Rabu, 09 September 2015

Tarian Wai Doka dari Flores Ini Sudah Dikenal di Belgia

Tarian Wai Doka dari Flores Ini Sudah Dikenal di Belgia

Kamis, 10 September 2015
 https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=2079567678751654825#editor/target=post;postID=2368711178579443882
KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Para siswa dan siswi SMAN Negeri II Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, membawakan tarian Wai Doka, Sabtu (5/9/2015). 
 SALAH satu dari ke 36 Kedaluan atau Hamente di wilayah Manggarai Raya adalah Kedaluan atau Hamente Kepo. Kedaluan Kepo berada di Kampung Mok. Konon, Mok adalah singkatan Markas Orang Kepo, Desa Mbengan, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Desa Mbengan yang bertetangga dengan Desa Ranakolong dan wilayah Ketang serta Kelurahan Ronggakoe. Kedaluan itu hidup masyarakat yang memiliki adat istiadat, ritual dan seni tari. Bahkan di Kampung itu ada rumah adat yang disebut “Mbaru Embo”.

Bahkan bisa disebut Kampung Mok di Desa Mbengan sebagai Kampung Budaya di Kabupaten Manggarai Timur. Mengapa disebut Kampung Budaya? Karena di kampung itu masih mempertahankan adat istiadat, seni tari dan ritual-ritual dari nenek moyang Suku Kepo.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Tarian Wai Doka dibawakan oleh siswa dan siswi SMAN Negeri II Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (5/9/2015).
Ada satu seni tari yang merupakan warisan leluhur Suku Kepo itu adalah Tarian Wai Doka. "Wai" artinya "kaki" dan "Doka" artinya "jalan dengan bambu". Jadi Wai Doka diterjemahkan, seseorang berjalan dengan menggunakan bambu.
 Wai Doka hanya dimiliki masyarakat adat Suku Kepo di kampung Mok. Sementara di kampung lain tidak mengenal Wai Doka. Wai Doka ini tarian unik yang sudah diwariskan secara turun temurun dari leluhur orang Suku Kepo.

Pada sabtu (5/9/2015) lalu, KompasTravel diundang pihak Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Komba (SMAN 2) untuk merayakan ultah ke-5. Kepercayaan yang diundang harus diterima dan dihadiri.
Ternyata, KompasTravel menyaksikan sendiri siswa dan siswi SMAN Negeri 2 Kota Komba membawakan tarian Wai Doka saat menjemput pejabat dari Pemkab Manggarai Timur dan pimpinan DPRD Manggarai Timur untuk menghadiri perayaan itu sekaligus ada dialog dengan orangtua murid dengan pejabat dari Manggarai Timur.

Pejabat yang hadir adalah Wakil Bupati Manggarai Timur Agas Andreas, Wakil Ketua II DPRD Kabupaten Manggarai Timur Wilfridus Jiman, dan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Kabupaten Manggarai Timur Frederika Sok.

Saat Wakil Bupati Manggarai Timur itu tiba, siswa dan siswi menjemputnya dengan tarian Wai Doka serta penari-penari perempuan yang diiring musik gong dan gendang.

Kepala SMAN 2 Kota Komba, Bernabas Ngapan kepada KompasTravel dalam perbincangan lepas belum lama ini menjelaskan, tarian Wai Doka merupakan warisan budaya dari masyarakat Suku Kepo. Untuk itu, siswa dan siswi SMAN Negeri II Kota Komba terus melanjutkan dan melestarikan serta mempertahankan tarian ini.

Bernabas menjelaskan, beberapa tahun lalu, Tarian Wai Doka mampu ‘menghipnotis’ warga Kota Maumere yang memadati jalan-jalan di Kota Maumere dalam sebuah pergelaran seni. Pemkab Manggarai Timur mengutus siswa dan siswi dari SMAN Negeri Kota Komba untuk membawakan tarian Wai Doka serta tarian pendukung lainnya.
Bahkan, festival budaya di tingkat Kabupaten Manggarai Timur, SMA Negeri 2 terus dilibatkan dengan membawakan tarian Wai Doka.

“SMAN 2 Kota Komba akan terus melestarikan budaya lokal seperti Tarian Wai Doka, tarian Mbata dan beberapa tarian lainnya yang berada di wilayah Kecamatan Kota Komba. Selama ini, apabila ada kunjungan pejabat dari Kabupaten Manggarai Timur ataupun dari luar selalu dijemput dengan Tarian Wai Doka,” jelasnya.

Tokoh masyarakat Desa Ranakolong, Stanislaus, mengatakan, tarian Wai Doka hanya ada di Kampung Mok. Tarian ini tidak ada di kampung lainnya. Tarian ini biasanya diperuntukkan untuk menjemput tamu-tamu besar sejak zaman kerajaan Manggarai Raya.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Tarian Wai Doka di Kampung Mok, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Seperti ada kunjungan dari pihak kerajaan, warga di Kampung Mok menjemput dengan tarian Wai Doka. Hingga saat ini, kunjungan dari pejabat pemerintah dengan level tinggi seperti bupati dan wakilnya serta pejabat negara lainnya dari provinsi dan pusat yang mengadakan kunjungan ke Desa Mbengan, pasti warga masyarakat Kampung Mok menjemput dengan Tarian Wai Doka.
“Saya ingat ketika kami sambut baru di Paroki Santo Agustinus Mok, tarian Wai Doka dibawakan untuk menjemput tamu-tamu,” kisahnya.

Sudah Dikenal di Belgia

Beberapa tahun lalu, rombongan wisatawan dari Belgia sedang mengunjungi Pulau Flores. Saat itu wisatawan menginap di Mbolata Cottage, milik Fransisko Huik De Rosari. Saat itu pemilik Mbolata Cottage menawarkan kunjungan ke Kampung Mok untuk melihat keunikan tarian-tarian dan ritual di Kampung Mok.

Setiba di Kampung Mok, rombongan wisatawan Belgia itu disambut dengan acara adat dan dilanjutkan penjemputan dengan tarian Wai Doka. Saat itu wisatawan yang berkunjung di kampung itu mengambil gambar lewat kamera tarian Wai Doka dan Tarian Umbi Ro.

Selain Tarian Wai Doka, ada juga tarian Umbi Ro atau tarik tambang adat dengan ritual adat dengan berpakaian adat.

Tak hanya tarian-tarian, ada juga sebuah rumah adat di Kampung Mok. Rumah adat itu dinamakan Mbaru Embo. Mbaru Embo itu sangat unik di mana tak sembarang orang bisa mengunjungi rumah adat tersebut.

Rumah adat itu hanya bisa masuk di dalamnya pada ritual-ritual tertentu dan pada bulan tertentu. Tak semua orang bisa masuk, hanya keturunan dari nenek moyang dari Mbaru Embo yang bisa masuk.

1 komentar: