Rabu, 24 Juli 2024

SEJARAH TODO . WELA LOE DAN MANGGARAI

 SEJARAH  TODO  DAN  ADAK MANGGARAI



https://www.youtube.com/watch?v=gnJ9JzptYUM

Misteri Gendang Kulit Manusia | Moyang Suku Manggarai | NB Part. 5

Bapa  Agustinus  (Generasi ke 10 - Adak Todo): 


Todo, bahasa Manggarai  secara harafiah berati  tumbuh.  

Todo pande (perbuatan) , todo wintuk (tindakan) , todo  gauk  (perilaku). Todo one sekola (pendidikan). 


 



Nenek Moyang  orang Todo  datang dari   Minangkabau. Leluhur itu merupakan pemengn pertarungan kerbau.  Dia bertarung kerbau dengan saudaranya. Kerbau saudaranya  itu besar. Dia pakai kerbau  kecil yang masih menyusui   tapi pada tanduknya diselipi  dengan   pisau. Ketika  saat pertarungan  tiba,  kerbau kecil ini menyelinap di kolong perit kerbau jantan besar. Kerbau kecil ini  mengiran scrotum kerbau besar ini adalah susu, maka  ia menggigitnya sambil  menusuk  perut kerbau itu sehingga  terluka. Kerbau besar itu  lari, kalah. Kerbau kecil  kecil ini meang. Lalu leluhur ini merantau ke  Timur, dia mengarungi  lautan dengan  menggunakan perahu kayu.  Jankar kapal kayu masih ada di Todo.  Mereka  mendarat di weriloka, Labuan Bajo.  Tali jangkar perahu disebut Manggar.  Leluhur itu adalah Sri Lawang  dan Istrinya Siti Hawa. Mereka memiliki anak  yakni Kembang Emas (perempuan)  dan Masyur Ilaki-laki). Lalu  mererka  menuju Todo. 


Dalam perjalanan, Kembang Emas menangani   Niang Mongko. 

Di Manggarai  sendiri  ada ada (pemerinatah) lain yakni Cibal, Bajo, Reo, Bima. 

Sebelum  Sri Lawang    tiba, Manggarai saat itu bernama Nuca Lale.  Lalu   berubah menjadi Manggarai karena  jangkar perahu mereka lari dibawa ombak. Ketika jangkar dibawa arus, mereka berteriak, Manggar  rai yang artinya  jangkar   lari ( dibawa  ombak). Akhirnya sejak sat itu Nuca  Lale    berubah menjadi Manggarai  dan dipakai  hingga saat  ini.  Sri Lawang dan keturunannya membangun    Gadang.  Tapi kemudian rumah itu terbakar oleh pasukan perang  Cibal.  Saat itu pasukan perang Cibal memasuki  halaman kampung Todo  dan membakar  rumah adat (Rumah Gadang).  Mulanya  rmah itu susah untuk dibakar. Pasukan memasuki rumah dan menemukan seorang perempuan tua yang  lumpuh. Mereka  mengobrol mengapa  ada rumah yang  yidak bisa dibakar.  Mereka   berjanji untuk  tidak mengapa-apakan dia. Perempuan itu percaya saja. Lalu   perempuan itu memberi tahu rahasia  kesaktian  rumah itu.  Dia meminta mereka  untuk   mengambil barang sakti di  loteng  rumah itu.  Mereka melakukan itu. Mereka mengambilnyanya lalu  membakar  rumah itu. Api berkobar. Lalu mereka mencampakkan  perempuan lumpuh itu ke api yang sedang berkobar.  Akhirnya  rumah itu berhasil dibakar oleh pasukan Cibal.  Lama setellah itu  rumah adat itu dibangun kembali. Lalu  Todo merencanakan  penyerangan ke   Adak  Cibal. Perang  Todo dan Cibal tak terelakkan. 

Leluhur itu datang ke Manggarai  sekitar tahun 1111 (?) . 



 . Sebelum Sri Lawang   tiba, Manggarai  sudah ada  adak (pemimpin) yakni : Cibal, Bajo, Reo, Bima  dan  kemudian  lahirlah  Todo. 


Kehadiran Todo, dianggap sebagai saingan untuk adak lain, terutama  Cibal.  Ada peraiangan  anatara  Todo dan Cibal. Ada perang . 

Todo memiliki  5 gelarang  yakni: : Popo (termasuk Wae Rebo) , Nao, Torok, Rendang (?) , Wewo, Worok. 


Gelarang itu sakti, tak mempan ditomabk dan diparangi. Merreka pasukan militer yang melindungi  Todo. 


