Sabtu, 19 Desember 2015

BEN MBOI: TOKOH MANGGARAI

BEN MBOI: TOKOH MANGGARAI



“entap pucu”(mengagungkan diri dalam arti mengaku diri hebat) tapi juga mampu berpolitik “entap toni” (mengagungkan dan mengakui kehebatan orang lain).



 jikalau NTT adalah sebuah bangsa maka alm. Kraeng Ben Mboi adalah sangat pantas di sebut sebagai bapak bangsa









 

jikalau perubahan nama rsud itu adalah ide dari bupati K. Rotok maka terjawablah mengapa dia di pilih dua kali oleh rakyat manggarai. Perubahan nama rsud itu adalah menunjukan wawasan politik K. Rotok yang luas dan akomodir (NOTE: saya tak kenal dan tak pernah bertemu bupati K.Rotok secara langsung, ini hanya komentar sebagai orang awam).
bupati Rotok ternyata tidak hanya bisa berpolitik “entap pucu”(mengagungkan diri dalam arti mengaku diri hebat) tapi juga mampu berpolitik “entap toni” (mengagungkan dan mengakui kehebatan orang lain). Semoga kita semua rakyat Manggarai bisa merangkul politik “entap toni” sehingga kita tak saja bisa menghujat lawan tapi kita juga harus mampu mengakui kebolehan lawan.
jikalau NTT adalah sebuah bangsa maka alm. Kraeng Ben Mboi adalah sangat pantas di sebut sebagai bapak bangsa, maka ide menamakan rsud dengan nama beliau adalah sangat tepat sebagai ‘entap toni’ dari semua rakyat Manggarai untuk Kraeng Ben Mboi … well done sir RIP

Senin, 14 Desember 2015

Daniel Anduk








Daniel Anduk, Penyanyi Legendaris yang Tergerus Zaman

1064
 http://www.floresa.co/2015/11/02/daniel-anduk-penyanyi-legendaris-yang-tergerus-zaman/





Daniel Anduk (Foto: Bonefasius Sagi)
“Oe  Ende ga e/Mane tana sale ende ye/Lurang lawe de tungku mane/Itu de tandan ata weong naige
Oe ende gae/Pau leso lauy ende ge/Pau ndarut de nai daku/Hitu de tandan ata weong naige…….”
Lirik di atas adalah bait lagu berjudul ‘Oe Ende Ga e’ yang dinyanyikan Daniel Anduk dalam album kaset “Oe Ende Ga e” (1984).
Bagi orang Manggarai-Flores, Nusa Tenggara timur (NTT) yang lahir tahun 40-an sampai 80-an, pastilah akrab dengan syair lagu-lagu ini.
Demikian pun dengan lagu-lagu ‘Ce’e Jampi Ce’e, Daeng Kempo, Dere o Ngkiong e, maupun Lumun Tepong dan Pata mo Ende go’.
Album “Oe Ende Ga e” dapat dikatakan sebagai album perintis lagu daerah Manggarai yang digarap dan dipasarkan secara professional. Karena itu, lagu-lagunya menjadi legendaris.
Tunanetra dengan Bakat Vokal
Daniel Anduk yang lahir pada 1964 di Poreng, Kecamatan Lelak terlahir tunanetra. Namun, ia memiliki bakat musik yang luar biasa.
Alkisah, di masa kecilnya, Daniel dekat dengan pamannya, bernama Polus Dago.
Polus ahli dalam membuat gitar kecil (jug tenor), sebagai salah satu alat musik dalam orkes gambus yang saat itu sangat terkenal untuk mengiringi pesta-pesta pernikahan.
Daniel kecil acapkali mencoba jug-jug yang telah selesai dibuat pamannya. Dan dari sana, jiwa musiknya terus bertumbuh.
Lama-kelamaan ia menjadi ahli bermain jug. Keahliannya itu didukung oleh anugerah vokal natural yang luar biasa.
Daniel Anduk kecil pun kemudian sering diminta untuk bernyanyi di pesta-pesta pernikahan di kampung Poreng dan sekitarnya.
Ketika umur belasan tahun, Daniel Anduk dibawa pamannya yang lain, Stef Hambur, untuk tinggal bersamanya di Tando, Lembor.
Stef kemudian membeli sebuah gitar untuk Daniel Anduk. Tidak butuh waktu lama, Daniel menguasai cara bermain gitar dan kemudian dari pesta ke pesta, dari kampung ke kampung bernyanyi sambil memainkan gitarnya menghibur tamu.
Saat itu tape recorder masih menjadi barang  sangat mewah. Dan, hiburan di pesta-pesta masih mengandalkan orkes gambus atau nyanyian dengan gitar ala Daniel.
Album Pertama
Suatu ketika, pertengahan tahun 1981, Daniel bernyanyi di kampung Kalo – Lelak, pada pernikahan tanta Ros.
Seorang guru, pak Tadeus, yang memiliki tape recorder terpukau dengan suara dan cara bermain gitar Daniel, lalu kemudian berinisiatif merekamnya.
Tak hanya sampai di situ, hasil rekaman ini dia bawa ke Ruteng dan diperdengarkan ke pemilik toko (baba) Mulya Jaya.
Gayung bersambut, baba toko Mulya Jaya tertarik dengan lagu-lagu Daniel Anduk. Pak Tadeus kemudian memfasilitasi pertemuan Daniel Anduk dengan baba toko Mulya.
Pertemuan mereka menghasilkan kesepakatan di mana Daniel Anduk harus mempersiapkan sepuluh lagu untuk kemudian direkam di Surabaya.
Demikianlah pada 1983, Daniel yang telah mempersiapkan sepuluh lagu, diberangkatkan ke Surabaya difasilitasi baba Toko Mulya Jaya.
Di Surabaya, lagu-lagu yang telah disiapkan Daniel diolah lebih apik dan take vocal pun dilakukan. Kerja keras selama kurang lebih empat bulan kemudian menelurkan album perintis dan legendaris  “Oe Ende Ga e”. Tidak butuh waktu lama kaset album ini booming di Manggarai.
Ke manakah Daniel Anduk setelah 1983? Ia tetap berkarya dalam dunia musik. Namun namanya kian meredup seiring dengan munculnya group-group lagu Manggarai yang setelah itu muncul satu demi satu dan tampil lebih fresh.
Daniel Anduk kemudian lebih banyak merekam lagu-lagu ciptaannya dengan bermain gitar solo secara independen ala kadarnya. Kaset-kasetnya pun dijual sendiri.
Kecuali pada 2006 dan 2007, Daniel mencoba peruntungannya dengan berkolaborasi dengan group penyanyi Manggarai ‘Lalong Liba’ dalam album ‘Cala Lembu’ dan ‘Mboros Toe Poso’.
Menurutnya, dua album ini disambut pasar namun tidak bertahan lama.
Menurut pengakuannya sendiri, jika diarsipkan dengan baik, lebih dari 100 judul lagu telah ia ciptakan.
Sayangnya, lagu-lagu ciptaan Daniel tidak diarsipkan, apalagi berbicara tentang hak cipta.
Hebatnya Daniel Anduk hanya mengandalkan ingatan ketika menciptakan lagu juga syair-syairnya yang puitis dan penuh dengan go’et (irama puitis) Manggarai.
Saat ini, Daniel Anduk tinggal di Pelus, kecamatan Lelak bersama istri dan satu anaknya.
Menurut Titus, sahabat yang setia mengantar Daniel ke mana-mana, ketika ia sudah mengelus-elus rambutnya terus menerus dan memelintir rambut (poser wuk) depannya, itu berarti Daniel sedang penuh inspirasi untuk kembali menghasilkan lagu ciptaannya.
Dan saat-saat seperti itu, Daniel tidak boleh diganggu. Biasanya setelah itu dia mengambil gitar dan mulai menyanyikan lagu baru dan merekamnya dengan tape recorder.
Mulai Meredup
Dunia musik telah menghidupkan dan membesarkan Daniel Anduk. Tapi tidak lagi sekarang. Selain karena banyaknya grup musik Manggarai yang muncul, kecanggihan teknologi tampaknya sulit dikejar Daniel, terutama dengan hadirnya televisi dan hand-phone multi-fungsi di kampung-kampung.
Dunia menciptakan lagu dan bermain gitar ala Daniel Anduk tidak lagi menarik bagi kaum muda dewasa ini serta tidak menjanjikan secara ekonomi.
Demi menyambung hidup, Daniel menjadi opreter (penyedia layanan musik) dalam pesta-pesta sekolah dan pernikahan dan melayani jasa sewa sound system.
Satu harapan Daniel adalah alangkah baiknya jika pemerintah daerah menciptakan wadah bagi pemusik daerah seperti dirinya sehingga tetap menghasilkan karya-karya original dan dapat dinikmati publik, sebab melalui lagu-lagu daerah ada banyak kritik dan pesan sosial positif yang disampaikan.
Daniel Anduk yang suka bergaul tetap bernyanyi, masih ada saja yang merindukan suara dan lagu-lagunya, walaupun hanya satu dua orang. (Laporan Kontributor Bonefasius Sagi/ARL/Floresa)

Hubungan Manggarai dengan Sulawesi

Hubungan Manggarai dengan Sulawesi

Apakah ada hubungan  antara Sulawesi  dengan Manggarai, Flores?

1. Bahasa: e.g. Karaeng  (S) = Kraeng (Manggarai); Tabe (S) = Tabe (Manggarai ) = permisi.(?)
https://news.detik.com/berita/d-4454183/emak-emak-sebut-jokowi-akan-hapus-pelajaran-agama-berbaju-logo-pks

2. Nama tempat: Kalumpang (Mamuju / Mamasa = Kelumpang, Rahong Utara, manggarai; Rattepata (S) = Pata(Kolang); Mamolo = Puar Lolo (Kempo);  seko (S) = Sekok (Subu, Pahar), Luwu (S) = Luwuk  (di Dampe?); Maros (S) = Maras (Manggarai); Bulu Kumba (S) = Kumba (Ruteng); (http://pgi.or.id/mengenal-gereja-kristen-sulawesi-barat-gksb/; wotu (Luwu Timur) = Watu (Ruteng, Manggarai); Palopo (Luwu) = Popo (Satarmese Barat) (http://regional.kompas.com/read/2015/12/24/10104031/Turun.Cari.Korban.KM.Marina.Bupati.Luwu.Temukan.12.Jenazah.Mengapung.?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khlwp).
3. Mitos: mitos  katak (perlu penelitian). Kalau di Manggarai, beberapa suku menjadikan katak sebagai totem, misalnya suku Maras Welo di Wela, Sano, Sama.




JPS, 14 Desember 2015.

Rabu, 09 Desember 2015

PESAN CACI BAGI PENDIDIKAN MENTAL

PESAN CACI BAGI PENDIDIKAN MENTAL








sisitim pendidikan di Manggarai seharusnya mengikuti nafas, semangat dan ideologi bermain ‘caci’.
selama ‘caci’ seorang harus energetik, penuh smangat yang membara(agar di segani lawan),selama caci seorang tak pernah merasa malas dan tak kan pernah menyerah kecuali kedua kaki patah tak bisa ‘kélong'(menari-nari), peserta juga harus tampil perkasa agar tampil jantan dan berani, walau berdarah tapi tetap ‘ncoang paci’ seolah rasa sakit adalah sahabat lama, bunyi ‘kalus/lempa’ bagaikan musik merdu, merintih kesakitan bukan dengan tangisan tapi dengan nyanyi. Ada saatnya untuk memukul dan ada saatnya untuk di pukul, mengalahkan lawan dengan sopan santun dan banyak lagi semangat caci lain nya.
sistim pendidikan kita terlalu jauh dari semangat caci bahkan tampak tak serius alhasil kebanyakan yang tamat sekolah menjadi SWL(sarjana wuku lolo), terlalu banyak urus ‘wuku’ biar nganggur yang penting kukunya tampil bagai kukunya céwék yang bekerja di ‘fashion show’…. kalau kukunya panjang lebih baik sekalian pakai lipstick bro, siapa tahu bisa jadi model. Mana kejantanan-mu? mana semangat caci-mu?
ketika politisi menyinggung dunia pendidikan Manggarai, di sana seolah tersirat harapan semoga ini adalah suatu tanda akan di mulainya reformasi bahkan revolusi untuk menyadarkan semua pihak bahwa (mutu)pendidikan adalah sektor paling strategis dan amat sangat penting yang akan membawa kita(Manggarai) kepada perubahan ke arah positiv. ..semoga…

Sumber:   http://www.floresa.co/2015/07/28/hery-nabit-hentikan-politisasi-institusi-pendidikan-di-manggarai/#comment-26971

JPS, 10 Des. 2015


Mengenal Tari Caci, Pertarungan Masyarakat Manggarai

 http://foto.kompas.com/photo/read/2017/8/21/150330174669d/1/Mengenal.Tari.Caci.Pertarungan.Masyarakat.Manggarai
 
Kompas Images - 21/8/2017
KOMPAS.com - Menari caci merupakan tradisi yang sangat kental bagi orang Manggarai Timur, Manggarai, dan Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur.

Caci merupakan permainan rakyat yang sudah diwariskan secara turun temurun oleh leluhur orang Manggarai Raya.

Dengan dua orang pemain, permainan rakyat ini sangat berbeda. Satu lawan satu. Satu yang memukul dengan menggunakan cemeti (Larik) dan lawan menangkis dengan sebuah alat yang disebut Nggiling (sebuah tameng) berbentuk bulat yang terbuat dari kulit kerbau atau kulit kambing dan sapi.

Permainan dilakukan sambil menari-nari di tengah lapangan, memukul lawan sambil menyanyikan sebuah lirik lagu bahasa daerah setempat. Bahkan lawannya pun ikut menari-nari usai menangkis pukulan.

Keunikan dari permainan rakyat ini terletak pada pemain-pemain yang turun di lapangan sambil menari-nari dan menyanyikan lirik lagu menghibur penonton maupun menggelabui lawan.

Saat itu, suara-suara emas dari pemain caci dilantunkan dengan dialek-dialek bahasa daerah setempat. Bahkan, pemain yang masih muda atau bujang menampilkan yang terbaik demi menggaet perhatian dari perempuan yang memadati lapangan.

Bahkan, ajang permainan caci juga bisa mempertemukan jodoh bagi pemuda dan pemudi. Kaum perempuan terhibur dengan goet-goet (dialek-dialek) yang dibawakan saat menari-nari di tengah lapangan sambil melemparkan senyuman kepada kaum perempuan yang memadati di pinggir lapangan.

Dalam sebuah permainan caci, ada beberapa peralatan caci yang disiapkan, seperti Nggiling (Tameng), Larik (Cemeti) yang terbuat dari kulit kerbau bagi orang Manggarai dan Manggarai Barat sementara untuk orang Manggarai Timur memakai ijuk muda dari pohon Enau.

Selain itu, ada puga panggal (penutup kepala), selendang untuk menutup bagian wajah. Juga nggiring (alat bunyi yang terbuat dari besi berbentuk gong kecil). Gong kecil yang banyak ini biasanya dipakai di bagian belakang pinggang dari para penari caci.

Dalam tarian caci ada kalah dan menang. Untuk menentukan menang, jika lawan yang dipukul mengenai wilayah wajah. Oleh sebab itu wilayah wajah dari penangkis menggunakan tameng berbentuk bulat (Nggiling) dan harus ditutup rapat dengan mata saja yang tidak ditutup.

Yang menarik dan bermakna dari permaian caci adalah persaudaraan yang sangat tinggi. Tidak ada dendam, walaupun tubuh berdarah akibat terkena pukulan. Bahkan, aturannya secara lisan sudah diketahui secara umum dan ditaati bersama. KONTRIBUTOR MANGGARAI, MARKUS MAKUR
EditorDino Oktaviano

Bahasa Manggarai - Cina

Bahasa Manggarai -  Cina

Manusia Manggarai itu plural.  Tentang asal usulnya, ada yang mengatakan berasal dari Eropa, Asia,  Afrika. Untuk Asia, Ada anggapan bahwa nenek moyang Manggarai berasal dari  Cina. Apa bisa diambil bukti? Beberapa contoh sederhana ini bisa dijdikan bukti, yakni bahasa dan pernak-pernik kehidupan.
Pertama,  pernak-pernik. Ada pernak-pernik yang diklaim dibuat leh orang Cina, khususnya pernak-pernik yang terbuat dari logam, misalnya peralatan makan - mimun.
Kedua, bahasa. Beberapa kosa kata Manggarai  bunyinya  sangat kecinaan:
Misalnya:
  1. Hang liong hang ho wa :(Siapa yang memakan-makanan ini)
  2. Toing le toming (menegur dengan berbuat)
  3. Ting hang tuang (beri makanan kepada tuang / tuan)
  4. Ting le jing (pemberian jin)
  5. Lewing teneng hang (periuk tanak nasi)
  6. Tongkeng todang tanda momang (Tegak menuntun tanda cinta)
  7. Toing le jing (diajar oleh setan)
  8. Nombong wajol toe manga hang (masuk angin karena tidak ada makanan / makan).
  9. Liong hang hang ho wa ( Siapa yang makan makanan di bawah ini)
  10. Toing te noing (Ajar  untuk sadar)
  11. Toming koing (Contoh memanggil. Koing bipakai untuk memanggil anjing)
  12. Tatang  te teing hang (panggil untuk diberi makanan. Tatang dipaki untuk memamnggil babi).
  13. Lo'eng te tegi mose = menyalak meminta makanan (jatah).

JPS, 9 Desember 2015
No. 9 - 12, JPS 19 April 2017.



Selasa, 08 Desember 2015

Goet Manggarai - tulisan data

 Caka cama natas bate labar

 natas mbate dise ame

 ledong dise empo.


Robertus Pelita 


 Pater, Caka cama natas bate labar ai hitu natas mbate dise ame, ledong dise empo...

Robertus Pelita 

 https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1511176165875818&set=a.1402443333415769.1073741826.100009503475910&type=3&theater

JPS 9 Januari 2016

Reca rangga, walik ntaung
Rm. Inosensius Sutam


Dalam hitungan jam kita akan beralih dari tahun 2015 ke tahun 2016. "Reca rangga dan walik ntaung," kata orang Manggarai.

Reca rangga oné lacang,
walik ntaung oné landuk,
Na’a ntaung manga ata gawasn,
werus ntaung weru ata nggelukn,
kapus ata naud oné ntaung ata laun,
pingas ata di’ad oné ntaung ata sinan
ambis ata jarid oné ntaung ata cai,
Noings sanggéd gori tela toni
Nuks sanggéd runcung dempul wuku
Haéngs sanggéd taé agu papé ata raésd
Néténg gula ngo duat,
Néténg mané manga pandé
Néténg wié manga cikéng
Néténg leso manga peno,
Néténg minggu manga nipu,
Néténg lu’ang manga duha
Néténg wulang manga uwa,
toé wulang cara ncuang
Ca ntaung ata laun manga kapu,
toé ntaung cala ma’u
Saka hiat Ngaran landing manga hang,
Lipur hiat Nipun landing manga inung
Rindang hiat Pingan landing manga ni’ang
Séndong hiat Émbongn landing manga wéngko
Roés hiat Bonén landing manga mosé
Ruteng, 31 Desember 2015

 https://www.facebook.com/inosensius.sutam.9?pnref=lhc.friends
JPS, 9 Januari 2016


Ceka paka hena, tusuk paka burut  
Oleh Rm. Inosensius Sutam

Ho’o leso remong, tantu ra’up,
cehéng reké, rapak tanggal
cumang wulang, cau ntaung

Pilkada, bantang cama ka’éng tana
Kudut pili ata rinding, lonto cimping
Kudut lir ata lilikn, lonto cicing
Kudut ninik siri, lonto siding
Kudut cicir ata jiri, lonto jingging
Kudut cumang ata uwa/wuan, lonto gula
Kudut petot ata petok/letok, lonto leso
Kudut kawé ata raés, lonto mané
Kudut pilé ata cikéng, lonto wié
Kudut porong ata molorn caca mbolot
Kudut werus ata nggelukn pandé becur
Kudut lélo ata nggélokn pandé rémbong
Kudut repet ata helek pandé cedek
Latang méu kraéng, ata wintuk kudut rangkangn pilkada:
Wéngké di’a té-pé-és (TPS) boto génggél oné wié mésé
Pedeng reweng ata poli lepet, boto manga ata ketekd
Néka wetoks ata poli petokd boto rehongs agu renos
Néka juts ata poli ujungn, boto muntungs ruku tu’ung
Néka pandé bukang surat undang pandé rudak
Néka ceka ceha, pandé wentang ata menang
Néka tiba séng boto péhéng, mosé toé léwé
Néka rantang pilkada, mai nakay cama-cama
Néka léwang bénta, néka wéléng té-pé-és (TPS)
Néka sala mata, néka cidé limé, néka rungkut nuk
Papang maki te can, pandé rangka lama
Ngguang nomor te suan, pandé uwa agu wua
Néka ceka landing jera diha amé jenang boto lengkar
Néka tusuk dudung-pur pandé rucuk toé dumpu
Ceka paka hena kudut manga letang pandé beka
Tusuk paka burut kudut manga mut pandé ludung

 https://www.facebook.com/inosensius.sutam.9?fref=nf
diunduh pada 9 Desember 2015, pkl 13:40




Asé-ka'é.... Nomor 1 ko 2, anak dité taung, weki dité taung... Hambor ka'éng kampong, lémbor ka'éng béo... Pandé salang cama-cama kudut langkas nawa, néka pandé calang
Pilkada : pandé salang ko pandé calang ?
Oleh Rm. Inosensius Sutam
Pilkada pandé salang kudut langkas nawa, ko….pandé calang kudut mbasak nawa
Pilkada pandé salang kudut rangkang ka’éng tana, ko…. pandé calang kudut radak ka’éng tana
Pilkada pandé salang kudut wénggos ka’éng béo, ko…. pandé calang kudut mbékot ka’éng béo
Pilkada pandé salang kudut léros lonto léok, ko…. pandé calang kudut wéntong lonto léok
Pilkada pandé salang kudut ra’um ka’éng mbaru, ko…. pandé calang kudut rasung ka’éng mbaru
Pilkada pandé salang kudut riwok ka’éng kilo, ko…. pandé calang kudut timpok ka’éng kilo
Pilkada pandé salang kudut nggelis oné weki, ko…. pandé calang kudut pengki oné weki
Pilkada pandé salang kudut nggalas wakar, ko… pandé calang kudut da’at oné wakar
Pilkada pandé salang kudut ngalis nai, ko… pandé calang kudut rabi nai
Pilkada pandé salang, kudut nanang haé ata, ko… pandé calang, kudut rangkat haé ata
Pilkada pandé salang kudut kapu ha’é wa’u, raés asé-ka’é
ko…pandé calang kudut pampung haé wa’u, raék asé-ka’é
Pilkada pandé salang kudut indang anak-wina, momang ana krona
ko… pandé calang kudut cikat anak wina, poka ana krona
Pilkada pandé salang, kudut pandé mo’éng agu mosé ro’éng le roés agu loréng
ko... pandé calang, kudut pandé kosé agu copél ro’éng wajol lopét agu lowér
Pilkada pandé salang, kudut ola bora conda rowa disét boat agu mosé capur bokak
ko… pandé calang, kudut kolang bora pandé rowa isét boat agu mosé capur bokak
Pilkada pandé salang kudut rombéng mosé, ko pandé calang kudut longké mosé
Pilkada pandé salang, kudut pandé uwa haé mukang, mut ha’é lumpung
ko…. pandé calang, ai pandé munda haé mukang, rutu haé lumpung
Pilkada pandé salang, kudut kékép agu pélét ata méséd agu léwéd, ninik ata jiri agu cirid
ko… pandé calang, kudut kékép agu pélét séng pandé lénggé, ninik ringgi pandé ringing tis
Pilkada pandé salang, kudut loléngs ata moséd, tadang oné mai ata matad
ko… pandé calang, ai nanang ata matad, okés ata moséd (nanang jarang mata, oké jarang mosé)
Pilkada pandé salang, kudut sakas ata mangkang agu rapakd oné ka’éng cama,
ko… pandé calang, ai pampangs agu rampas ata mangkang agu rapakd, ka’éng cama
Pilkada pandé salang, kudut lumung luju mu’u te pu’ungn curup ata pukul sanggéd ruku
ko… pandé calang, kudut dundung agu curu cungkut sanggéd ruku, landing mu’u rukus
Mai ga ité…
Ngaji agu Jari, sawal agu Ngaran, kéng agu Dédék, tombo agu Wowo…
Pandé randang pili adak ka’éng tana, kudut manga salang pandé rangkang
Pandé raés pili amé, kudut ambé agu rambéng ka’éng tana Nuca Lalé
Pandé kais pili laki ko wai, kudut ambi, rani nai, main dani tana Manggarai
Kudut sembong tana serong disé empo, kudut lendarn tana letang disé ema,
Kudut lerén tana pedé disé endé, kudut mbaék tana mbaté disé amé

Ruteng, Agustus-September 2015



 https://www.facebook.com/inosensius.sutam.9?fref=nf
diunduh pada 9 Desember 2015, pkl 13:40

*******

Palas Rawuk leso Rabu 


Le Inosensius Sutam 
1
Rawuk hitu ngong lénggé, niwi-naés ….
Wiku wakut wa rawuk ného acu 
Pili latung wa rawuk, le lénggé capur békék 
Wa rawuk be wa, rangan toé pecing taran 
Pesé rawuk ces, toé paés apa 
Rawuk hitu te sémbéng, nggiling weki…….
Conda le rawuk kolang poti loha boto rowa 
Cucang le rawuk  kudut ndasel sampeng 
Cagur le rawuk kudut mora wau, toé ruis uli  
Rahit le rawuk api boto mai ular mbani 
Rawuk hitu ngong dempul wuku, tela toni….
Cau rawuk, kudut cain api pukul mut 
Kudut keté api, paka cukung nus, ra’up awus agu rawuk  
Weda rawuk wa, maik pandé bémbang léba éta 
Wa rawuk tombo,  lobo watu wintuk  
Maram ata tu’a ciri rawuk, tama anak ciri api 
4
Rawuk leso Rabu, leso Rabu Rawuk…
Palas oné gala kudut nggalas wakar 
Rujut oné uluy te kukut ata tu’ungn oné pucu 
Hitu rawuk te tadu sanggéd rasung 
Hitu rawuk te teser ba helek kudut merep 
Hitu rawuk te cumang tau agu Mori Andung 
Hitu rawuk te koso jogot, wégo ndékok
Te holés oné mai gonggém, tadang oné mai ngampang 
Toé wéléng, mai randang salang de Ngaran 

Ruteng, 17 Februari 2021


JPS, Harapan Indah - Bekasi, 21 Feb. 2023.


Selasa, 01 Desember 2015

PIDATO PRESIDEN DI PARIS: MASYARAKAT ADAT DAN LINGKUNGAN

 

Pidato Presiden Jokowi di Paris Mengejutkan

http://internasional.kompas.com/read/2015/12/02/01221081/Pidato.Presiden.Jokowi.di.Paris.Mengejutkan

Rabu, 2 Desember 2015 | 01:22 WIB
Ambaranie Nadia K.M Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri saat hendak bertolak ke Paris untuk menghadiri KonferensinPerubahan Iklim, Minggu (29/11/2015) pagi.
Laporan Kontributor Kompas.com Firmansyah dari Paris, Perancis

PARIS, KOMPAS.COM - Pidato Presiden Joko Widodo di ajang KTT Perubahan Iklim di Le Bourget, Paris, Prancis mengejutkan komunitas mayarakat adat di Tanah Air.

Pidato Presiden yang disampaikan di hadapan ratusan Kepala Negara itu, menurut Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Abdon Nababan sangat mengejutkan.

Sebab, Presiden memasukkan kalimat, "penanganan perubahan iklim dengan melibatkan masyarakat adat".

"Ini kejutan bagi kita semua, awalnya saya telah baca teks pidato Presiden yang banyak beredar, tak ada kata melibatkan masyarakat apalagi masyarakat adat. Namun saat Presiden pidato, kata itu muncul, ini kejutan sekali," kata Abdon di Paris, Senin (30/11/2015).

Menurut Abdon, pernyataan Presiden tersebut amat penting bagi Indonesia. Mengingat selama ini kontribusi masyarakat dan masyarakat adat sudah signifikan dalam mengurangi emisi karbon.

"Selama ini kontribusi masyarakat adat mengurangi emisi sudah banyak kita tahu hutan dan gambut yang terbakar selama ini paling sedikit di wilayah maayarakat adat. Jika ada itu sudah milik konsesi perkebunan," ujar dia.

Saat ini, kata dia, terdapat 40 juta hutan berada di wilayah masyarakat adat dari 50 juta hutan yang memiliki tutupan.

"Hutan ini sudah lama dirawat masyarakat adat tinggal diproteksi saja, artinya 29 persen mengurangi emisi itu tidak sulit, masyarakat adat sudah melakukannya," tegas Abdon.

Tugas bersama masyarakat adat dan pemerintah ke depan adalah membereskan administrasi wilayah adat baik pemetaan wilayah adat, dan mengesahkan RUU perlindungan dan pengakuan masyarakat adat.

Pidato Presiden, menurut dia, sudah mencerminkan konsistensi Presiden pada Nawacita.

Sabtu, 21 November 2015

KAKA KONDO


Kaka Kondo =Ranggarai = Semberuang = Jemberuang = Ntangis
Kaka Kondo = Elang, = Rajawali

Sumber:
https://www.facebook.com/yul.lahu?fref=ts

Numpang tanya tlg deskripsikan kaka kondo itu yg mana? Atau hanya sebuah istilah?Tks seblmnya


Ino Pangul Enu Yul, Kaka Kondo cama neho Ranggarai....elang...kaka ho,ot biasa canga manuk enu....hehehe
 Ino Pangul Enu Yul...tara baen laku ai danong do keta piara manuk....kaka kondo hitu sering canga manuk toe hanang le leso kaut wie kole nganceng canga manuk kole kaka daat hitu....
 Egidius Jehalut Enu Yul..di manggarai ada dua jenis elang besar yang dinamai berbeda yaitu Jemberuang alias Ntangis yang dalam bahasa indonesianya Rajawali Berbulu abu abu campur bentol putuh ( ringking) dan berpostur tinggi besar dengan rentang sayap lebih dari dua meter yg dewasa . Dan jenis kedua yang berpostur lebih kecil , berbulu coklat kemerah2an dan ada warna putih untuk bulu leher sampai kepala , itu yang dinamakan Kaka Kondo , yang di kenal sebagai burung Elang....

Frans Jelata Kaka Kondo. Bagi orang Manggarai, Kaka Kondo itu punya nilai magis. Jika Kaka Kondo datang ke kampung, orang sudah mulai was-was, karena Kaka Kondo itu punya energi besar, misalnya bisa menerkam hewan piaraan, termasuk babi kecil / sedang. Lebih dari itu, Kaka Kondo diyakini sebagai representasi kehadiran kekuatan gaib yang datang mencabut nyawa. Bila ada orang sakit berat dan melihat Kaka Kondo datang mendekat ke kampung, orang sudah mulai deg-degan bahwa kabar duka akan bersua. Keyakinan ini masih hidup di kampung -kampung sampai hari ini. Ada nilai magis yang terkandung dalam kaka Kondo/ Jemberuang / Semberuang/Ntangis. Karena nilai magisnya ini, bagi suku tertentu dipercayai sebagai simbol kehadiran leluhur. Di wilayah Cibal misalnya, ada leluhur yang memiliki nama samaran (pasi /paci) : Ntangis Bere.

 Frans Jelata Baik enu Yul. Ya...begitulah cara leluhur kita untuk survive. Salut buat Enu yang meski lama merantau tetapi memori akan budaya Manggarai tetap awet. Mantap surantap.

Minggu, 15 November 2015

SEKI MATA

SEKI MATA: seki telu ko seki lima?
Seki mata  one Manggarai, manga   ata 3 leso , manga ata  5 leso du poli boak / seha  rapu / ata  mata.  Seki mata hitu adak te podo ata  rowa, hia  wae be sale, kilo  ko ase  kae  ata  mose  wae be se'. Du poli  adak seki 3 ko seki 5,  ata  nganceng  wuli wali neho: ngo  one uma, agu ngo bana  kaut. So tra  woleng  lahos  adat seki hitu, 3  ko 5  leso?

Pengalaman ho' lau  Golo Karot.
Du rowa  hia Petrus,  adak seki  5 ( rowa 1 November 2015)
Du rowa hia Sidus, adak seki 3 (rowa....... November 2015). Petrus agu Sidus sama-sama ata Karot.


One  Wela,  hanang  manga  seki 3.

So' tara manga  woleng  seki, 3 ko  5?
Perlu  rei  ata baen.
Menurut akun,  seki  3  hitu pengaruh Agama Katolik, leso te telun du poli matan, Mori Yesus too wa mai boan. Ne nggitu kole one  adak  ata mata, leso te teun  too kole wa mai boan.
Seki 5,  ;ima (5) hitu bilangan  kramat latang ata Manggarai. Ite mata landinng  mose kole / lebo kole du leso te liman. 

JPS, 15 Nop. 2015,  ( sumang  wale  rei ho eta, one  16  Agustus  2019).


Ngobrol agu hia  Kraeng Largus Gagut, pkl 16: 15 pm.




Sabtu, 14 November 2015

Caci : ine wai paki reis - ireng (tabu) ?

 INEWAI PAKI REIS CACI, NGANCE?

Ine  wai  pake  reis  du caci, ngance  ko  toe? Ngance  ko  ireng.
Ine  wai Amerika  paki  reis  du  caci  sale   Melo, Manggarai Barat, September 2015

Bryn Cain West (Texax-USA) sedang "main caci" di Kampung Melo beberapa waktu lalu.

Membuka acara Tarian Caci
— with Maria Melanie, Risa Chrisitie Peuru, Monica Harahap and 16 others.

Lelo  woton



https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1651244761786120&set=t.588770863&type=3&theater



Jumat, 06 November 2015

Kesamaan Nama , ada hubungannya?

Nama  desa:
Desa Watu Wangka, Kecamatan Mbeliling,  = Desa Watu Wangka , Raka )?)  di  Ndoso.
Desa Golo Riwu (Kuwus)  dengan  Desa Benteng Riwu , Borong, Manggarai Timur)
Nama Kampung:
Wela, desa Goloworok, kecamatan Ruteng = Wela  di Cibal
Lando: di Ruteng, di Terang

Lale di Ponggeok, Iteng, Satarmese  dengan Lale di Welak Lembor.


Apa hubungannya?


Sabtu, 31 Oktober 2015

Caci 6:


TARIAN CACI, WARISAN LELUHUR MANGGARAI


Dalam lingkungan budaya Manggarai di Flores Nusa Tenggara Timur, Caci merupakan salah satu warisan budaya yang terus dilestarikan sampai saat ini. Caci sebagai sebuah tarian perang yang kerap juga disebut sebagai Permainan Caci. Dalam pranata budaya Manggarai, Caci adalah bagian yang menampilkan sisi heroisme dari lelaki Manggarai.

Secara sederhana, Caci bisa dideskripsikan sebagai pertarungan antara dua orang pria, satu lawan satu, secara bergantian. Yang seorang menjadi pihak yang memukul dalam bahasa setempat disebut Paki dengan menggunakan Larik atau pecut yang biasanya terbuat dari kulit kerbau atau kulit sapi yang sudah kering; sedangkan pihak lain akan menangkis (dalam bahasa Manggarai disebut Ta’ang) pukulan sang lawan dengan menggunakan Nggiling atau perisai, juga terbuat dari kulit kerbau dengan tambahan Agang (dikenal juga dengan nama Tereng) atau busur yang terbuat dari bambu dan di lilit dengan rotan
Caci
1Caci menurut berbagai sumber termasuk tokoh ada Manggarai bisa dibahasakan sebagai permainan atau tarian perang yang dilakonkan dua pria jawara dari dua kelompok yakni Ata One (warga kampung) dan Ata Pe’ang (pendatang) yang disebut juga Landang (penantang). Mereka mengenakan pakaian perang berupa celana warna putih bersalut kain adat Songke warna hitam, ukuran selutut yang diikat erat agar tidak lepas saat tanding. Sementara, di bagian dada dibiarkan telanjang. Kepala jawara ini bertutup Panggal,  yaitu tameng semacam tanduk kerbau terbuat dari kulit kerbau yang keras dan dilapisi serta dihiasi kain warna-warni. Panggal dipasang di kepala sampai menutup sebagian muka dan dilapisi dengan Sapu (destar) atau handuk.

Saat dua orang sedang bermain, anggota kelompok lain akan memberikan dukungan dengan tari-tarian sambil menunggu giliran untuk bertanding. Lokasi pertandingan biasanya adalah di Natas Gendang atau halaman rumah adat, dan biasa dimainkan pada upacara-upacara adat besar seperti Penti. Dewasa ini tarian Caci bagi orang Manggarai dipentaskan untuk memeriahkan acara-acara khusus baik yang bersifat adat maupun tidak, seperti syukuran hasil panen, pentahbisan imam, atau penerimaan tamu adat maupun kenegaraan.

Caci, sering disebut sebagai olahraga ketangkasan yang jantan, terutama karena aturan bermainnya, di mana ketika yang lain memukul atau paki, maka pihak lain harus menangkisnya (ta’ang) dan juga akan mendapat kesempatan memukul. Begitu seterusnya sampai pada bagian akhir, akan ada pihak yang dinyatakan menang dan ada pihak yang kalah. Menang dan kalah ditentukan oleh hasil atau capain sukses pukulan larik. Jika hanya mengenai atau melukai badan, tidak dihitung sebagai nilai.
Poin sesungguhnya bisa diraih jika ada pukulan yang mengenai wajah atau muka lawan. Masyarakat Manggarai umumnya mengenal kondisi ini sebagai Beke, meski beberapa Kedaluan (Hamente) lebih mengenal istilah Rowa untuk kondisi ada pecaci yang luka akibat pukulan lawan di bagian wajah.
Jika dia mampu menangkis pukulan penantang, pukulan cambuk itu tidak mengenai badannya mulai dari pinggang hingga kepala. Kalau tidak, dia akan menderita luka. Tetapi kalau cambuk mengenai mata disebut beke (kalah) dan harus segera diganti baik lawan maupun penantangnya.
Caci Yang Magis
caci-04Dalam penuturan para orang tua Manggarai, di masa lalu, beberapa pecaci bahkan mengalami kondisi Beke atau Rowa yang parah seperti biji mata yang jatuh ke tanah. Para tetua adat meyakini, kondisi ini disebabkan oleh sikap si petarung yang melupakan adat, atau tidak menghormati tradisi, atau juga melanggar ketentuan-ketentuan adat.
Caci, selain mengajarkan kemurnian hati, juga memuat unsur seni yang tinggi, karena  para jawara tidak saja cakap bertanding, tetapi juga luwes lomes (menari) dan dere (menyanyi). Itu dimaksudkan menarik perhatian penonton, terutama gadis-gadis pujaan yang ikut menyaksikan caci dan ber-danding atau menyanyikan lagu-lagu tradisional mengiringi permainan caci.
Dalam konteks budaya modern, permainan caci sebenarnya adalah warisan sikap sportif dari para leluhur. Pemain tidak harus selalu membalas pukulan sang pemukul. Sang pemukul dapat digantikan yang lain untuk menangkis balasan pukulan. Caci juga tidak menyimpan sikap dendam di antara pemain. Karena setelah pertandingan Caci di siang hari, pada malam harinya para petarung akan berkumpul bersama untuk perayaan atau ritual adat lainnya dalam budaya Manggarai.
Di masa lalu, setelah menggelar caci di siang hari, malam hari biasanya dilanjutkan dengan danding atau tandak. Dalam acara ini peserta berbaris dalam sebuah lingkaran. Pria berdiri dalam satu kelompok, perempuan di kelompok lain. Antara kelompok pria dan perempuan berdiri berselingan. Lagu dan syair danding dijawab bersahut-sahutan antara pria dan wanita.
Inilah saatnya mencari jodoh bagi muda-muda yang masih sendiri dibantu watang (jembatan atau perantara atau comblang). Jika tidak keberatan, si gadis langsung dibawa lari (rook). Kemudian orangtuanya datang mencari. Tetapi sering juga dilanjutkan dengan tahap pacaran menuju ke jenjang perkawinan.
Caci di Manggarai mengajarkan banyak hal, seperti Kepahlawanan, Ketangkasan, Keindahan, Sportivitas dan Kemurnian Hati. Hal-hal lain yang selalu ada dalam tiap Permainan Caci adalah, kelompok pemusik, biasanya para wanita dan ibu-ibu yang selalu memainkan tetabuhan gong dan gendang untuk mengiringi pertandingan. Caci disebut juga sebagai tontonan kompleksitas budaya Manggarai dalam satu moment. Go’et atau syair pantun adat Manggarai, tari-tarian tradisional Manggarai, relasi sosial yang harmonis bisa dinikmati sebagai satu paket komplit dalam kegiatan ini.
caci-06Selain itu juga ada kelompok pemuda yang selalu siap dengan sopi atau tuak bakok (arak Manggarai), minuman khas yang selalu ada dalam setiap perhelatan budaya ini. Biasanya diminum oleh petarung untuk sekedar membangkitkan semangat dan menambah keberanian, atau juga dinikmati oleh penonton. Caci adalah perhelatan budaya yang indah, semarak dan menyenangkan.
Bagi orang Manggarai, pementasan caci merupakan pesta besar dimana desa penyelenggara memotong kerbau beberapa ekor untuk makanan para peserta atau siapa pun yang menyaksikan caci, secara gratis. Caci adalah warisan leluhur Manggarai yang tetap lestari sampai saat ini.


Refleksi:
Mengapa agang terbuat dari bambu? Karena bagi orang Manggarai, bambu itu  simbol mitra penciptaan  manusia. Dalam mitos, dua insan  manusia pertama Manggarai  lahir dari bambu. Maka bambu menjadi simbol manusia, terutama menjadi pelindung diri.
(Pertanyaan ini diajukan saudara Fery dari Timung, Kec. Wae Ri' - Manggarai,  pada 30 Juni 2017 di Sukaresmi - Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, di kontrakan Pendik - Ellen).


SKRIPSI TENTANG BUDAYA MANGGARAI DALAM WEB


SKRIPSI TENTANG BUDAYA MANGGARAI DALAM WEB

  1. Isi Kajian
  2. Contoh pertanyaan wawancara
  3. Contoh suart pengantar (lembaga-lembaga)



http://eprints.uny.ac.id/22213/1/Yustina%20Maria%20Ndia%2007210144029.pdf



KAJIAN SEMIOTIK
BAHASA
PERNIKAHAN
ADAT
BUDAYA
FLORES
KABUPATEN MANGGARAI BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Me
menuhi Sebagian Persyaratan Mem
peroleh Gelar
Sarjana Sastra
Oleh
Yustina Maria Ndia
07210144029
PROGRAM STUDI
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JANUARI
201
2

Rabu, 21 Oktober 2015

Kopi Indonesia Terenak? Asalnya dari Manggarai...

Kopi Indonesia Terenak? Asalnya dari Manggarai...

Kamis, 22 Oktober 2015
 http://travel.kompas.com/read/2015/10/22/084143227/Kopi.Indonesia.Terenak.Asalnya.dari.Manggarai.?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp
KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Kopi Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kopi asal Manggarai, Nusa Tenggara Timur berhasil menjuarai Indonesia Cupping Contest yang diselenggarakan di Pendopo Shaba Swagata Blambangan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (19/10/2015) untuk kategori robusta dan arabika.

Pemenang berhasil menyisihkan 137 kopi se Indonesia yang kemudian dipilih kembali menjadi 10 kopi untuk mencari yang terenak. Jenis arabika juara dua kopi berasal dari Bandung, sedangkan juara ketiga adalah kopi asal Bondowoso.

Sementara untuk jenis robusta juara dua adalah kopi asal Temanggung, Jawa Tengah dan juara ketiga kopi berasal Sintoro Bengkulu.

Surip Sumarto, peneliti kopi sekaligus pembina petani kopi di Manggarai Timur kepada KompasTravel menjelaskan kopi asal Manggarai dikenal juga dengan kopi flores dan memiliki rasa yang unik dan lezat.

"Daerahnya kering sehingga spesifik dan letaknya di ketinggian serta dipengaruhi angin dingin dari Australia. Pada saat berbuah terjadi pemasakan yang bagus sehingga kualitas kopinya bermutu," katanya.

Ia menjelaskan saat ini kopi flores merupakan kopi jenis premium yang banyak diminta oleh pasar dunia. "Saat ini eksportir kopi langsung bisa bertemu dengan kelompok petani di Manggarai. Dan kami akan mempromosikan kopi ini keluar negeri karena menjadi kopi Indonesia terenak untuk tahun ini," pungkasnya.
Penulis : Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati
Editor : I Made Asdhiana

Minggu, 18 Oktober 2015

NUNDUK KODE - VERSI KEMPO - USMAN GANGGANG

 
Nunduk   Mensia  Jiri  Kode
Menurut ata Manggarai  kode jiri one  mai mensia. Soo  tara nggitun? Wajol toem lelo le ata tua/ popo/ ase  kae / wau. Ata  tua  deming  sma  tau, ende dening ema te  lleo/tinu anak. usu wokok anak hoo, wiga  emi kebor  te jiri iko agu  emi leke naa one  rangan  wiga ngo one uma /puar, wiga  jiri  kode.
Salak  te lelo le ata tuan / wau anak koe hoo jiri kode ge.


MN: Tombo hoo, kali manga betuan.  Tombo nunduk hoo manga hubungan agu  Homo  Fobit one  Flores (Lio).  Aku  pernah baca one  beirta  online tentang  Fobit hoo. Hemong laku situs  sumber beritan. Reme  kawen.
Nganve   pake situs hoo: 
https://inet.detik.com/science/d-6043843/ilmuwan-sebut-manusia-purba-mungkin-masih-hidup-di-flores
(Judul berita: Ilmuwan Sebut Manusia Purba Mungkin Masih Hidup di Flores

Baca artikel detikinet, "Ilmuwan Sebut Manusia Purba Mungkin Masih Hidup di Flores" selengkapnya https://inet.detik.com/science/d-6043843/ilmuwan-sebut-manusia-purba-mungkin-masih-hidup-di-flores.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/)


Selain  itu berita tentanng Homo Floresiensis  bisa  disimak di situs berikut:
https://sains.sindonews.com/read/754715/768/ilmuwan-kanada-sebut-nenek-moyang-manusia-purba-berasal-dari-flores-indonesia-1650956667/20




Penyelesaian Perkara Perdata ala Monyet
(Cerita Rakyat Manggarai Barat -NTT)
  https://www.facebook.com/H.khairul.putro?fref=ts&ref=br_tf
Usman D Ganggang added 4 new photos.
Salah satu Cerita NTT yang dilombakan dalam Festival Sastra di Ende
Penyelesaian Perkara Perdata ala Monyet
(Cerita Rakyat Manggarai Barat -NTT)
Semua orang tahu, monyet adalah binatang, Tapi kalau monyet dapat menyelsaikan perkara manunisia tentu ini bukan sembarang monyet. Mau bukti? Sekali waktu, Si Miskin warga Labuan , jatuh sakit dan hampir sekarat. Beruntunglah suatu pagi, terciumlah olehnya akan aroma ikan encara (sejenis ikan yang aromanya kalau digoreng dapat dicium hingga puluhan km dan Ikan ini banyak terdapat di Labuanbajo)yang ternyata lantaran aroma itu pada akhirnya dapat membuat dia langsung sembuh.
Tak pernah terbayang oleh Si Miskin bahwa lantaran mencium aroma ikan encara ini bukan hanya dia bisa sembuh dari sakit tapi malah justru diancam masuk penjara kalau tidak memiliki uang satu juta rupiah untuk membayar aroma ikan yang kebetulan datangnya dari rumah Si Kaya. Di sinilah awal mulanya kehebatan sang monyet dalam meniti karienya sebagai hakim terbijak sedunia.
Bagaimana hal ini terjadi? Tiba-tiba si miskin minta makan sama ibunya yang sudah tua renta. Ibunya pun segera membawanya ke tempat tidur si miskin. Makanan yang dibawa ibunya dilahap habis. Ibunya bersyukur karena setelah makan, langsung anaknya sembuh. Tetapi dia belum puas, karena itu, ia bertanya,”Kamu makan obat dari mana sehingga sepagi buta ini ananda bisa makan sampai sebanyak ini?”
Si Miskin berterus terang sama ibunya bahwa ia sembuh karena ia mencium aroma ikan encara, dari rumah sebelah. Ibunya paham dan k arena itu, ia mengajak anaknya untuk bertemu orang kaya di rumah sebelah. Maksudnya, untuk berterima kasih, lantaran Si Miskin sembuh dari sakit keras a tas bantuan aroma ikan encara Si Kaya.
“Apa betul?” tanya si kaya serius.
“Terima kasih Bapak!” jawab ibu anak itu.
“ Yang saya tanyakan adalah anak anda sembuh karena aroma ikan encaraku?” Si Kaya mengulang.
“Iya, Bapak!” jawab Si Miskin.
“Baguslah kalau begitu. Tapi…
“Apa ya Bapak?” sambung Si Miskin .
“Tapi kamu harus bayar dengan uang satu juta rupiah”, ujar Si Kaya semabri menambahkan kalau tidak terbayar kamu dipenjarakan.”Wah, kami tidak punya uang Bapak”, jawab Si Miskin sambil melirik ibunya.
“Bukan soal tidak punya uang. Tapi kamu harus cari uang sebanyak itu dalam tempo dua bulan. Sudah dengar?” tanya Si Kaya serius , sambil meminta mereka pulang cepat ke rumah dan mencari uang, bagaimana caranya, yang penting jangka pembayarannya dalam waktu dua bulan.
Akhirnya, keduanya pun pulang dengan tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih. Di rumah, mereka berembuq untuk menemui keluarganya yang cukup berada. Tapi kemudian, bukan uang yang mereka terima, malah justru kata-kata cemooh serta makian yang didengar..
Mereka pun menemui kambing. “ Ah… ada-ada saja kamu ini, aku tidak punya uang. Dan kalaupun ada, paling-paling setelah itu, kamu potong aku dan dagingku kamu satekan”, ujar Si Kambing serius. Lalu mereka menemui Kuda. Jawaban Kuda pun hampir sama.” Kamu memang manusia tidak tahu diuntung, sudah jadikan aku sebagai kuda beban,lalu kalau aku mati, kamu makan dagingku”, respon Kuda bernada tinggi.
Mendapat jawaban seperti itu , mereka pun lalu pulang. Di tengah perjalanan, mereka bertemu Monyet. ”Hei, kenapa murung sekali muka kalian?” Monyet membuka percakapan. Lalu, ibu Si Miskin menceritakan secara mendetail tentang apa yang mereka alami. “Ah,… itu gampang koq, mengapa dipikirin?” Monyet membuka langkah praktis mengantisipasi masalah dengan kata” gampang”.
“Gimana caranya?”, kata Ibu Si Miskin dengan berwajah gembira. “Tidak usah tunggu dua bulan, malam ini aja kita bayar. Sekarang, kamu siapkan pundi-pundi kemudian masukan potongan zenk dan besi-besi yang karat ditambah dengan kerikil, kemudian dicampur dalam pundi tersebut. Sebelum magrib, kamu datang ke rumahku. “Tetapi sebelumnya, diberitahu lebih dahulu kepada orang kaya itu bahwa dia harus bertemu kita setelah pukul 20.00 malam ini”, ujar Monyet bernada lantang.
Sebelum magrib mereka langsung menemui Monyet untuk memberitahukan kesiapan si Kaya menghadiri pertemuan sekali pembayaran uang satu juta rupiah. “ Si Kaya Bangga sekali dan secepatnya dia datang menemui kita”, Ibu Si Miskin beritahu.
Nanti, kata Monyet , ikut saja apa yang saya omong. Kita tidak boleh tertawa, tetapi harus serius. Kita mau balas model penipuan gaya Si Kaya itu. “Intinya, gimana? tanya Si Miskin. “Pokoknya, ikut saja apa yang saya sampaikan”, komentar Monyet.
Si Kaya pun dating sebelum waktu yang telah ditentukan. Maklum tanda-tanda jelas untuk menerima uang satu juta terbayang di wajahnya. “Selamat malam Tuan Monyet!” Si Kaya menyapa Monyet. “Malam Tuan Kaya, gimana kabar?” Kabar baik Tuan Monyek”, jawab Si Kaya.
Tuan Kaya, malam ini Si MIskin akan membayar utang lantaran mencium aroma ikan encara Tuan. Tetapi sebelum dibayar, Tuan harus menceritakan bagaimana prosesnya soal uang satu juta itu terjadi. “Saya kira tidak perlu saya ceritakan lagi, yang jelas, Si Miskin dan Ibunya pasti menceritakan terlebih dahulu. Karena kalau tidak mengapa saya diundang oleh Tuan Monyet yang saya tahu selama ini adalah Hakim Binatang.
Baiklah kalau begitu, kata Monyet. Tempat pembayaran di sebuah kolam di samping rumahku. Mereka pun menuju kolam. Setelah tiba Tuan Hakim, Monyet pun langsung duduk di kursi empuknya. Sementara Si Miskin duduk bersama ibunya. Dan Tuan Kaya menduduki kursi di sebelah meja yang telah disediakan.
“Saudara Miskin, apa Anda sehat?
“Sehat Tuan Monyet!” jawab Si Miskin
“OK, Betulkah Anda bisa sehat karena mencium aroma ikan encara?”
“Betul Tuan Monyet”.
“Lalu, mengapa Anda bersama ibu Anda menceritakannya kepada Tuan Kaya?”
Saya ceritakan karena dengan mencium aroma ikan encara dari Tuan Kaya, saya langsung sembuh. Jadi, saya dan ibu saya ke sana datang untuk mengucapkan terima kasih kepada Tuan Kaya. Tapi setelah kami menceritakan hal tersebut, ternyata Tuan Kaya minta supaya harus dibayar dengan uang satu juta. “Saya tidak mengerti lagi dengan hal semacam ini Tuan Monyet?” ia bertanya serius dan didengar pula oleh Tuan Kaya tentang uraian Si Miskin.
OK, sekarang saya bertanya kepada Tuan Kaya. “Apakah Anda sehat Tuan Kaya?” Tanya Tuan Monyet.
“Seperti yang Tuan Monyet liat!” jawab Tuan kaya bernada sombong.
“Iya, saya lihat Tuan Kaya, seperti pusing. Gimana, apa betul?”
“Tuan Monyet, jangan mengada-ada. Saya sehat koq!”
“Iya, sehat fisiknya, tapi rohaninya kurang sehat tuh!” Tuan Monyet memberitahu.
Kalau tidak sehat rohani , kata Tuan Kaya, mengapa saya harus minta uang satu juta rupiah kepada Si Miskin lantaran dia mencium aroma ikan encaraku. Iya, dia tidak mungkin sembuh dari sakitnya kalau tidak mencium aroma ikan encaraku. “Tanyakan kepada Saudara Miskin, apa tidak benar apa yang saya ceritakan?”Tuan Kaya sudah mulai marah.
Tuan Monyet sudah siap. Andai nanti, Tuan Kaya berontak dan mau berkelahi, lari saja ke kolam. “Saya dan Si Miskin dan ibunya pandai berenang sementara Tuan Kaya jangan kan berenang jalan kaki saja jarang. Maklum orang kaya, selalu bersama mobil kalau keluar rumah dan kalau ke luar negeri pesawat terbang sudah menunggu.
“Saudara Miskin, apa Anda dengar dengan cermat apa yang dikatakan Tuan Kaya?”
“Iya, Tuan Monyet!”
“Nah, sekarang saya mau Tanya lagi,” pembayaran uang tersebut jangka waktunya berapa bulan?”
“Dua bulan, Tuan Monyet”.
“Ya, benar Tuan Monyet,” sambung Tuan Kaya.
“Saudara diam dulu! Katanya sehat, ternyata kurang sehat.”
“Apa saya kurang sehat Tuan Monyet?” ia menantang Tuan Monyet.
“Tuan Kaya sedang sakit. Kalau tidak mengapa Saudara menjawab pertanyaan yang saya tujukan kepada Miskin?” Tuan Monyet suaranya sudah meninggi.
OK, Saudara Miskin, Anda harus berdiri kemudian lihat ke atas! “Apa betul di langit itu ada bulan?” Tanya Tuan Monyet. “Ada bulan”. Jawab Si MIskin.” Iya, di langit ada bulan “, sambung Tuan Kaya.
Saudara Tuan Kaya, saya peringatkan Anda, jangan suka sambung-sambung pembicaraan Saudara Miskin. “ Iya, pasti Tuan Kaya ini sakit! “ Tuan Monyet berujar kasar.
Tuan Kaya kemudian diam. Ada rasa jengkel terpatri di hatinya. Tetapi ia tidak mengungkapkannya. Ia paham kalau diungkapkan pasti Tuan Monyet marah dan usir keluar. Karena itu, ia diam terpaku di kursinya.
“Saudara Miskin lihat ke dasar kolam! Apakah ada bulan di sana?” Iya, Tuan Monyet. Lalu berapa jumlahnya? “ Tanya Tuan Monyet. “Satu di dasar kolam dan satunya lagi di langit. “Berarti jumlahnya dua bulan kan?” smbung Tuan Monyet.
“Tuan Kaya, apa Saudara dengar kesaksian Saudara Miskin.
“ Iya Tuan Monyet!” jawab Tuan Kaya.
“Nah, ini baru Tuan Kaya sehat.
“Jadi, berapa jumlah bulan tersebut?” Tanya Tuan Monyet.
“Dua, Tuan Monyet”.
OK. Jadi , janjinya tepat kan, yakni dua bulan. “Apa benar Saudara Miskin? “ “Benar Tuan Monyet” jawab Si MIskin, lalu disambung lagi oleh Tuan Kaya. “Bagus, kata Tuan Monyet, karena Tuan Kaya sudah paham.
Nah, sekarang, Saudara Miskin angkat pundi-pundimu , lalu digoyang-goyangkan!” perintah Tuan Monyet. Dengan cepat SIi Miskin melakukan sesuai dengan yang diperintahkan Tuan Monyet. Maka zenk-zenk bekas dan besi karat apalagi dicampur dengan kerikil, bunyi gemerincinglah terdengar kemudian.
“Saudara Tuan Kaya apa masih sakit?” Tanya Tuan Monyet. “Saya sehat Tuan Monyet!” jawab Tuan Kaya dengan bersemangat. “Berarti saudara mendengar bunyi uang batu yang diperdengarkan oleh Miskin?’ Tanya Tuan Monyet dengan berapi-api.
“Dengar, Tuan Monyet.
“Betul?” Tuan Monyet bertanya lagi.
“Betul, Tuan Monyet”, Tuan Kaya mengulang jawabannya.
OK, “ Saudara Miskin, apakah saudara betul mencium aroma ikan encara Tuan Kaya?”
“Betul” jawab Si Miskin.
“Saudara Tuan Kaya, apa Anda dengar apa yang dikatakan Saudara Miskin.?’
“Dengar Tuan Monyet”
“Kalau begitu, sudah terbayar, karena ketika mau dibayar oleh Saudara Miskin tadi, Tuan kaya sudah mendengar, apalagi tepat waktunya yakni dua bulan. Jadi, mencium aroma ikan dibayar dengan mendengar bunyi gemerincing uang dalam pundi-pundi.
“Sidang saya tutup, lalu Tuan Monyet sebelum membunyikan palu tiga kali, ia masih meminta Tuan Kaya, kalau tidak puas , silakan naik banding. Tok,Tok.Tok! bunyi palu terdengar keras dalam persidangan malam itu
**** (Usman D.Ganggang hasil wancara dengan Pua de Ganggang)

Frans Jelata Pa Usman, kisahnya menarik. Saya baru dengar. Ini "nunduk / tombo turuk" dari Kempo? Izin copas ya Pa.? Terima kasih.
Like · Reply · 1 · 24 mins
Usman D Ganggang
Usman D Ganggang Nenggitun ko reba Frans Jelata? Ini cerita diceritakan Pua saya ketika masih kecil. Sdh disatukan dalam cerita Rakyat NTT yang saya kumpulkan sejak tahun 1980-an. Boleh reba. silakan!

Budaya Manggarai dalam Reflleksi Usman D. Ganggan - Gerson Poik

 
 Sejam Bersama Gerson Poyk:
 https://www.facebook.com/H.khairul.putro/posts/10204366357233496
Usman D Ganggang added 3 new photos.
9 hrs · Edited ·
Sejam Bersama Gerson Poyk:
"Kembali ke kearifan budaya tapi jangan berhenti di sana"
Berjumpa Opa Gerson Poyk, sastrawan kelahiran Rote Ndao ini, kita di bawah ke dunia antaberantah. bagaimana tidak, imajinasi kita digelandang ke mana saja. begitulah ketika saya jumpa darat dengan beliau, waktu begitu cepat berlalu tapi cerita tentang dunia sastra tak pernah habis.
Semua cerita yang diceritakan beramanat buat kita. Kita pun berusaha menemukan makna tersuratnya kemudian dicari makna tersiratnya. Dan akhirnya kita pun terseret ke dalam ceritanya. Mengasyikkan!
Saya terenyuh, ketika beliau menceritakan latar "Mutiara di Tengah Sawah", cerpennya yang ditulis ketika menjadi guru di Kota Bima NTB."Lama saya di Kota Bima, dan cerpen Mutiara di Tengah Sawah itu, saya tulis ketika berada di Bima", ceritanya.
Selanjutnya, Opa Gerson yang pernah lama hidup di Ruteng Flores itu pun, bercerita masa kecilnya di Kota Ruteng-Manggarai-NTB. Cerita masa kecilnya itu membuat saya tertawa, karena beliau bercerita bagaimana dia bersama kawannya karena lapar, mau tak mereka mencuri mangga dan kedapatan.ohkan anak Raja Manggarai, hehehe..., "Kami kan masih kecil koq disuruh untuk berjodoh", komentarnya sambil mengisap Dj Samsunya.
Lalu, bagaimana ceritanya "ENU MOLAS DI LEMBAH LINGKO?" tanya saya. Gerson yang pernah menerima Anugerah Sastra SEA WRITE AWARD (South East Write Award) dari Pemerintah Tailand di tahun 1989 itu pun bercerita. Kalau mimpi adalah via regia, jalan ke dunia tak sadar, maka Sastra saya, demikian Gerson, adalah jalan ke utopia. Novel saya, “ENU MOLAS DI LEMBAH LINGKO” adalah perjalanan ke utopia.
Ceritanya, dimulai dari seorang Profesor Matematika berlibur ke Kupang. Dia melihat terlalu banyak sarjana yang menganggur. Seorang gadis sarjana memipin sebuah sanggar yang anggotanya terdiri dari beberapa sarjana berbagai bidang. Ketika Sang Profesor mencari kuburan ibunya, ia bertemu dengan mereka di sebuah bangunan asal jadi. Sang Profesor terkejut melihat begitu banyaknya sarjana penggali kubur. Rupanya, mereka berharap untuk bisa hidup, meski banyak yang mati. Lalu dia mengajak mereka ke lembah lingko dan membuat kebun lodok lingko.
Dalam novel itu, Gerson Poyk menjelaskan bahwa iman diperkuat oleh cintakasih, cintakasih diperkuat oleh kerja yang bukan sembarang kerja. Tapi kerja yang memakai conceptual tool berupa bare maximum (kebutuhan maksimum untuk setiap individu). Kita belum mencapai bare maximum itu karena kita terasing dari bumi subur laut kaya. Kita di bumi subur dan laut kaya tapi kepala kita di padang pasir. Karena itu, Gerson Poyk mengajak untuk kita berusaha menghilangkan keterasingan itu, dengan kembali ke kearifan budaya kita tapi jangan berhenti di sana.
Kita harus melibatkan ilmu, sains, dan teknologi. Orangtua kita menghitung sector dan segemen kebun dengan tali dan jari, kita menghitung dengan computer (program Microsoft Office Exel). Nenek moyang kita memakai cangkul, kita memakai tarktor. Kita tidak perlu menjadi orang daerah saja, tetapi harus juga menjadi orang Indonesia dan warga dunia. Itu pula sebabnya,demikian Gerson, roh dari sastra saya sastra saya adalah humanism universal. “Dimulai dari absurs walls, diselesaikan dengan moral rebel, moderation”, ujarnya.
Di akhir pertemuan dengan penulis, dia bercerita. Dalam hidup itu harus menghayati kontradiktif.Di sana ada filsafat absurd. Jiwa kita jadi halus. Karena di situ ada intuisi kreatif. "Apalagi kalau kita bikin irigasi setetes, pastilah kita merasa senang", pesannya. Dan akhirnya, penulis ingat sebuah artikel yang pernah ditulis penulis. Ah...tentang jalan hidup seseorang, seperti Opa Geson Poyk ini.
Pertanyaannya, jalan mana yang ditempuh? Paling kurang, menjadikan hidup bak “musafir keong” (lamban tapi pasti) yang meninggalkan tetesan-tetesan kesejukan dan cinta di dalam hati antarmanusia, sepanjang perjalananannya. Walahuallam!***
Bersama Yoseph Yapi Taum, Yanti Christina, Buang Sine, Izna Turuk, Trisna Benteng Jawa, John Kadis, Gerard N. Bibang, Linda Tagie, Ronald Lein, Lanny Koroh