ia tidak pernah muncul lagi.
Sepeninggal ibunya Hendang, Putri Nggerang diasuh oleh empat saudaranya; satu laki-laki dtiga wanita, anak dari istri ayanhanya yang pertama bernama Tana. Ayahnya beristri dua yaitu Hendang yang berasal dari alam seberang dan Tana manusia biasa.
Pada saat Putri Nggerang menginjak usia remaja, kecantikannya semakin terlihat dan sangat memikat banyak hati para pemuda. Karena kecantikannya yang tiada taranya itu, banyak raja raja ingin meminangnya: diantara Mori Reok atau Raja Reok dan raja Cibal.Meskipun banyak raja raja yang meminangnya yang tidak hanya kaya tapi juga berparas menawan Nggerang menolaknya tanpa syarat.Tak satupun diantaranya dapat memikat hatinya. Bahkan raja Bima dari pulau lain yang sedang berkuasa kala itu yang terletak diujung Timur pulau Sumbawa. Pulau berbeda dengan Nggerang.
Nggerang gadis cantik nan aneh ini memang memiliki sesuatu yang ajaib dalam dirinya. Ini memang sangat mungkin karena memang dia adalah hasil dari perkawinan
Tentang raja Bima, konon ceritanya ia selalu melihat cahaya yang terpancar ke langit yang berasal dari daerah Manggarai.Cahaya tersebut sesungguhnya berasal dari kulit emas putri Nggérang yang tumbuh pada punggung bagian atas, berbentuk bulat dan besarnya seukuran bulatan mata gung.
Sultan Bimapun mengutus seorang abdi kerajaan bersama beberapa orang prajurit kerajaan ke Manggarai yang terletak diujung barat pulau Flores guna melacak cahaya tersebut.Setelah dilacak dan yakin cahaya tersebut dimiliki oleh seorang putri cantik dan masih remaja bernama Nggérang yang tinggal di dusun Ndoso.Selanjutnya Sultan Bima mempersiapkan diri untuk berangkat ke Manggarai untuk meminang putri Nggérang. Ketika Sultan Bima tiba di Ndoso, meskipun masyarakat menerimanya dengan baik. Namun sangat disayangkan, ketika Sultan Bima menyampaikan isi hatinya untuk meminang putri Nggérang yang cantik dan masih remaja itu, Nggerang menolaknya tanpa syarat.
Raja Bima menjadi sakit hati dan dendam kepada Nggerang Lantaran Cintanya ditolak Putri oleh Nggerang tanpa syarat. Raja Bima lalu mengancam dengan mengirimkan magic magic ke dusun Ndoso. Seluruh dusun Ndoso diselimuti awan tebal kehitam-himan. Fenemona inipun hingga saat ini masih dikenal dengan sebuta rewung taki tana literally
“Jika Nggerang tidak juga sedia menerima pinanganku, awam ini tak akan berhenti.”Ancam Mori Dima atau Raja Bima.
Bagi orang setempat fenomena awan tebal yang meyentuh tanah itu sangatlah membahayakan kehidupan mereka. Karena mereka tidak bisa berbuat apaapa dalam kondisi salam seperti itu.
“ Oh…Molas Nggerang terimalah saja lamaran itu supaya awan ini segera hilang dan kami bisa bekerja lagi” jeritan penduduk setempat.
Namun bagi Nggerang, awan tebal itu bukanlah apa-apanya.Ancaman demi ancaman tak digubris oleh Putri Nggerang hingga akhirnya raja Bima tak sabar lagi ingin membunuh Putri Nggerang.Dengan berbekal sebagai raja berkuasa atas tanah manggarai termasuk Ndoso saat itu, Sultan Bima menyuruh orang tua Nggerangmembunh Putri Nggerang dan kulitnya dibuatkan genderang.Satu genderang di bawa ke Bima dan satu genderang disimpan di Ndoso.
Bagi Orang tua Nggerang meskipun permintaan Sultan Bima tersebut terasa sangat berat.Namun, karena ini permintaan Sultan Bima yang juga sebagai Raja yang berkuasa di daerah Manggarai ketika itu, maka orang tua putri Nggérang pun tidak bisa menolak.
Berbagai usaha dilakukan oleh orang tua putri Nggérang, seperti memotong kerbau, kemudian kambing, dan kulitnya dibuatkan genderang, tetapi tidak mengeluarkan bunyi seperti yang diinginkan dan cahaya yang memancar ke langit pun tidak hilang; tetap kelihatan dari kerajaan Bima.Karena terus-menerus dipaksa oleh Sultan Bima, akhirnya pada suatu hari orang tua Nggerang yang bernama Awang mengajak putri Nggérang mencari kutu rambutnya dan Nggerang menyetujui niat ayahnya tanpa menyangka bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Bersamaan dengan itu Awang mencabut beberapa helai rambutnya dan disimpan dalam tabung kecil, dan hal tersebut tidak menimbulkan efek atau pengaruh apa-apa. Kemudian ia mencungkil kulit emas yang berbentuk bulat sebesar mata gung dipunggungnya agar tidak memancarkan cahaya lagi, namun seketika itu putri Nggérang meninggal.
Sadar bahwa Putrinya telah meninggal, maka Awang mencungkil sekalian kulit punggung bersama kulit emas dan kulit perutnya untuk dibuatkan genderang. Jadi, sesungguhnya ada dua gendrang yang dihasilkan dari kulit tubuh Putri Nggerang; Satu yang dibuat dari kulit emas di punggung Ngerang dikirim ke Bima.tetapi para pembawa, bukanya mereka bawa ke bima melainkan ke Sumbawa dikarenakan arus deras si selat Gili Banta. Jadi, gengrang tang terbuat dari kulit emas keberadaanya bukan di Bima melainkan di Sumbawa hingga saat ini. Sementara satunya lagi yang terbuat dari kulit perut disimpan di Ndoso. Namun, selang beberapa hari setelah Nggerang meninggal, beberapa pemuda dari Todo dengan rombongan yang cukup banyak datang ke Ndoso meminta gendrang tersisa itu dengan paksa.Dan sebagian kulit emas dari punggung ditanamkan di bukit Tengku Romot dekat Reo.(Copas)
Tanggapan:
Ino Pangul Sebut
Beo Ndoso bukan Ndoso...Ndoso itu sendiri luas...Yg saya pernah dengar
ceritanya Nggerang dibunuh bukan atas suruhan Raja Bima...tetapi
dibunuh karena awan gelap yg menyelimuti Beo Ndoso tidak hilang2 maka
syarat supaya awan gelap itu hilang maka
Nggerang harus dibunuh...Dan ada lagunya syairnya : sisik loke de
Nggerang tit tit tit...lalu awang gelap itu pelan2 hilang...dan kembali
terang setelah kulit aslinya Nggerang dikuliti...Kulitnya di jadikan
gendang dan sekarang adanya di TODO...sedangkan Kepalanya Nggerang
dikuburkan di Beo Ndoso sampe sekarang msih ada dan kuburnya bentuk
lingkaran....sedangkan tubuhnya antara 2 ada di Bima atau.di Todo...awan
gelap itu dikirim.dari Raja ( Mori) Dima....Saya Asli Ndoso udh berapa
kali saya mengunjungi makamnya di Ndoso
Rituz Djeharut Jngan asal ngarang ceritanya.....
Alexius Tugis Sy suka komennya pa Rituz Djeharut,,Dongeng bukanlah bukti sejarah,lalu yg nulis buku dia gali dg siapa,dimana dn thn berapa
Frans Jelata Seingat
saya Dr. Niko Got pernah melakukan penelitian ttg kisah ini. Dr. Niko
masih berkerabat dengan Nggerang. Dr. Niko Got asli Regho, Manggarai
Barat. Beliau tinggal di Yogya sekarang. Mereka pernah mengadakan
syukuran Kel. Nggerang di Pongkal Regho.Keturunan Keluarga Nggerang -
anak anak istri pertamanya Awang - tinggal di Pongkal Regho.
Frans Jelata Kisah
Nggerang ini ada juga versi Bimanya. Hemat saya dari Segi Publikasi
Manggarai masih kalah gesit daripada Orang Bima. Cukup banyak orang
mengetahui bhw kisah Nggerang ini dari daerah Bima. Ini salah satu bukti
bahwa Manggarai pernah dijajah oleh Bima, meski almarhum Dami Toda
membantahnya sbgmn kita baca dalam bukunya :Manggarai Mencari Pencerahan
Histografi
Edo Santono Masa ada di tengku romot jg sih?? Kok km g tau ya..
Frans Jelata Edo
Santono: Ada hubungan antara Nggerang dengan Tengku Romot di Reo.
Hubungannya adalah ketika Nggerang meninggal, Mori Dima (Raja Bima)
memerintahkan agar kulit tubuhnya dibuatkan genderang (gendang) dan
gendang itu harus dikirim ke Bima. Keluarganya melakukan hal itu.
Genderang dibuat lalu lalu dirapihkan. Serpihan -serpihan bulu dan kulit
tubuh (punggung) itu dikumpulkan lalu dimakamkan di Tengku Romot Reo.
Serpihan -serpihan bulu dan kulit tubuh memiliki daya mitis yang
menguntungkan Reo, terutama kawasan sekitar Tengku Romot, yakni wilayah
itu relatif aman ketika banjir bandang melannda di musim hujan.
Selanjutnya Genderang (gendang) itu dibawa ke Bima melalui pelabuhan
Reo. Saat itu Reo sebagai pelabuhan andalan menuju Bima.
JPS 10 Januari 2019
Vian Ragung Mana yang benar cerita loke nggerang ini, dia di pinang oleh Mori Todo atau sultan Bima? Sy baru dengar yg versi ini.
Frans Jelata Nggerang
itu gadis cantik yang memesona. Adak Cibal, Adak Todo dan Mori Dima
(Raja Bima) kepincut padanya. Semuanya dia tolak. Todo dan Bima pakai
kekuatan gaib untuk menaklukan Nggerang, yakni mengirim kabut tebal
(rewung taki tana) ke Ndoso. Strategi ini membuat warga Ndoso kalang
kabut, lalu meminta Nggerang menyerahkan diri. Nggerang meninggal ditangan ayahnya. Saat itu Bima menjajah Manggarai. Sebagi penguasa,
Raja Bima memerintahkan agar kulit tubuh Nggerang dibuatkan genderang
(gendang). Perintah itu dilaksanakan. Di tingkat lokal, Ndoso di bawah
kekuasaan Todo. Kita tahu, pada momen itu Bima bersekutu dengan Todo.
Dengan kekuasaan yang mereka miliki mereka berhasil memaksa Ndoso
menyerahkan genderang istimewa Nggerang. Gendang kulit punggung (toni)
dibawa ke Bima, namun perahu pengantarnya diseret ombak di Gili Banta
hingga mereka terdampar di Pulau Sumba. Menurut kisah orang Ndoso, ada
orang Ndoso - Manggarai di Sumba. Sedangkan genderang yang satunya ,
kulit perut (loke tuka / bara) itu diambil oleh Raja Todo. Genderang
(Gendang) kulit perut inilah yang sekarang ada di Niang Todo.
JPS 10 Januari 2019
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Legenda Loké Nggérang: Legenda seo0rang gadis cantik dari Daerah manggarai
Dahulu
disebuah dusun kecil bernama Ndoso, hiduplah seorang gadis cantik
jelita bernama Nggérang. Dinamakan Nggerang karena kulitnya putih serta
berambut pirang. Nggerang dipercayakan sebagai hasil dari perkawinan
silang resmi antara manusia dengan makhluk halus dari alam lain, dalam
bahasa setempat dinamakan kakartana atau darat atau juga disebut ata pelsina.
Ayah
Nggerang bernama Awang dan ibunya bernama Hendang. Hnedang ibunda
Nggerang dipercayakan berasal dari alam lain atau darat atau kakartana
dalam bahsa setempat. Namun, Putri Nggerang ditinggalkan ibunya semasa
dia masih balita bukan karena meninggal secara jasmaniah melainkan
karena ayah Nggerang, Awang telah melanggar pantangan sebanyak sebanyak
tiga kali. Bagi Hendang itu adalah jumlah ayng tidak lumrah lagi.
Kisah
ini terjadi ketika Hendang pergi timba air, Nggérang yang masih bagi
bayi dijaga dan digendong bapaknya Awang.Hendang memberi pesan kepada
Awang.
“jika
anak ini menangis janganlah kau dendangkan lagu ini : ipung setiwu,
paké sewaé, téu sa ambong (ikan kecil sekolam, katak sesungai, tebu
serumpun).
Namun
ketika Hendang sedang pergi timba air yang cukup jauh dari rumah,
Nggérang pun menangis. Lalu, Awang berupaya menghentikan tangisan
anaknya Nggérang dengan mendendangkan banyak lagu namun tidak membuat ia
berhenti menangis. Bahkan tangisannya menjadi semakin keras dank keras.
Banyak
sudah lagu didendangkan oleh Awang namun, Nggérang tak juga berhenti
menangis, dan baru berhenti menangis ketika mendendangkan lagu ipung
setiwu, paké se waé, téu se ambong (ikan kecil sekolam, katak sesungai,
tebu serumpun); lagu terlarang tersebut memang dilarang dan menjadi
pantangan bagi Hendang, namun suaminya Awang tidak memahami sedikitpun
larangan tersebut. Awang sama sekali tidak memahami larang untuk tidak
menyanyikan lagu itu. Sebenarnya arti dari lagu itu adalah bahwa, mereka
berasal dari dua alam berbeda yang dipersatukan melalui perkawinan.
Pelanggaran
pertama, dan kedua bagi Hendang masih dapat dimaafkan.Kendatipun
diingatkan berulang kali, Awang masih juga melanggarnya untuk yang
ketiga kalinya.Pelanggaran yang ketiga-kalinya, tiada lagi kata
maaf.Perpisahanpun terjadi.Hendang (ibunda putri Nggérang) pergi
meninggalkan kedua orang terkasihnya Awang suaminya sertaNggérang
anaknya di dusun Ndoso. Perpisahan ini bukanlah perpisahan untuk sesaat,
namun selama-lamanya.Hendang meninggalkan sumai serta Putri tercintanya
yang masih bayi dengan tetesan airmata menggalir dipipinya.
“Kau
telah melanggar pantangan kita, meskipun aku telah mengingatkan kau
berulang kali. Sekarang tidak ada maaf lagi, kita berdua terpaksa harus
berpisah” kata Hendang.
“Aku
kembali ke rumah orang tuaku, sementara Nggérang sebagai buah hati
kita tinggal bersamamu sebagai paca (mas kawin) atas diri saya, harap
dipelihara dengan baik.”begitulah pesan hendang kepada suaminya deiringi
isak tangis yang sedih.Tangisan itu juga merupkan tangisan untuk yang
teraklhir kali baginya.
Mendengar
pesan tersebut, Awang tidak bisa menjawab dan tidak berdaya, karena
seketika itu Hendang berubah wujud menjadi seekor népa (ular sawah), dan
ketika di pegang sangat licin, sehingga dengan mudah ia pergi
meninggalkan dusun Ndoso, untuk selamanya, karena setelah itu ia tidak
pernah muncul lagi.
Sepeninggal
ibunya Hendang, Putri Nggerang diasuh oleh empat saudaranya; satu
laki-laki dtiga wanita, anak dari istri ayanhanya yang pertama bernama
Tana. Ayahnya beristri dua yaitu Hendang yang berasal dari alam seberang
dan Tana manusia biasa.
Pada
saat Putri Nggerang menginjak usia remaja, kecantikannya semakin
terlihat dan sangat memikat banyak hati para pemuda. Karena
kecantikannya yang tiada taranya itu, banyak raja raja ingin
meminangnya: diantara Mori Reok atau Raja Reok dan raja Cibal.Meskipun
banyak raja raja yang meminangnya yang tidak hanya kaya tapi juga
berparas menawan Nggerang menolaknya tanpa syarat.Tak
satupun diantaranya dapat memikat hatinya. Bahkan raja Bima dari pulau
lain yang sedang berkuasa kala itu yang terletak diujung Timur pulau
Sumbawa. Pulau berbeda dengan Nggerang.
Nggerang
gadis cantik nan aneh ini memang memiliki sesuatu yang ajaib dalam
dirinya. Ini memang sangat mungkin karena memang dia adalah hasil dari
perkawinan
Tentang
raja Bima, konon ceritanya ia selalu melihat cahaya yang terpancar ke
langit yang berasal dari daerah Manggarai.Cahaya tersebut sesungguhnya
berasal dari kulit emas putri Nggérang yang tumbuh pada punggung bagian
atas, berbentuk bulat dan besarnya seukuran bulatan mata gung.
Sultan
Bimapun mengutus seorang abdi kerajaan bersama beberapa orang prajurit
kerajaan ke Manggarai yang terletak diujung barat pulau Flores guna
melacak cahaya tersebut.Setelah dilacak dan yakin cahaya tersebut
dimiliki oleh seorang putri cantik dan masih remaja bernama Nggérang
yang tinggal di dusun Ndoso.Selanjutnya Sultan Bima mempersiapkan diri
untuk berangkat ke Manggarai untuk meminang putri Nggérang. Ketika
Sultan Bima tiba di Ndoso, meskipun masyarakat menerimanya dengan baik.
Namun sangat disayangkan, ketika Sultan Bima menyampaikan isi hatinya
untuk meminang putri Nggérang yang cantik dan masih remaja itu, Nggerang
menolaknya tanpa syarat.
Raja
Bima menjadi sakit hati dan dendam kepada Nggerang Lantaran Cintanya
ditolak Putri oleh Nggerang tanpa syarat. Raja Bima lalu mengancam
dengan mengirimkan magic magic ke dusun Ndoso. Seluruh dusun Ndoso
diselimuti awan tebal kehitam-himan. Fenemona inipun hingga saat ini
masih dikenal dengan sebuta rewung taki tana literally
“Jika Nggerang tidak juga sedia menerima pinanganku, awam ini tak akan berhenti.”Ancam Mori Dima atau Raja Bima.
Bagi
orang setempat fenomena awan tebal yang meyentuh tanah itu sangatlah
membahayakan kehidupan mereka. Karena mereka tidak bisa berbuat apaapa
dalam kondisi salam seperti itu.
“
Oh…Molas Nggerang terimalah saja lamaran itu supaya awan ini segera
hilang dan kami bisa bekerja lagi” jeritan penduduk setempat.
Namun
bagi Nggerang, awan tebal itu bukanlah apa-apanya.Ancaman demi ancaman
tak digubris oleh Putri Nggerang hingga akhirnya raja Bima tak sabar
lagi ingin membunuh Putri Nggerang.Dengan berbekal sebagai raja berkuasa
atas tanah manggarai termasuk Ndoso saat itu, Sultan Bima menyuruh
orang tua Nggerangmembunh Putri Nggerang dan kulitnya dibuatkan genderang.Satu genderang di bawa ke Bima dan satu genderang disimpan di Ndoso.
Bagi Orang tua Nggerang meskipun permintaan Sultan Bima tersebut terasa sangat berat.Namun,
karena ini permintaan Sultan Bima yang juga sebagai Raja yang berkuasa
di daerah Manggarai ketika itu, maka orang tua putri Nggérang pun tidak
bisa menolak.
Berbagai
usaha dilakukan oleh orang tua putri Nggérang, seperti memotong kerbau,
kemudian kambing, dan kulitnya dibuatkan genderang, tetapi tidak
mengeluarkan bunyi seperti yang diinginkan dan cahaya yang memancar ke
langit pun tidak hilang; tetap kelihatan dari kerajaan Bima.Karena
terus-menerus dpaksa oleh Sultan Bima, akhirnya pada suatu hari orang
tua Nggerang yang bernama Awang mengajak putri Nggérang mencari kutu
rambutnya dan Nggerang menyetujui niat ayahnya tanpa menyangka bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi.
Bersamaan
dengan itu Awang mencabut beberapa helai rambutnya dan disimpan dalam
tabung kecil, dan hal tersebut tidak menimbulkan efek atau pengaruh
apa-apa. Kemudian ia mencungkil kulit emas yang berbentuk bulat sebesar
mata gung dipunggungnya agar tidak memancarkan cahaya lagi, namun
seketika itu putri Nggérang meninggal.
Sadar
bahwa Putrinya telah meninggal, maka Awang mencungkil sekalian kulit
punggung bersama kulit emas dan kulit perutnya untuk dibuatkan
genderang. Jadi, sesungguhnya ada dua gendrang yang dihasilkan dari
kulit tubuh Putri Nggerang; Satu yang dibuat dari kulit emas di punggung
Ngerang dikirim ke Bima.tetapi para pembawa, bukanya mereka bawa ke
bima melainkan ke Sumbawa dikarenakan arus deras si selat Gili Banta.
Jadi, gengrang tang terbuat dari kulit emas it keberadaanya bukan di
Bima melainkan di Sumbawa hingga saat ini. Sementara satunya lagi yang
terbuatdari kulit perut disimpan di Ndoso. Namun, selang beberapa hari
setelah Nggerang meninggal, beberapa pemuda dari Todo dengan rombongan
yang cukup banyak datang ke Ndoso meminta gendrang tersisa itu dengan paksa.Dan sebagian kulit emas dari punggung ditanamkan di bukit Tingku Romot dekat Reo.
_________________________________________________________________________
LOKE NGGERANG
Sumber: https://nusantaralogin.blogspot.co.id/2013/07/kumpulan-cerita-daerah-nusa-tenggara.htm
Danong one ca beo manga ata ine wai molas, mose diha leso-leso duat one uma kudut manga hang diha lete bari, ine wai molas ho’o danong ledong le ende agu eman ga ine wai molas ho,o ngasang na hia RUENG. Hia kaaaeang one mbaru uma,mose diha sengsara keta. Manga ca leso one beo dise hitu manga mai meka, meka hitu raja, tujuan mai de raja ho,o ga kudut mai kawe ine wai ata cocok jadi wina diha, leso hitu tu’a adat one beo hitu kumpul taung lawa one beo hitu kudut cumang agu raja, kudut nganceng lelo ine wai ata cocok jadi wina diha, tapi leso hitu hia Rueng toe manga mai tau cumang hi raja, main le raja ho,o ga jera tu’a adat one beo hitu kudut benta inewai molas hitu, leso nu diang ga hitu di mai hi Rueng cumang agu raja , du ita le raja ho,o Rueng ga pa’u nai de raja agu Rueng. Pas janji le raja ho,o ga kudut cumang one mbaru ngendang kudut lamar hia Rueng ,nu diang ga hia Rueng ngo one mbaru gendang cai nitu ga mai le raja lamar hia Ruenng toe tiba liha Rueng ai menurut hia toe cocok jadi rona diha,laing toe tiba lamaran le Rueng beti nai de raja mai le raja benta pengawl de raja kudut mbele hia Rueng,mai le pengawal mbele hia Rueng bolo mai mbaru tembong mata hia Rueng ga mai lise loke diha Rueng pande tembong ngasang tembong hitu ga loke nggerang sampi denkir ho,o tembong hitu manga kin sale manggarai
Bahasa indonesia
Dahulu kala di sebuah desa hiduplah seorang gadis yang bernama Rueng,dia seorang anak yatim piatu,orang tuanya telah lama meninggal,untuk memenuhi kebutuhannya setiap hari dia bekerja di kebun peninggalan orang tuanya,makin hari hidupnya tambah sengsara. Pada suatu hari di desa itu ada tamu yang datang yaitu seorang raja yang sangat kejam, tujuan kedatangan dari raja tersebut untuk mencari seorang gadis untuk menjadi istrinya yang cocok menurutnyaa, maka dengan itu tua-tua adat di desa itu menyuruh semua warga desa itu untuk berkumpul supaya sang raja dengan mudah memilih calon istri yang cocok menurutnya, tapi hari itu Rueng tidak sempat hadir ,besok harinya sang gadis tadi yang bernama Rueng itu hadir maka pada gadis inilah sang raja jatuh cinta, sang raja langsung memberitahukan hal ini kepada tua adat agar tua adat yang omong langsung dengan Rueng, besok harinya sang raja melamar Rueng di rumah gendang tapi sayangnya lamaran sang raja tersebut di tolak maka emosilah sang raja dia menyuruh pengawalnya untuk menangkap dan membunuh sang gadis tersebut, maka di bunuhlah sang gadis tersebut dan mati dan kulitnya di buat gendang, sampai sekarang gendang tersebut masih ada di manggarai khususnya di manggarai barat.
Klasifikasinya
Bentuknya berupa legenda karena ceritanya nyata dan bendanya masih ada sampai sekarang masih dna masyarakat manggarai khususnya manggarai barat berbondong-bondong untuk melihat gendang tersebut.
_________________________________________________________________________
LOKE NGGERANG
Sumber: https://nusantaralogin.blogspot.co.id/2013/07/kumpulan-cerita-daerah-nusa-tenggara.htm
Danong one ca beo manga ata ine wai molas, mose diha leso-leso duat one uma kudut manga hang diha lete bari, ine wai molas ho’o danong ledong le ende agu eman ga ine wai molas ho,o ngasang na hia RUENG. Hia kaaaeang one mbaru uma,mose diha sengsara keta. Manga ca leso one beo dise hitu manga mai meka, meka hitu raja, tujuan mai de raja ho,o ga kudut mai kawe ine wai ata cocok jadi wina diha, leso hitu tu’a adat one beo hitu kumpul taung lawa one beo hitu kudut cumang agu raja, kudut nganceng lelo ine wai ata cocok jadi wina diha, tapi leso hitu hia Rueng toe manga mai tau cumang hi raja, main le raja ho,o ga jera tu’a adat one beo hitu kudut benta inewai molas hitu, leso nu diang ga hitu di mai hi Rueng cumang agu raja , du ita le raja ho,o Rueng ga pa’u nai de raja agu Rueng. Pas janji le raja ho,o ga kudut cumang one mbaru ngendang kudut lamar hia Rueng ,nu diang ga hia Rueng ngo one mbaru gendang cai nitu ga mai le raja lamar hia Ruenng toe tiba liha Rueng ai menurut hia toe cocok jadi rona diha,laing toe tiba lamaran le Rueng beti nai de raja mai le raja benta pengawl de raja kudut mbele hia Rueng,mai le pengawal mbele hia Rueng bolo mai mbaru tembong mata hia Rueng ga mai lise loke diha Rueng pande tembong ngasang tembong hitu ga loke nggerang sampi denkir ho,o tembong hitu manga kin sale manggarai
Bahasa indonesia
Dahulu kala di sebuah desa hiduplah seorang gadis yang bernama Rueng,dia seorang anak yatim piatu,orang tuanya telah lama meninggal,untuk memenuhi kebutuhannya setiap hari dia bekerja di kebun peninggalan orang tuanya,makin hari hidupnya tambah sengsara. Pada suatu hari di desa itu ada tamu yang datang yaitu seorang raja yang sangat kejam, tujuan kedatangan dari raja tersebut untuk mencari seorang gadis untuk menjadi istrinya yang cocok menurutnyaa, maka dengan itu tua-tua adat di desa itu menyuruh semua warga desa itu untuk berkumpul supaya sang raja dengan mudah memilih calon istri yang cocok menurutnya, tapi hari itu Rueng tidak sempat hadir ,besok harinya sang gadis tadi yang bernama Rueng itu hadir maka pada gadis inilah sang raja jatuh cinta, sang raja langsung memberitahukan hal ini kepada tua adat agar tua adat yang omong langsung dengan Rueng, besok harinya sang raja melamar Rueng di rumah gendang tapi sayangnya lamaran sang raja tersebut di tolak maka emosilah sang raja dia menyuruh pengawalnya untuk menangkap dan membunuh sang gadis tersebut, maka di bunuhlah sang gadis tersebut dan mati dan kulitnya di buat gendang, sampai sekarang gendang tersebut masih ada di manggarai khususnya di manggarai barat.
Klasifikasinya
Bentuknya berupa legenda karena ceritanya nyata dan bendanya masih ada sampai sekarang masih dna masyarakat manggarai khususnya manggarai barat berbondong-bondong untuk melihat gendang tersebut.
Saya sebagai org biasa yang bermukim di wilayah Pantai Selatan, perlu mencari pembenaran apakah orang todo saat itu (1700-an) sudah mempunyai akses ke dunia luar melalui laut mengingat ahli waris suku ini tidak ada pelaut (selain bukti yg disebutkan itu)..setidaknya kita melihat siapa saja yg menghuni sepanjang pesisir pantai Satarmese saat ini? Suku Todo mungkin benar berdagang, tetapi apakah benar saat itu sudah menyebrangi lautan, perlu mencari referensi tambahan akan hal ini, untuk menemukan alasan kuat bhwa memang Todo menginginkan Nggerang itu demi merebut pusat kekuasaan. Sekali lgi, terimakasih atas tulisan yg sgt berharga ini om...