Manusia Baru "Homo naledi", Sepupu, Tante, atau Moyang Kita?
Jumat, 11 September 2015 | 21:43 WIB
http://sains.kompas.com/read/2015/09/11/21431971/Manusia.Baru.Homo.naledi.Sepupu.Tante.atau.Moyang.Kita.
KOMPAS.com — Jenis baru manusia selalu menjadi sesuatu yang mengejutkan. Klaim penemuan jenis Homo naledi di goa Rising Star di Afrika Selatan, seperti penemuan jenis Homo floresiensis di Flores, mengundang decak kagum sekaligus pertanyaan.
Salah satu pertanyaannya, bagaimana hubungan jenis itu dengan kita, Homo sapiens? Apakah dia moyang, tante, atau malah hanya sepupu kita?
Hingga saat ini, jenis manusia paling tua yang ditemukan adalah Ardipithecus ramidus. Jenis manusia tersebut punya karakteristik yang merupakan perpaduan antara manusia dan kera.
"Ardi", demikian jenis manusia itu biasa disapa, ditemukan pada tahun 1994 di Etiopia. Dia diperkirakan hidup sekitar 4 juta tahun lalu. Jadi, kalau ada posisi tetua dalam golongan manusia, dialah yang paling pantas menyandangnya.
"Ardi" belum punya kemampuan bipedal atau berjalan tegak. Jenis manusia paling awal yang punya kemampuan itu adalah Lucy atau Australopithecus afraensis.
Jenis Au afraensis diperkirakan hidup 3,95-2,95 juta tahun yang lalu. Jenis itu mungkin pantas disebut sebagai tante kita. "Ayah" dan "ibu" H sapiens hidup sezaman dengannya, tetapi sulit untuk mengetahuinya.
Kerangka Homo Naledi dikelilingi ratusan elemen fosil, difoto di
Institut Studi Evolusi Universitas Witwatersrand di Johannesburg, Afrika
Selatan. Para ilmuwan pada 10 September 2015, mengatakan fosil
merupakan anggota baru dari keluarga manusia.
Selain Au afraensis yang punya tinggi sekitar 150 sentimeter, manusia modern juga punya tante-tante lain. Salah satunya adalah Australopithecus africanus. Jenis itu hidup sekitar 2,1 juta tahun yang lalu.
Nah, kurang lebih sezaman dengan Lucy, hidup juga manusia-manusia dari genus Homo, yaitu Homo habilis, Homo erectus, dan Homo heidelbergensis. Mereka mungkin bisa disebut paman kita.
H habilis adalah manusia pertama yang membuat alat, sementara H erectus sudah mampu menciptakan kapak genggam dan merawat yang sakit.
Dua spesies itu sangat hebat. Merekalah spesies manusia pertama yang berhasil keluar dari Afrika, menuju Eropa hingga Asia. H erectus juga ditemukan di Jawa.
Sementara itu, H heidelbergensis diperkirakan hidup 700.000-200.000 tahun lalu. Ilmuwan bahkan menduga bahwa mereka adalah "orangtua" H sapiens.
Yang kemudian layak disebut sebagai sepupu adalah Homo neanderthalensis. Ilmuwan menduga mereka hidup sezaman dengan H sapiens. Bahkan, kita mungkin mengawininya! Neanderthal
Lee Berger dari University of Witwatersrand dan tim yang menemukan H naledi menyatakan, jenis itu mungkin sudah punya perilaku mengubur rekan yang mati.
Sampai sebelum Berger mengungkapkan opininya, H neanderthalensis adalah satu-satunya manusia selain manusia modern yang punya perilaku itu.
Meski hidup sezaman, sepupu manusia modern itu lantas punah. Sebabnya misterius. Namun, kepunahannya mungkin karena kalah bersaing dengan kita manusia modern.
Manusia modern punya moyang, tante, paman, dan sepupu yang sudah dikenal. Kini, ada H naledi. Ke mana jenis itu harus digolongkan?
Berger mengungkapkan, prediksi usia maksimum H naledi adalah 3 juta tahun. Jika setua itu, jenis itu bisa dikatakan moyang kita.
Untuk memastikannya, sulit. Penanggalan karbon sulit dilakukan pada tulang karena akan merusak. Sementara itu, tak ada material lain seperti batu yang bisa membantu.
Arkeolog EW Saptomo yang terlibat pada penemuan H floresiensis atau "The Hobbit" mengatakan kepada Kompas.com, Jumat (11/9/2015), kuncinya adalah DNA. Permasalahannya, analisis DNA juga punya tantangan.
Jadi, teka-teki hubungan saudara antara H sapiens dengan H naledi belum bisa dijawab. Penelitian masih perlu dilakukan, termasuk untuk menjawab hal yang lebih mendasar, apakah H naledi memang spesies baru.
Salah satu pertanyaannya, bagaimana hubungan jenis itu dengan kita, Homo sapiens? Apakah dia moyang, tante, atau malah hanya sepupu kita?
Hingga saat ini, jenis manusia paling tua yang ditemukan adalah Ardipithecus ramidus. Jenis manusia tersebut punya karakteristik yang merupakan perpaduan antara manusia dan kera.
"Ardi", demikian jenis manusia itu biasa disapa, ditemukan pada tahun 1994 di Etiopia. Dia diperkirakan hidup sekitar 4 juta tahun lalu. Jadi, kalau ada posisi tetua dalam golongan manusia, dialah yang paling pantas menyandangnya.
"Ardi" belum punya kemampuan bipedal atau berjalan tegak. Jenis manusia paling awal yang punya kemampuan itu adalah Lucy atau Australopithecus afraensis.
Selain Au afraensis yang punya tinggi sekitar 150 sentimeter, manusia modern juga punya tante-tante lain. Salah satunya adalah Australopithecus africanus. Jenis itu hidup sekitar 2,1 juta tahun yang lalu.
Nah, kurang lebih sezaman dengan Lucy, hidup juga manusia-manusia dari genus Homo, yaitu Homo habilis, Homo erectus, dan Homo heidelbergensis. Mereka mungkin bisa disebut paman kita.
H habilis adalah manusia pertama yang membuat alat, sementara H erectus sudah mampu menciptakan kapak genggam dan merawat yang sakit.
Dua spesies itu sangat hebat. Merekalah spesies manusia pertama yang berhasil keluar dari Afrika, menuju Eropa hingga Asia. H erectus juga ditemukan di Jawa.
Sementara itu, H heidelbergensis diperkirakan hidup 700.000-200.000 tahun lalu. Ilmuwan bahkan menduga bahwa mereka adalah "orangtua" H sapiens.
Lee Berger dari University of Witwatersrand dan tim yang menemukan H naledi menyatakan, jenis itu mungkin sudah punya perilaku mengubur rekan yang mati.
Sampai sebelum Berger mengungkapkan opininya, H neanderthalensis adalah satu-satunya manusia selain manusia modern yang punya perilaku itu.
Meski hidup sezaman, sepupu manusia modern itu lantas punah. Sebabnya misterius. Namun, kepunahannya mungkin karena kalah bersaing dengan kita manusia modern.
Manusia modern punya moyang, tante, paman, dan sepupu yang sudah dikenal. Kini, ada H naledi. Ke mana jenis itu harus digolongkan?
Berger mengungkapkan, prediksi usia maksimum H naledi adalah 3 juta tahun. Jika setua itu, jenis itu bisa dikatakan moyang kita.
Untuk memastikannya, sulit. Penanggalan karbon sulit dilakukan pada tulang karena akan merusak. Sementara itu, tak ada material lain seperti batu yang bisa membantu.
Arkeolog EW Saptomo yang terlibat pada penemuan H floresiensis atau "The Hobbit" mengatakan kepada Kompas.com, Jumat (11/9/2015), kuncinya adalah DNA. Permasalahannya, analisis DNA juga punya tantangan.
Jadi, teka-teki hubungan saudara antara H sapiens dengan H naledi belum bisa dijawab. Penelitian masih perlu dilakukan, termasuk untuk menjawab hal yang lebih mendasar, apakah H naledi memang spesies baru.
Editor | : Yunanto Wiji Utomo |