Di Todo ada Gendang  yang terbuat  dari kulit manusia. Bagaimana   sejarahnya?   Kulit  manusia  dibunuh oleh. Dia anak orang India yang tinggal di Bima.  Ada petugas dari Todo yakni Parera pergi membawa  Upeti (pajak) ke  Bima. Di sana  dia ketemu dengan perempuan India yang  suaminya   sdeang   berada di India  untuk satu  dua  keperluan di sana.  Saat sebelum dia ke India, dia berpesan, apabila  saat  kelahiran  tiba anak ini  berjenis kelamin laki-laki, maka  dia dipelihara. Tapi bila perempuan maka  dia  harus dibunuh.  Perempuan  hamil ini   kepincut dengan Parera, pembawa Upeti dari Todo ini.  Setelah perempuan hamil ini dibawa  lari, ada  istilah Peti  Todo, Kunci Bajo  (PETO  KUBA) , artinya    utusan dari Bajo ini jangan sampai membuka rahasia  kepada perempuan hambil yang bibawa oleh Parera bahwa Parera ini  tinggal di  Todo, sehingga dia  ekut ke sana.  Utusan  Todo  (Parera) berusaha mneyakinkan utusan Bajo ini.  Mereka saling mengerti.  Parera  mengatakan demikian karena   dia  sudah punya  banyak istri  di Todo.    Maka  Perempuan  hamil ini  terdampar  di Ndoso  (Kecamatan Kuwus / Kecamatan Ndoso)  sekarang.  Perempuan  hamil ini akhirnya  tinggal  di Ndoso  dan bersalin di sana.  Saat itu, diketahui bahwa  anak yang dilahirkan  itu berjenis kelamin perempuan, maka seturut pesan suaminya  yang sedang berada di India, maka anak ini harus dibunuh.  Tetapi saat itu  dia merasa iba  kalau anak perempuannya ini harus dibunuh. maka  dia  mencari akal untuk menggantikannya dengan membunuh seekor anjing lalu dikuburkannya sebagai pengganti anaknya. Sementara itu,  suaminya  sudah  kembali  dari India dan   tiba di Bima.  Dia mencari istrinya. Keluargaa di Bima mengisahkan bahwa   dia  ke Nuca Lale, lari ikut dengan pembawa Upeti dari  Nucalale.  Dia  putuskan  untuk mencari  istirnya. Dia  mencari  isttrinya di  wilayah adak Bajo  namun  tidak dijumpai di sana. Akhirnya  dia menemukannya di Ndoso.  Begitu  tiba di Ndoso, dia  mendapti istrinya. lalu  dia menanyakan keadaannya termasuk soal anaknya. Istrinya  menjawab  bahwa   dia telah melahirkan anak perempuan dan dia telah membunuhnya seturut pedannya. Dia menunjukkan  kuburnya, padahal sebenarnya  itu kuburan anjing  , bukan  kuburan manusia.  Sementara  anak perempuan ini, dipelihara oleh janda tua  yang menjaga  kera di kebun.  Janda ini memelihara bayi ini.  Anak ini bertumbuh  gadis remaja.  Gadis ini bernama  Wela  Loe (Koe) (Bunga kecil, belum  mekar).  Meski masih kecil,  Wela  Loe  ini menyimpan pesona,  hingga dinaksir  oleh   Adak   Todo dan  Adak Bima.  Daripada  Todo dan Bima bersitegang memperebutkan dia, keluarganya memutuskan untuk membunuhnya  dan  sulitnya dijadikan gendang.   

Denikianlah kisah Gendang Wela Loe, yang menjadi gendang Adak Todok. Adak Todo  melingkupi Wae Mokel   batas  sebelah Timur (awo)   dan Selatan Sape    batas di Bagian barat  (sale). 

Menurut  Bapak Agustinus, Gendang itu masih ada, disimpan di dalam peti kaca  di Gendang  Todo..

Gendang ini  sudah dicobai di Laboratorium  Polandia  oleh Pastor  Paroki . Sekarang  tidak  boleh disentuh karena  sudah terlalu  tua usianya. 


Sistem Perkawinan:


Manggarai menganut  sistem Pattrilineal, artinya  anak yang memiliki  keweangan untuk mendapat  warisan  orang tua, mislanya  rumah, kebun (tanah) adalah anak laki-laki. Perempuan  tidak mendapat jatah  warisan  karena  mengikuti   suaminya.  Orang  Manggarai, pengantin laki-laki harus membayar  belis (mahar) kepada  keluarga pengantin perempaun, misalnya  uang  dan binatang seperti  kerbau  (sapi)  dan  kuda .   

Secara   adat, Wae Rebo bagian dari Todo. .  Wae Rebo  itu bagian dari Gelarang Popo.  Ketika   nenek moyang mereka  ada masalah dan berada dalam ancaman pada masa lalu, Todo yang membela mereka   dan mereka  tinggal di Wae Rebo sekarang. 



JPS,  24 Juli 2024. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar