Selasa, 30 Juni 2020

TOMBO ADAK SONGKO (CONGKO) LOKAP

TOMBO ADAK AGU DERE   SONGKO (CONGKO) LOKAP

##Mbata Congko Lokap Gendang Nampong##

https://www.youtube.com/watch?v=j0lrY0DdOow

KABA  SONGKO (CONGKO) LOKAP  (MBATA)

S1: (Sala   le  mai  (2x) e  e   o.....e.... ) 2x
     O  e....pake  kaba e  Mori a, Kaba  Congko Lokap  tei ta ...sala  tei  ta
     O....e  neka  ca....ole   Mori a tei ta ...sala  tei  ta
     Rame  dite o o....bene (wene?) a tei ta ...sala  tei  ta
     Rewo  dite o.....ole  bene (wene?)  a tei ta ...sala  tei  ta

W: E.....o..... o...e....a.....ramed o...e.....a...
C: E....o....  .
W:  O...e....a.....rewod o...e.....a.. A....a....e...a.....a....a... 
       E....o....o  benge (bene (wene?) a  a  tei ta..... 
        E....o....o  benge (bene (wene?)  sala rangkung eta , sala  tei ta ...  sala   tei ta.....

S2: (Sala   le  mai  (2x) e e  o.....e.... ) 2x
     O  e....hoo  naun  ge  Mori a, dite Mbaru   tei ta ...sala  tei  ta
     O....e  hoo  mongkon ole Mori    ge a    Niang Lodok   tei ta ...sala  tei  ta
     Ere...le...le....o....  o....bene (wene?) a tei ta ...
     Ere le le o   ...

W: E.....o..... o...e....a.....ramen o...e.....a...
C: E....o....  .
W:  O...e....a.....rewod o...e.....a.. A....a....e...a.....e a....a... 
       E....o....o  benge (bene (wene?) a  a  tei ga..... 
       E....o....o  benge (bene (wene?)   rangkung eta  , sala   lei  main  a tei ta... sala  tei ta
 
S3:  (Sala   le  mai  (2x) e e  o.....e.... ) 2x
     O  e....hoo  naun (mbaun?)   ge  Mori a, dami katur    tei ta ...sala  tei  ta
     O....e  pinga  (?)   walin   ole Mori    ge a   lau main    tei ta ...sala  tei  ta
     Ere...le...le....o....  o....bene (wene?) a tei ta ...
     Ere le le o   ...

W: E.....o..... o...e....a.....ramen o...e.....a...
C: E....o....  .
W:  O...e....a.....rewod o...e.....a.. A....a....e...a.....e a....a... 
       E....o....o  benge (bene (wene?) a  a  tei ga..... 
        E....o....o  benge (bene (wene?)   rangkung eta  , sala   lei  main  a tei ta... sala  tei ta


    JPS,  5 Januari 2022



  









___________________________________

Songko  Lokap  Gendang Mano:



Rahi:


Wewa:
S   :
W1 (anak Rona Ulu):




___________

Acara Adat CONGKO LOKAP Gendang LANAR

https://www.youtube.com/watch?v=QZmEIZOQlKw&t=5s



Senin, 29 Juni 2020

PRO KONTRA TAMBANG BATU GAMPING DI MATIM

PRO KONTRA TAMBANG  BATU  GAMPING  DI MATIM

[06:53, 6/28/2020] +62 821-2346-6369: Tentang Singa Merah NTT

PT Singa Merah NTT perusahaan berbadan hukum Indonesia. Salah satu pemegang sahamnya adalah Hongshi Holdings Group  (Hongshi Group),  salah satu grup usaha besar di China yang memiliki pabrik semen di sejumlah negara.

Mitra lokal Hongshi Group adalah PT Istindo Mitra Manggarai. Pabrik ini nantinya berkapasitas 8 juta ton per tahun. Bandingkan dengan kapasitas Semen Kupang yang kurang dari 600.000 ton.

Produksi Semen Matim ditujukan untuk pasar ekspor. Pasar lokal hanya dilayani berdasarkan permintaan. Tidak ada konsinyasi untuk lokal.

Kualitas semen Matim jauh lebih bagus dibanding Semen Kupang. Itu sebabnya, investor tertarik. Dana investasi yang disiapkan Hongshi Group lebih dari Rp 6 triliun.

Kebijakan ini diambil untuk menjag…
[06:55, 6/28/2020] +62 821-2346-6369: FAKTA ADALAH SUCI


Sebagai jurnalis, kami ditanamkan sebuah hukum besi bahwa  "fakta adalah suci". Fakta jangan dimanipulasi agar kesuciannya tidak ternoda.

Dua wartawan saya sudah tiga kali mengunjungi lokasi tambang dan pabrik. Saya juga sudah check beberapa sumber, yang menentang maupun salah satu direksi PT Singa Merah NTT.

(1) Sketsa dan gambar yang beredar tentang kepemilikan lahan adalah hoaks yang dibuat oleh sekelompok Manggarai Diaspora. Gambar ini viral dan ada pastor yang ikut memviralkan gambar hoaks ini.

Di sini bahayanya. Kalau Gereja ikut masuk terlalu jauh, bahaya kesalahan fakta dan data akan terjadi. Dan jika itu terjadi, kredibilitas Gereja akan terganggu.

(2) Mayoritas pemilik lahan setuju. Mereka adalah 101 pemilik lahan di Lengko Lolok, lokasi tambang, dan 53 Orang di lokasi pabrik di Luwuk.

Sedang yang tidak setuju adalah 2 orang di lokasi tambang dan 7 orang di lokasi pabrik.

Tanah 2 pemilik di lokasi tambang cukup luas, tapi hanya sekitar 20 ha dari sekitar 500 ha yang dibutuhkan.

Bisa jadi 2 warga yang tidak setuju menguasai lebih dari 50% lahan yang dibutuhkan. Tapi, tidak di Lengko Lolok. Yang sesungguhnya terjadi, 101 pemilik lahan menguasai 96% lahan.

Di lokasi pabrik di Luwuk, tujuh pemilik lahan memiliki tanah luas, tapi tidak sampai 15 ha atau hanya sekitar 11%.

(3) Jika 2 pemilik lahan di lokasi tambang tidak setuju sampai atas waktu, tanah mereka akan diperlakukan sebagai enclave atau diisolasi. Kegiatan  tambang berjalan dan akses mereka untuk keluar menjadi sulit. Demikian pula dengan 7 orang pemilik lahan pabrik semen. Lokasi mereka akan diisolasi agar tidak menghambat kegiatan tambang.

(4) Adalah hoaks jika lokasi tambang dan pabrik disebut sebagai daerah subur. Sama sekali tidak benar karena nyaris seluruh wilayah adalah tanah kritis yang hanya ditumbuhi lamtoro.

Sawah? Ada. Tapi, luasnya tidak sampai 7 ha. Dalam foto dan video, sawah di Luwuk itu  tampak luas karena angle yang diambil. Sawah itu sudah terkena intrusi air laut, sehingga produktivitasnya rendah.

Datanglah ke lokasi dan hormati fakta karena fakta adalah suci.

Terimakasih

_________________________________


[06:55, 6/28/2020] +62 821-2346-6369: Silahkan diskusi.
Ada pro dan kontra.
Tapi diskusinya setelah misa ya
[07:29, 6/28/2020] +62 821-2346-6369: Ini liputan metro tv.
Berita yang menggiring penonton..pendengar kepada sebuah kesimpulan tertentu . Saya orang manggarai saya paham apa arti kata kata merrka . Dan makna dibalik kata kata itu. Ada kalimat orang lambaleda lokasi tambang itu yang tidak bisa  diterjemahkan secara lurus atau harafiah.  Hanya orang yang paham sastra bahasa manggarai bisa memaknainya. 
Istri saya orang lambaleda matim.
Hampir sebagian besar di sana keluarga istri saya. Dan saya juga sering ke lengko lolok. 
Sedih jika dengar wawancara yang saya nonton di video di atas. Orang manggarai umumnya dalam berbahasa jika menolak sesuatu agak diplomatis. Dia tidak frontal. 
Jika di bilang itu daerah tandus.....secara pribadi saya menolak keras. Sekali lagi Saya tidak terima.  Definisi TANDUS harus jelas. Jika suatu lahan tidak cocok untuk tanam kopi apakah itu Tandus ? Jika sebidang tanah tidak bisa dijadikan sawah apakah itu tandus
Ada tanaman lain yang lebih cocok di sana. Jadi itu tidak bisa dibilang tandus bukan. Sebaliknya juga Fakta itu suci. Jadi jika ada yang katakan daerah yang akan diperuntukan pabrik dan tambang adalah tandus maka saya katakan perkataan itu menjadikan fakta tidak suci.
Itu versi saya dengan cara pandang yang berbeda.
[07:30, 6/28/2020] +62 821-2346-6369: Perlu saya tambahkan juga sucinya sebuah fakta bukan monopoli kelompok tertentu tertentu. 
Bukan monopoli kaum klerus..bukan juga monopoli pemerintah..bukan monopoli kaum jurnalis...buka. monopoli aktivis LSM.  
Jadi kita bisa berbeda pandangan dengan sudut pandang yang berbeda berdasarkan horison pegertian yang kita miliki
[07:30, 6/28/2020] +62 821-2346-6369: Krdeibilitas kita dalam posisi kita juga diuji dalam menyatakan sesuatu jika kemudian itu tidak suci faktanya..hehehee
[07:31, 6/28/2020] +62 821-2346-6369: Tiga wa terakhir adalah pendapat saya yang berbeda dengan pendapat wartwan senior yang saya forward di atas


Saya tidak sependapat jika Gereja dan perjuangannya untuk masyarakat kecil yang adalah umat gembalaannya di nilai sebagai penghambat atas segala bentuk investasi. Gereja di benturkan dengan cara sesat berpikir dari sekelompok orang yang ingin memperkaya dirinya dari alam Manggarai. Jika Gereja tidak boleh bersuara bagi yang tidak bersuara lalu siapa lagi yang akan didengarkan???



[09:01, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Saya langsung saja. Saya merasa bahwa saya sudah terjebak dalam kebodohan karena mendukung para romo tolak tambang. Saya tidak turun langsung tolak tambang, tapi saya menolak secara spiritual. Saya sadar, saya dibesarkan SVD yang punya opsi yang jelas.

 Setelah melewati malam-malam yang melelahkan, dan konfrontasi yang tidak berkesudahan dengan diri dan beberapa anggota grup ini, saya merasa bahwa saya ternyata terjebak dalam membela kebodohan dan kelaliman Gereja MANGGARAI.

 Mungkin kita harus pakai distingsi awal: Gereja adalah kita semua, termasuk yang ada di grup ini. Saya cari makan di kota, karena di Ri'i, Waning, dan Ranggu (tanah para leluhur saya), saya tidak bisa hidup. Tidak ada banyak uang di situ. Di Ruteng, tempat saya lahir, uang tidak cukup kencang untuk dukung seorang sarjana filsafat dan teologi. Lalu, tanpa ragu, saya ke Ibu Kota. Ada banyak uang di sini. Dalam perjalanan, saya sadar, cari uang itu sulit. Tapi, saya juga tidak mau menjadi budak UANG. UANG, dengan huruf kapital, adalah mammon. Saya dibesarkan dalam tradisi 'tolak tunduk', termasuk terhadap UANG, mammon, yang secara primal melekat pada hati manusia, akibat sinfulness, keberdosaan akut manusia. Saya tolak mammon secara radikal. Tolak UANG secara radikal. Tapi, cari uang secara radikal.

Bagi saya, mammon adalah syahwat akan UANG. Sebenarnya, UANG adalah uang. UANG dan uang adalah sama-sama kertas yang dipakai berdasarkan kesepakatan sebagai alat jual beli di mana-mana, termasuk di Lempe, lokasi rumah saya.

Eh, saat Lolok dan Luwuk 'diserbu' investor, saya marah pada para investor, yang katanya 'menanam' UANG di atas tanah-tanah itu. Masa UANG ditanam! Tanah-tanah itu untuk tanaman! Bodohnya, saya juga tidak pernah cek fakta dan data. Ini kebodohan awal. Kebodohan kedua, saya terprovokasi oleh bombardemen berita di media, yang juga malas saya baca serius. Saya stop saat lihat headlines saja. Kedua kebodohan ini masih ringan. Kebodohan ketiga lebih parah. Saya percaya kepada para romo yang baru kali ini kelihatan overexcited saat tolak tambang. Dalam sejarah advokasi tambang dan berbagai isu sosial yang dulu saya lakukan secara profetis saat menjadi frater SVD, saya tidak pernah lihat Gereja Manggarai begitu spartan seperti saat ini. Dulu, Gereja Manggarai ibarat domba yang tidak mengembik saat dibantai mammon, dalam wujud kehadiran investor tambang, atau polisi (kasus Colol).

Saya baru sadar, kemasan berita di berbagai platforms, yang menampilkan Gereja sebagai pahlawan, adalah juga manifestasi mammon yang lain. Mamon memang the multitudes. Ia hadir dalam berbagai wujud dan bentuk. Media kejar tayang, pakar karbitan, advokator amatir, dan yang paling menggelikan adalah Gereja yang sok profetik.

Eh, setelah baca dua postingan cerdas Ka'e Gusty, saya baru sadar, Gereja rupanya pahlawan kesiangan, yang juga merupakan hamba mamon. Saya buat klaim ini dengan pendekatan teologi kontekstual, yang secara benar dan lugas bicara tentang kesucian.

Ambil contoh. Di banyak paroki, para romo hidup enak. Mereka gemuk. Tapi, tidak sehat. Kolesterol, diabetes, sakit jantung dan berbagai penyakit yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Di kota, ini penyakit orang kaya. Saya lalu berimiginasi. Apakah benar, Gereja Manggarai, yang dinakhkodai banyak orang, seperti kategori di atas, adalah Gereja profetik?

Para romo jauh dari kesengsaraan banyak orang di berbagai beo. Kenapa? Mereka hidup di PAROKI, sebuah landscape yang agak berbeda di banyak beo. Orang beo bangun rumah sendiri. Para romo adalah pakar eksploitasi jasa para orang beo dalam membangun PAROKI, yang adalah BEO mereka. Lucunya, para romo tidak tahu buat distingsi! BEO mereka tidak sama dengan beo. 

beo La'o, tetangga kami di beo Lempe, tidak sama dengan BEO, alias paroki Golodukal.........

Ada banyak hal yang masih bisa dilanjutkan. Namun, saya juga lelah bicara soal Gereja Manggarai yang lupa adat Manggarai, adat data beo yang suci.....
Dia sibuk 'omong' KITAP SUCI, bukan eksegese Sabda Allah..... KITAB SUCI tidak sama dengan Sabda Allah......

Dan lain-lain...............
[09:03, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Dalam bahasa Manggarai, asa wedol meu e Romo?
[09:04, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Bahasa Manggarai ini dalam!
[09:04, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Kita butuh hermeneutika panjang.....
[09:05, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Sangat panjang.......
[09:06, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Tidak heran, filsafat itu terlalu panjang, dalam dan karena itu melelahkan............
[09:07, 6/28/2020] +62 813-7290-8283: 1.Investor yakin mau investasi dgn taat aturan.

2! Masyarakat Manggarai "abu abu" alias Pro - kontra . Tidak 100 persen kontra juga tidak 100 persen pro.

3. Gereja menolak dengan alasan lingkungan .

4  Diaspora memberi pandangan lain . Tapi Lbh pada menolak .

5.Pemerintah dukung tambang .

Pertanyaaan

Siapa dri 5 element yg paling steril kepentingan ? ( Baca ada U dibalik B)


[09:07, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Tapi, kita di Jakarta adalah orang-orang yang tahu menikmati kelelahan dalam kesunyian rumah kita masing-masing.....
[09:16, 6/28/2020] +62 812-9065-2295: Pertanyaan yang menarik. Saya malas nulis bro dan capek kalau bicara tambang. Saat saya berurusan dengan bahan galian C di area Toaya kab Donggala Sulteng 2004. Kebetulan saya dari pihak perusahaan.  Janji angin surga sebagai investor itu pasti. Tujuan kita adalah eksploitasi alam/bahan tambang untuk dapatkan keuntungan yang sebesar2nya. Bahwa janji untuk amdal, janji buat sejahterakan rakyat😁😁😁😁 itu cuma satu tahun awal. Karena selebihnya buat setor polisi dari polsek, polres sampai polda, lalu TNI, lalu Bupati, DPRD,camat. Semua ada amplopnya. Saya bicara sebagai pelaku. Perusahaan yang dulu saya abdi, saat ini ikut ambil bagian juga di reklamasi teluk Jakarta. 😁😁😁.
[09:17, 6/28/2020] +62 812-9065-2295: Gereja steril kepentingan
[09:18, 6/28/2020] +62 821-2346-6369: Menarik untuk disimak.
1. Gereja itu siapa.
2. Pola hidup para Romo di manggarai
3. Masalah perlakuan Romo terhadap BEO
[09:19, 6/28/2020] +62 812-9065-2295: Romo pasti oknum tidak semua Romo kan kae Gusti
[09:22, 6/28/2020] +62 812-9065-2295: Saya masih simpan buku hal sengketa tambang galian c di sulteng. Matim ini juga galian C menyangkut pengambilan batu gamping untuk bahan baku semen

[09:25, 6/28/2020] +62 813-3721-1649: Betul kae. Metro sendiri yang juga turunkan fakta ini. 
https://www.metrotvnews.com/play/NgxCrm1R-tanah-subur-manggarai-timur-terancam-pertambangan
[09:26, 6/28/2020] +62 813-3721-1649: Rencana Tambang di Matim Ancam Ketersediaan Air 4 Kabupaten di Flores-NTT - http://kastra.co/2020/06/26/rencana-tambang-di-matim-ancam-ketersediaan-air-4-kabupaten-di-flores-ntt/
[09:26, 6/28/2020] +62 813-3721-1649: Tambang di Matim Dapat “Membunuh” 1 Juta Lebih Penduduk di Flores, NTT - http://kastra.co/2020/06/27/tambang-di-matim-dapat-membunuh-1-juta-lebih-penduduk-di-flores-ntt/
[09:27, 6/28/2020] +62 821-2346-6369: 1. Gereja yang dalam postingan saya tentu yg bersuara bukan pribadi seorang Romo. Tapi seorang Uskup dan mewakili institusi gereja lokal manggarai. Itu sah menurut hukum gereja katholik Roma.
Kemudian bahwa ada organisasi JPIC SVD...JPIC OFM...merrka mewakili lembaganya bukan pribadi Romo
2. Pola hidup para pastor yang gemuk gendut.....karena umat kasi makan yang enak. Semua dianggarkan oleh anggota dewan paroki. Ada juga romo yang gemuk karena makan daging ayam atau daging ayam hasil piaraannya. Apanya yang salah di sana. Kegemukan seorang Romo tidak bisa dikaitkan denga lunturnya suara kenabiannya. Romo yang kurus juga belum tentu lebih bagus.
3. Perlakuan para Romo kepada budaya BEO. Kita tidak bisa salahkan sama para Romo yg sekarang. Gereja katholik eropa yg bawa katholik di flores yang menghancurkan budaya di kampung kampung
[09:29, 6/28/2020] +62 821-2346-6369: Sampai saat ini saya tetap dukung suara kenabian para pastor dan usku
[09:30, 6/28/2020] +62 821-2346-6369: Uskup


[09:34, 6/28/2020] +62 813-7290-8283: Anggap saja gereja Steril .
Bararti ada 4 jadi "pemain'.
Apa gereja bisa jadi " wasit" dengan kapasitas kenabian ..dan pengendali mayoritas .? Ehmmm
[09:35, 6/28/2020] +62 812-9065-2295: Kita ini jangan sekali2 mengecilkan peran kenabian para gembala dalam Gereja. Mau Romo Gemuk, kurus, rambut keriting, putih atau hitamnya kulit. Mereka adalah pelayan. Kalian yang luar biasa buktinya tidak bisa jadi imam. Bahkan jadi awam juga sama keblingernya. Saya ini di usir dari biara, tapi saya sangat menghargai para imam. Meskipun kadang saya maki mereka dikit2 sebagai bentuk keakraban
[09:36, 6/28/2020] +62 812-9065-2295: Saat Gereja suarakan tolak tambang, kalian malah menilai negative tentang Gereja. Hahahahaha

Itu yg kita tunggu .
Asal gereja jangan " abu abu " juga

Itu yg kita tunggu .
Asal gereja jangan " abu abu " juga

Bro sbg org yg prnh menjd bagian dr para perambah bumi ini....πŸ˜…πŸ€£πŸ™ˆπŸ™ˆ,untuk galian C sprt itu butuh pasokan air ga,kl bth bs ga bro buat hitungan secr matematis,perkiraan sj,atau pemisalan sj,sehingga dr situ nnt kt bs lht dr sisi stokist air untuk penambangan itu,kira smp brp puluh ribu liter air bthnya,kl kebthannya sngt bsr,pertanyaannya air itu diambil dr mn nntnya,sy tdk tau mapping drh Lolok itu,trs air hal olahan,kl mmg ada nnt akan dibuang ke mn,apakah ada kandungan ln yg akan mersk lingkungan dlm arti luas,bgmn prosez pengadaan air kl penambangan sprt itu,kecemasan mlh lbh ke arah sn,ketersediaan air dan pencemaran lingkungan akibat pembuangan hsl penambangan yg dlm sejrh di.mn pun blm ada perusahaan yg berhsll mengatasi pencemaran itu

[12:05, 6/28/2020] +62 813-3788-0926: Fakta 2 Perusahaan Tambang di Matim: Punya Izin Eksplorasi dan Dimiliki Satu Orang 

 https://voxntt.com/2020/05/01/fakta-2-perusahaan-tambang-di-matim-punya-izin-eksplorasi-dan-dimiliki-satu-orang/62117/
[12:06, 6/28/2020] +62 813-3788-0926: Yang membingungkan ini adalah IUP milik PT Istindo Mitraperdana. Itu perusahaan yg mana lagi kae2. Soalnya yg muncul skrg di publik justru PT Singa Merah.


Kae mesti bnyk baca lagi e πŸ˜πŸ˜πŸ˜πŸ€£πŸ˜…πŸ€£

[14:51, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Hahahahahahaha
[14:52, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Kau sudah pintar jilat @P Antonius Jehadu!
[14:53, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Kau penjilat!
[14:53, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Siapa yang kau jilat, ade?
[14:54, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Omong teknis terus meu!
[14:54, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Cama BKH e....... hahahahaha
[14:55, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Hidup harus berani, Ase!
[14:55, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Cukup jilat!
[15:02, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Saya besar di Maumere
[15:03, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Tahu penderitaan orang SIKKA
[15:03, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Orang Palue
[15:03, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Saya goyang di Palue ko, ka'e @Alfa


[15:05, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Goyang bersama teman-teman FX yang live-in di sana dan muda-mudi Palue yang juga soal politik sendiri!
[15:07, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Saya omong pakai 'pengalaman' yang lebih hangat dari data yang kadang angkuh, dingin dan kadang urus perut sendiri!
[15:08, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Kita orang Flores adalah orang susah, yang suka menyanyi dan menari untuk melupakan kepedihan!
[15:08, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Itu kita ko!
[15:08, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Orang Jawa suka nonton dandutan!
[15:09, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Saya suka goyang pake lagu dandut!
[15:09, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Itu beda ko!

[14:51, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Hahahahahahaha
[14:52, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Kau sudah pintar jilat @P Antonius Jehadu!
[14:53, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Kau penjilat!
[14:53, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Siapa yang kau jilat, ade?
[14:54, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Omong teknis terus meu!
[14:54, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Cama BKH e....... hahahahaha
[14:55, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Hidup harus berani, Ase!
[14:55, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Cukup jilat!
[15:02, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Saya besar di Maumere
[15:03, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Tahu penderitaan orang SIKKA
[15:03, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Orang Palue
[15:03, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Saya goyang di Palue ko, ka'e @Alfa


[15:05, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Goyang bersama teman-teman FX yang live-in di sana dan muda-mudi Palue yang juga soal politik sendiri!
[15:07, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Saya omong pakai 'pengalaman' yang lebih hangat dari data yang kadang angkuh, dingin dan kadang urus perut sendiri!
[15:08, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Kita orang Flores adalah orang susah, yang suka menyanyi dan menari untuk melupakan kepedihan!
[15:08, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Itu kita ko!
[15:08, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Orang Jawa suka nonton dandutan!
[15:09, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Saya suka goyang pake lagu dandut!
[15:09, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Itu beda ko!

[15:08, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Orang Jawa suka nonton dandutan!
[15:09, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Saya suka goyang pake lagu dandut!
[15:09, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Itu beda ko!
[15:12, 6/28/2020] +62 813-3721-1649: Maaf kae. Mungkin keliru menolak tambang hanya ikut-ikutan "pemimpin" Gereja dan Gereja tolak tambang. Tugas utama Gereja adalah iman. Dan sering, justru iman itu kebodohan di mata dunia, menurut Paulus. 

Terlalu tendensius kalau katakan bahwa gereja dan para romo over kali ini dalam tolak tambang. 

http://kastra.co/2020/06/18/67-organisasi-surati-gubernur-ntt-dpd-dprd-dan-bupati-matim-batalkan-izin-tambang-dan-pabrik-semen-di-matim/ 

Masih banyak kelompok lain. Mereka punya dasar utk tolak, bukan ikut-ikutan romo. 

Maaf, kae. Kalau emosi menguasai, kadang pikiran jernih dan kata-kata yang tidak tepat keluar. Kita orang filsafat. πŸ™πŸ™πŸ™

http://kastra.co/2020/06/18/67-organisasi-surati-gubernur-ntt-dpd-dprd-dan-bupati-matim-batalkan-izin-tambang-dan-pabrik-semen-di-matim/


[15:15, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Ada teologi, Ase!
[15:16, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Ada hidupmu!
[15:16, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Berpikir dengan hidupmu sendiri. Cukup maen kutip!
[15:18, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Maen kutip adalah mentalitas anal! Ini konsep filosofis! Kau lari ke LEDALERO lagi supaya baca lebih banyak!
[15:18, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Ricoeur menulis dengan cerita!
[15:19, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Mari, ada buku di rumah!

Saya tidak pikir pake situs ini!
[15:20, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Ini laporan!
[15:20, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Fakta dan laporan itu beda secara filosofis!
[15:20, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Pun teologis!
[15:22, 6/28/2020] +62 813-1600-6245: Meresap saja dlm sunyi!

[15:22, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Beriman dengan mata terbuka!
[15:22, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Iman adalah nomina, kata benda
[15:22, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Ini kalau kau tau baek bahasa Latin, Ase!
[15:23, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Beriman adalah verba, kata kerja....
[15:23, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Ini juga kalau kau mengerti Bahasa Latin dengan baik!
[15:24, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Kata benda tidak sama dengan kata kerja, Ase
[15:25, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Ini kalau eja baca baik Gorrys Keraf
[15:25, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Atau, JS Badudu
[15:25, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Atau, Pater Frans Mido, SVD
[15:26, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Hidup itu kompleks!
[15:26, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Bahasa itu kompleks

[15:26, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Tidak sesempit laporanmu!
[15:27, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Kau pake data
[15:27, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Data itu dari datum
[15:27, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Ini juga Bahasa Latin
[15:27, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Datum adalah apa yang diberikan.....
[15:28, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Apa yang diberikan dari lapangan bisa salah
[15:28, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Sebab datum tidak sama dengan factum
[15:28, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Ini Bahasa Latin juga

[15:28, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Ini Bahasa Latin juga
[15:28, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Nomina singular
[15:29, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Data tidak sama dengan facti

[23:04, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Ini terlalu abstrak......
[23:04, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Terlalu banyak nominae Latin!
[23:04, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Hahahaha......
[23:05, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Kita bukan orang Latin
[23:05, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Tapi belajar bahasa Latin di kampong.....
[23:06, 6/28/2020] +62 821-4776-6231: Yang di-Indonesia-kan di mana-mana......

______________________________________

FAKTA ADALAH SUCI  (SANGGAHAN GUSTY LESEK)


Oleh : Primus Dorimulu

Sebagai jurnalis, kami ditanamkan sebuah hukum besi bahwa  " fakta adalah suci".  Fakta jangan dimanipulasi agar kesuciannya tidak ternoda.  Dua wartawan saya sudah beberapa kali mengunjungi lokasi tambang dan pabrik.

JAWABAN SAYA:
SAYA SEPENDAPAT BAHWA FAKTA ADALAH SUCI, SAYANG ANDA MENJILAT LUDAH SENDIRI. MEDIA ANDA, WWW.BERITASATU.COM JUSTRU MEMUTAR BALIK FAKTA UNTUK KEPENTINGAN MEMULUSKAN INVESTOR TAMBANG.
WARTAWAN ANDA MEWAWANCARAI NARA SUMBER, NAMANYA VINSEN KASIM. DIA MENGATAKAN LAHAN MILIKNYA TIDAK PRODUKTIF, SEHINGGA DIJUAL. WARTAWAN ANDA MEMOTRET NARASUMBER DI SAWAHNYA YANG DITUMBUHI RUMPUT (KAMI MENYEBUT NAMA RUMPUT INI: LENGGELUING. KALAU ADA RUMPUT INI, ITU TANDA SAWANYA SUBUR DAN PASTI AIRNYA BANYAK. LENGGELUING TIDAK AKAN TUMBUH DI LAHAN KERING DAN TANDUS).
SEMENTARA DI SAMPING SAWAH NARA SUMBER, ADA SAWAH YANG SIAP DITANAM, ADA SAWAH YANG SUBUR MENGHIJAU DAN ADA YANG SIAP DIPANEN. DALAM FOTO ITU, NARASUMBER BERPOSE MENATAP SAWAH-SAWAH TERSEBUT.
KALAU FAKTA ADALAH SUCI, MENGAPA ANDA DAN WARTAWAN ANDA TIDAK MELAKUKAN CROSS CHECK DAN MEWAWANCARAI BANYAK NARASUMBER SESUAI AMANAT UU PERS? ANDA DAN MEDIA ANDA TELAH MELAKUKAN FRAMING UNTUK KEPENTINGAN INVESTOR. FAKTA MENJADI TIDAK SUCI DAN MENJIJIKAN.

SAYA POSTING MEDIA ANDA DAN FOTO-FOTO DARI WARTAWAN ANDA:



PAK PRIMUS, MUNGKIN ANDA LUPA KARENA TERLALU SIBUK MEMBELA INVESTOR TAMBANG, YANG SAYA TAHU SIAPA-SIAPA MEREKA. FAKTA DIPEROLEH LEWAT VERIFIKASI. SESUAI UU PERS NO 40 TAHUN 1999 DAN KODE ETIK JURNALISTIK, PERS WAJIB MELAKUKAN VERIFIKASI SETIAP ISU YANG DIPEROLEH. PERS TIDAK BOLEH MENELAN BULAT-BULAT SETIAP ISU. KALAU ADA KEKELIRUAN, PERS WAJIB MELAKUKAN KOREKSI.
DALAM KASUS SEMEN MATIM, WARTAWAN HARUS MEWAWANCARAI SEMUA PIHAK: WARGA TERDAMPAK, YANG PRO MAUPUN YANG KONTRA , PEMDA MATIM, PEMPROV , PENGUSAHA TAMBANG, AHLI LINGKUNGAN, KEMENTERIAN YANG MENANGANI LINGKUNGAN , KELOMPOK DI LUAR MASYARAKAT TERDAMPAK YANG  PRO DAN YANG KONTRA, LSM YANG PRO DAN YANG KONTRA , PEMIMPIN GEREJA , AHLI GEOLOGI , AHLI EKONOMI, PENGAMAT INDEPENDEN, DAN SEBAGAINYA.
SATU LAGI, WARTAWAN YANG MENULIS DAN MELIPUT SERTA MEDIA YANG MEMBERITAKAN HARUS INDEPENDEN, BUKAN PARTISAN. TENTU SAYA TIDAK PERLU MENGAJARI ANDA SOAL INI, KARENA ANDA SUDAH SANGAT PINTAR.


Saya juga sudah check beberapa sumber, yang menentang maupun salah satu direksi PT Singa Merah NTT.

(1)    Sketsa dan gambar yang beredar tentang kepemilikan lahan adalah hoaks yang dibuat oleh sekelompok Manggarai Diaspora. Gambar ini viral dan pastor  yang ikut memviralkan gambar hoaks ini. Di sini bahayanya. Kalau Gereja ikut masuk terlalu jauh, bahaya kesalahan fakta dan data akan terjadi. Dan jika itu terjadi, kredibilitas Gereja akan terganggu.

INI BUKTI BAHWA ANDA BICARA TANPA DATA. ANDA MENGERITIK DATA ITU, TAPI ANDA TIDAK PERNAH MENYODORKAN DATA YANG ANDA PUNYA. PETA INI SUDAH DISODORKAN KE PIHAK TAMBANG SAAT MEREKA DATANG MERAYU MAKSI RAMBUNG, KOORDINATOR LUWUK DIASPORA DI KAMPUNG LUWUK, MANGGARAI TIMUR, BEBERAPA BULAN LALU. PIHAK TAMBANG TIDAK BISA BANTAH DAN PULANG DENGAN KECEWA. KALAU ANDA MAU BANTAH, BANTAH PAKAI DATA, JANGAN HANYA DENGAN DATA DALAM MIMPI.
PETA ITU ADALAH FAKTA YANG SUCI. DATA ITU DIMILIKI GEREJA LEWAT JPIC. ANDA MENGERITIK GEREJA, MEMBENTURKAN GEREJA DENGAN TAMBANG. INI SEBAGAI BUKTI ANDA TIDAK PAHAM AJARAN SOSIAL GEREJA. BACA LAGI SOAL RERUM NOVARUM OLEH PAUS LEO XIII.


(2) Mayoritas pemilik lahan setuju. Mereka adalah 101 pemilik lahan di Lengko Lolok, lokasi tambang, dan 53 Orang di Luwuk lokasi pabrik. Sedang yang tidak setuju adalah 2 orang di lokasi tambang dan 7 orang di lokasi pabrik. Tanah 2 pemilik di lokasi tambang cukup luas, tapi hanya sekitar 20 ha dari sekitar 500 ha yang dibutuhkan. Bisa jadi 2 warga yang tidak setuju menguasai lebih dari 50% lahan yang dibutuhkan. Tapi, tidak di Lengko Lolok. Yang sesungguhnya terjadi, 101 pemilik lahan menguasai 96% lahan.
Di lokasi pabrik di Luwuk, tujuh pemilik lahan memiliki tanah luas, tapi tidak sampai 15 ha atau hanya sekitar 11%.

UNTUK POIN 2 INI, DATA ANDA JUGA NGAWUR. “Tanah 2 pemilik di lokasi tambang cukup luas, tapi hanya sekitar 20 ha dari sekitar 500 ha yang dibutuhkan. Bisa jadi 2 warga yang tidak setuju menguasai lebih dari 50% lahan yang dibutuhkan. Tapi, tidak di Lengko Lolok.”
KALAU BICARA DATA, JANGAN MENGGUNAKAN KATA “BISA JADI”. INI ARTINYA ANDA SEDANG MENGANDAI-ANDAI, MENGHAYAL, KARENA MEMANG ANDA TIDAK PUNYA DATA.  DUA WARGA PENOLAK TAMBANG ITU ASLI WARGA LENGKO LOLOK, MEREKA PUNYA LAHAN DI SETIAP LINGKO. APA ITU LINGKO? BAPAK WARTAWAN HEBAT, SILAKAN CARI SENDIRI
SATU LAGI ANDA HARUS PAHAM BAHWA TANAH 20 HA DARI 2 WARGA LENGKO LOLOK ITU MERUPAKAN HAK INDIVIDUAL YANG DIAKUI DAN DILINDUNGI HUKUM. MEREKA JUGA PUNYA HAK ULAYAT. SARAN SAYA, SUPAYA FAKTA ITU SUCI, WAWANCARA LAGI DAN CARI DATA YANG AKURAT.



(3) Jika 2 pemilik lahan di lokasi tambang tidak setuju sampai batas waktu, tanah mereka akan diperlakukan sebagai enclave atau diisolasi. Kegiatan  tambang berjalan dan akses mereka untuk keluar menjadi sulit. Demikian pula dengan 7 orang pemilik lahan pabrik semen. Lokasi mereka akan diisolasi agar tidak menghambat kegiatan tambang.

SAYA TERTAWA MEMBACA POSTINGAN ANDA INI. TAPI BIARLAH SAYA TERTAWA LEPAS DULU…HAHAHHA…HAHAHA…. PRINSIP PERTAMBANGAN ADALAH CLEAR AND CLEAN. SEBAGAI KAKI TANGAN INVESTOR, ANDA HARUS PAHAM APA ARTINYA ITU, UNTUK MENJAWAB SENDIRI PERNYATAAN ANDA BAHWA “Jika 2 pemilik lahan di lokasi tambang tidak setuju sampai batas waktu, tanah mereka akan diperlakukan sebagai enclave atau diisolasi.”
INGAT MENG-ENCLAVE LAHAN WARGA PENOLAK, TIDAK DIPERBOLEHKAN  BY THE LAW, INI BUKTI ANDA TIDAK BACA UU.  BACA DULU UU YA PAK SUPAYA PINTAR DIKIT.


(4) Adalah hoaks jika lokasi tambang dan pabrik disebut sebagai daerah subur. Sama sekali tidak benar karena nyaris seluruh wilayah adalah tanah kritis yang hanya ditumbuhi lamtoro.

SAYA NGAKAK TERTAWA MEMBACA POSTINGAN INI. LAMTORO ITU JUSTRU TUMBUH DI TANAH YANG SUBUR, BAHKAN TUMBUH CEPAT. LAMNTORO GUN MERUPAKAN TANAMAN SELA KARENA MAMPU MEMELIHARA DAN  MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TANAH. BACA BANYAK LAGI YA BAPAK…

Sawah? Ada. Tapi, luasnya tidak sampai 7 ha. Dalam foto dan video, sawah di Luwuk itu  tampak luas karena angle yang diambil. Sawah itu sudah terkena intrusi air laut, sehingga produktivitasnya rendah.

SOAL LUAS SAWAH DAN ANGLE FOTO, TENTU WARTAWAN BERITA SATU SUDAH KE LOKASI DAN MINTALAH KE DIA FOTONYA. FOTO YANG SAYA SHARE DI ATAS ITU DARI WARTAWAN ANDA, YANG SUDAH KE LOKASI MEWAWANCARAI NARASUMBER DI SAWAHNYA.
INTRUSI AIR LAUT??? HEHEHHEHE…HEHEHE.. MAAF SAYA TERSENYUM DULU YA. BAPAK NGELAWAK SIANG-SIANG NIH, OMONG TIDAK BERBASIS DATA. SAYA KIRIM FOTO YA, ADA DUA: FOTO SATELIT DAN FOTO BIASA, SUPAYA JELAS AIR LAUT MASUK LEWAT LOBANG MANA…




Datanglah ke lokasi dan hormati fakta karena fakta adalah suci.
Terimakasih.

SAYA JUGA BERTERIM KASIH SEKALIGUS MENYESAL KARENA ANDA DAN MEDIA ANDA TELAH MENODAI DATA LOKASI YANG SUCI.

SALAM,
GUSTI LESEK

____________________________________________________________
Dr. Don Bosco Doho
Fakta itu Relatif. Fakta itu subyektif. Kalau ada yang mengklaim bahwa fakta itu suci bagi profesi tertentu itu pas untuk kaca mata profesi tersebut tapi dari sudut pandang lain bisa jadi fact is negotiable. Apalagi di era post truth fakta menjadi sumir tampilannya. Bagi kaum rasionalisme fakta adalah sejauh ditangkap akal budi. Benar dan faktis selama itu diterima nalar. Sedangkan dr kacamata kaum empirisme fakta adalah sejauh ditangkap oleh indra. Maka perlu didamaikan oleh kaum kritisisme yang mengatakan bahwa fakta atau yg tampak oleh indra harus diuji oleh akal sehat. Kalau terlalu empirikal ada bahaya indra bisa menipu. Sederhana Benar dan suci menurut ulama tentu sangat diragukan oleh polisi dan para guru. Suci menurut pewarta tentu perlu diuji dengan kacamata berwarna apa fakta itu diperhatikan. Zaman berubah begitu volatile. Segala sesuatu kian relatif kecuali tentang wahyu Tuhan yg menjelma menjadi kitab suci yg sekuat apapun bisa ditafsirkan sesuai kacamata tokoh hermeneutis dr Heidegger hingga Bultman. Dari schleiermacher sampai Gadamer. Semuanya relatif. Salam dr pelataran katedral  Bogor yg sedang diguyur gerimis tipis.
Analogi lain tentang fakta. Kalau seorang suami ditanya siapa perempuan tercantik di dunia maka jawaban yg mutlak ada istri sendiri. Padahal bagi suami lain belum pasti menjawab bahwa istri kita yang paling cantik. Alhasil begitu ada yg lebih muda dan bening pasti secara diam2 dan sembunyi2 dlm hati...wah cakep banget orang ini. Jd cantik di mata kita belum pasti begitu di mata orang lain. Kecantikan itu seperti fakta selalu RELATIF.

___________________________________________________________________________________

Bicara soal ''fakta yg suci" kita bicara soal perspektif. Sudut pandang. Fakta yg dalam perspektif pemikiran disebut suci harus diuji dengan kebenaran lain utk menentukan kesucian dari fakta itu. Tanpa pengujian maka fakta yang disebut suci itu menjadi absurd dan bahkan manipulatif. 
Bahayanya adalah ketika klaim kesucian akan fakta itu justru muncul dari pihak lain yg tidak bersentuhan langsung dengan kebenaran material atas fakta tersebut. Di sini manipulatif menjadi sebuah opportunity yg membuat kesucian akan fakta itu diragukan. 

Kalau kita bicara dalam perspektif jurnalistik, fakta itu suci kalau jurnalisnya diliputi dengan kejujuran atas fakta itu. Tanpa kejujuran maka fakta yg seharusnya suci menjadi sumber dosa ( vis a vis dengan kata suci). Jika jurnalisnya manipulatif maka akan ada rentetan manipulatif baru yg membuat dosa menggunung. 

Dalam dunia hukum, fakta itu suci menjadi alat bukti yg menyucikan jikalau klien jujur dengan fakta itu. Tanpa kejujuran dengan fakta yang seharusnya suci itu, maka fakta yg  manipulatif menjadi petaka. Menipu semua. Dan tipu itu menjadi sebuah rangkaian berlanjut. 

Jadi sebenarnya, fakta yg suci itu harus dibangun di atas kejujuran  utk menemukan kebenaran substansial atas fakta itu. Tanpa kejujuran sebagai basis moral atas fakta maka kesuciannya menjadi tercemar dan bahkan menjadi racun sosial yang berdaya bunuh tinggi. 

Romanus Muda Kota.
_________________________________________________________

Betul kae...dan jurnalis hanya sebatas angkat fakta. Tidak pada level mengatakan bahwa fakta yang diangkatnya itu suci. Karena harus diuji dengan fakta fakta lain.
Gusty Lesek
__________________________________________
Gusty Lesek
Selamat pagi, kaΓ© Primus. Selamat beraktivitas...
KEMARTIRAN GEREJA: PENUMPAS HARAPAN MARXISTIS DARI TAMBANG
Secara umum saya mengapresiasi semua pemikiran kritis dari kaΓ© Primus. Terima kasih. Ada beberapa butir gagasan yg ingin saya bedah lebih jauh:
(1). Tentang purifikasi resiprokal dan mutual antara iman dan rasio. 
a. Peran purifikasi rasio dari Gereja.
Gereja memainkan peran purifikasi rasio tentu lewat iman yang merupakan deposit berharga. Mengatakan bahwa Gereja mesti menjalankan fungsi pemurnian rasio, terutama rasio politis yang cenderung positivistis dan mekanistis (sebagaimana berfungsi dalam kapitalisme pertambangan umumnya), tidak berarti ingin mengatakan bahwa Gereja tidak bisa salah. 
Sebab ketika Gereja menegaskan dan menunjukkan keterbatasan rasio, sementara Gereja juga pakai rasio untuk menunjukkan rasionalitas iman, sebenarnya Gereja sudah dengan sendirinya menegaskan keterbatasan dirinya. 
Gereja sadar bahwa dia bisa jatuh dalam positivisme teologis jika hanya tekankan rasio semata-mata tanpa iman dan keutamaan-keutamaan moral atau bisa jatuh dalam fundamentalisme jika hanya tekankan iman semata tanpa terang rasio. 
Kesadaran Gereja ini memacu dirinya untuk juga memurnikan rasio positivistis dan mekanistis dari negara dan dari logika kapitalisme yg termanifestasi antara lain lewat pertambangan.
b. Antitesis kasus Galileo Galilei. 
Saya tidak menyangkal pentingnya purifikasi rasio saintifik atas Gereja, tapi itu bukan tekanan yg mau saya berikan dlm tulisan sebelumnya. 
Benar bahwa sains memurnikan iman dan Gereja. Benar ada kasus Galileo Galilei dengan mana ditegaskan kebesaran Gereja dalam hal otokritik dan keterbukaan dialogis, selain bahwa dia juga bisa keliru.
Tapi, sebagai antitesis dari kasus Galileo Galilei kita bisa lihat fakta-fakta historis abad XX dari mana bisa disimpulkan bahwa fungsi pemurnian rasio dari pihak Gereja adalah urgent dan tak tergantikan. 
Abad XX ditandai oleh dua perang dunia dan kasus-kasus mengerikan: Auschwitz, Hirosima, Chernobyl, dll. Semua itu akhirnya memunculkan refleksi besar bahwa konstruksi dunia yang damai, adil dan sejahtera tidak bisa dibangun hanya oleh rasio politis. 
Harapan sejati akan kemajuan yang otentik tidak bisa didasarkan hanya pada kekuasaan politik negara tanpa kontrol agama, iman dan etika. 
Munculnya kembali minat yang semakin besar akan agama, iman, etika, seni dan refleksi-refleksi besar setelah perang dunia II tidak hanya menunjukkan kegagalan rasio politis dan ancaman totalitarisme dari pihak negara, tetapi serentak juga menempatkan Gereja (agama) sebagai sebuah institusi yang tidak boleh dipandang sebelah mata (oleh negara, dll) dalam usaha konstruksi dunia yang lebih baik.
c. Bagaimana masalah tambang di Flores?
Setelah mempelajari kasus-kasus besar pertambangan di Indonesia, beberapa ada di Flores dan NTT, di mana terlihat kerusakan ekologis, sosial, cultural, dan masih banyak yg lain, muncul refleksi yg serius dari pihak Gereja Flores tentang pertambangan. 
Refleksi-refleksi besar itu tidak saja menunjukkan bahwa rasio scientifik berbau kapitalistis dari pertambangan telah terbukti gagal dan hanya menyengsarakan rakyat, melainkan juga sbg pengingat bahwa Gereja Flores tidak boleh dipandang sebelah mata oleh negara dan perusahaan. Awas! Ada Gereja Flores. 
(2). Gereja dukung 100 % peran negara. 
Gereja terus mewartakan kebenaran, keadilan dan nilai-nilai Kerajaan Allah tanpa paksaan. Ada benih yang jatuh di tempat yang subur, ada benih yang jatuh di pinggir jalan, dll. Jika obyektif terhadap fakta ini, maka amat tidak fair melitanikan semua persoalan sosial di Flores dan memintai pertanggungjawaban Gereja, sambil menggugat keterlibatan Gereja dalam urusan tambang karena dianggap bukan prioritas.
Ingat, saat pemerintah tertatih-tatih mengurus masyarakat, Gereja Flores sudah berbuat banyak hal, termasuk yang menjadi wewenang legitim dari negara.
Contoh paling aktual: dalam urusan migrasi (kasus TKI), komisi migran dan perantauan dari Gereja sudah jalan seribu langkah di depan ketimbang pemerintah NTT. Itu diakui sendiri oleh pemprov NTT. Masih banyak contoh lain tentang kontribusi nyata Gereja selain kontribusi epistemik, moral, dll. 
(3). Masyarakat kecil selalu ingat janji pemimpin. 
Pada masa kampanye, Gubernur VBL didukung oleh tim ahli dan para wartawan pilihannya telah menyatakan sikap tolak tambang. Kini, pihak yang sama menunjukkan inkonsistensi. Bisa saja mereka berkelit dengan alasan mulia seperti: ada dinamika pemikiran politis atau kebutuhan warga akan barang2 hasil tambang, dll.
Tetapi mengapa harus secepat itu berbelok arah? Ada apa pak Gub?
Inkonsistensi sang pemimpin melunturkan kepercayaan masyarakat. Jika pemimpin sudah diteriaki pembohong dan penipu seperti kejadian di Manggarai baru-baru ini, maka akan lebih sulit lagi kepercayaan masyarakat harus diletakkan di pundak perusahaan tambang. Masyarakat Flores sudah cerdas, mereka ingat baik janji-janji pemimpin, termasuk janji-janji utopis. Dengan bantuan teknologi, ingatan tertinggal abadi.
(4). Kolaborasi interdisipliner yang dibangun oleh Gereja. 
Para ahli hebat sering diundang oleh Gereja. Tentu bukan sembarang orang. Gereja sangat selektif memilih tim ahli untuk memurnikan rasionalitasnya. Dengan itu, intervensi dan keterlibatannya “tidak berlebihan” seperti yang kadang dituduhkan. Tanpa diundang pun, para ahli berhati tulus akan membantu Gereja. Tanpa dibayar pun, mereka akan merapat. 
Vatikan tidak dengan mudah membuka pintu bagi para wartawan pemburu uang dan penghancur citra Gereja. Itu salah satu alasan mengapa Paus Benediktus XVI dan Paus Fransiskus lebih welcome terhadap Peter Seewald atau John Allen untuk mewawancarai mereka. Seewald dan Allen tidak saja punya keahlian, tetapi terlebih karena punya iman. 
Gereja Flores juga harus lebih selektif berhadapan dengan wartawan jalanan penjual ide tanpa integritas, agar komunikasi institusional Gereja tidak dengan mudah dipelintir. Kalau citra Gereja Eropa dihancurkan tiap hari oleh media, semoga citra Gereja katolik dan citra para pastor di Flores tidak dihancurkan secara sistematis tiap hari oleh antek media pendukung tambang. 

(5). Kemartiran Gereja versus harapan marxistis-materialistis.
a. Problem kejahatan manusia.
Kejahatan disebabkan oleh banyak faktor dan ada di mana-mana: Jepang, China, Eropa, Flores, dll. Di Madrid, jam tangan saya yg tertinggal di suatu tempat pernah dengan mudah saya temukan kembali. Tapi di kota yg sama, dompet saya pernah dicopet. Kekatolikan Madrid jauh lebih tua berabad-abad dibanding kekatolikan Flores. Kejahatan ada di mana-mana dan melekat dengan kondisi antropologis manusia.
Sekalipun kejahatan selalu eksis dan mimpi ttg dunia yang adil dan damai terasa sulit direalisasikan, Gereja tetap punya harapan dalam perjuangannya. Bukan harapan marxistis-materialistis yg berkeyakinan bahwa dengan merubah kondisi ekonomis material maka semuanya langsung beres dan selesai, melainkan harapan yang didasarkan pada iman akan Yesus.
Dengan harapan itu -yg terlahir dari iman dan termanifestasi dlm cinta-, Gereja tak pernah takut utk ditertawakan, dicela atau dicap “penghasut”/ provokator lantaran perjuangannya pada jalur yang benar. 
Dengan iman yang sama, tidak ada yang mau mati konyol. Tetapi banyak orang yang mau mati demi kebenaran dan tidak mau membiarkan martabat conciencia-nya diinjak oleh kekuasaan lalim manapun. 
b. "Yerusalem baru" ala marxisme dari tambang?
Ketika pihak pro tambang menebarkan aneka harapan marxistis-materialistis ttg menjadikan Flores “Yerusalem baru”, sejahtera lahir bathin, Gereja justru memilih tidak terburu-buru. Ketidakterburu-buruan ini, hemat saya, didasarkan pada upaya Gereja, dalam terang kesabaran inteletual dan harapan kristiani yg otentik, untuk menghadirkan suatu visi yang lebih holistik tentang bagaimana mensejahterakan manusia Flores. Apakah lewat pertanian, pariwisata, atau yang lain? 
Diskusi tentang ini tampak belum selesai dan, hemat saya, negara belum memproses diskursus maha penting ini secara tuntas, selain semangat 45 dari pihak pro tambang yang kuat bergelora di musim ini.
c. Gereja tidak membenci tambang. 
Tapi tidak juga melupakan tugasnya sebagai “lonceng” yang memberi tanda mengingatkan dunia, dan “ayam berkokok” yang membangunkan dunia agar terlibat dan bekerja sama dalam mengatasi persoalan-persoalan sosial masyarakat.
Dampak-dampak negatif dari tambang terlihat jelas di depan mata. Tidak perlu membayar seribu geolog untuk menjelaskan dampak kerusakan tambang di NTT dan Indonesia. Yang tambang emas (Timika) saja masyarakatnya tetap miskin, apalagi hanya tambang semen. Yang bermandikan emas saja begitu, apalagi hanya mandi semen!
Berhati-hatilah selalu terhadap janji-janji manis!
Kemartiran kebenaran dari Gereja adalah kunci menumpas harapan-harapan marxistis materialistis yang sedang digagas oleh pihak pro tambang lewat pelbagai cara.
Terima kasih.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

[11:07, 6/30/2020] +62 812-1648-8184: Suryadinatayadi9
[11:17, 6/30/2020] +62 812-1648-8184: Menurut saya, advokasi dari para Romo sebagai pemimpin Gereja juga ada benarnya. Manggarai bukan baru kali ini bersoal dengan tambang. Wilayah Reo itu, Manggarai Utara sudah lihat apa dampak pertambangan mangan. Tidak percaya! pergi lihat sendiri. 

Atas dasar itulah para aktivis lingkungan termasuk pimpinan Gereja menolak tambang. Sudah ada preseden, makanya orang menolak itu. 

Bagaimana dgn orang setempat yg tetap menerima tambang itu? Sebagai sesama manusia aplg sesama anggota gereja yg sudah tahu akibat dari pertambangan itu, sudah semestinya ada kewajiban moral utk mengingatkan, memberi tahu. Diam di hadapan kejahatan dalam hal ini perusakan lingkungan yg pada gilirannya merusakkan hidup manusia, sama saja dengan berdosa. 

Klo mau sy singkat: menjadi bijaksana berarti mau belajar dari pengalaman masa lalu, supaya jgn seperti keledai yg jatuh di lubang yg sama. Itu juga sejalan dengan Hegel yg bilang bahwa filsafat itu seperti burung hantu Dewi Minerva yg mulai mengepakkan sayapnya setelah matahari terbenam di telan bumi. Dia tidak pernah mendahului pengalaman, tetapi selalu sesudah pengalaman itu terjadi, lalu merefleksikannya. πŸ™
_______________________________________________________





Rabu, 24 Juni 2020

TANDUK KERBAU DI RUMAH ADAT MANGGARAI

TANDUK KERBAU DI RUMAH ADAT MANGGARAI

Nando  saudara  saya, WA  seperti berikut: 


Sore Kaka Engky

Kak, apa keterkaitan antara kerbau (ranggak kaba) di kerucut bubungan niang manggarai dengan peradaban bangasa Manggarai?
Apakah ada sebuah kisah tertentu dalam cerita bangasa Manggarai mendewakan kerbau?


Rumah  adat Manggarai menggunakan tanduk kerbau di  pucaknya. Mengapa? Menurut saya, ini menunjukkan bahwa orang Manggarai itu tak lupa sejarah  bahwa  leluhirnya yang  datang  dari Minangkau merukan seorang pemenang pertarungan. 
Kisah ini berawal dari pertarungan dua kerbau, besar dan jecil. Kerbau kecil  menang.  Berikut  kisahnya: 


Kisah yang saya tahu berkaitan hubungan antara  kerbau dan orang Manggarai adalah   kisah para leluhur Manggarai yang berasal dari  Minangkabau.Minangkabau itu ada di Padang, Sumatra Barat.Orang Mannggarai mengartikan Minangkabau dengan  sebutan Menang  Kerbau.Mengapa Menang Kkerbau?  Konon ada salah satu kerjaan  Sumatra Barat. Namanya Pagarujung. Dahulu kala, kerjaan ini sulit dikalahkan. Saat itu di Nusantara, Majapahit berada di Puncak kerjaannya, dengan patihnya Gejah Mada.Namun, sayang, Majapahit belum menaklukan Pagarujung.Tapi orang Pagarujuung  menganjurkan jangan  perang antara  manusia. Tapi  perang antar binatang  disepakati pertarungan atau adu   kerbau.Majapahit memilih kerbau  jantan besar dengan tanduk panjang. Orang Pagarujung tahu  ini. Maka mereka mempersiapkan kerbau kecil yang masih menyusui.
Begitu  tiba  hari  pertarungan, kerbau Pagarujung menang karena kerbau kecil menganggap skrotum kkerbau jantan Majapahit ini  susu induknya. Dia mengisapnya sambil  tanduknya menusuk  ke perut kerbau besar itu. Kerbau besar terluka, mengerang kesakitan. Peraduan kerbau dimengangkan oleh  Pagarujung. Majapahit tak jadi menguasai  Pagarujung.
Kisah Miangkabau menurut orang Manggarai adalah  kiisah  kemenangan. Jadi orang Manggarai adalah orang yang selalu  menang.
Ketika  mereka merantau kisah ini diwariskan. Termasuk  ketika Masur menuju Manggarai.


Kisah (nunduk)  tentang Minangkabau ini  saya  pernah  dengar langsung  di Rumah Gendang Wela dari Bapak almarhum Bone Kaso  pada  tahun 1980 - an, saat  saya  masih  SD.
Namun  sedikit  ada  pergeseran. Karena  menurut  kita  di manggarai, orang yang  bertikai adalah seama  orang  Pagarujung.

Pertikaian antara kakak  dan  adik. Ini  versi  orang Mannggarai.

Beberapa  tahun  lalu saya    ngobrol dengan  orang Padang. Kisah  sebenarnya bukan pertikaian sesama orang  SumBar  tetapi antara  Kerjaan Majapahit  vs  Pagarujung.

Paling  tidak  ada  dua orang Padang yang mengisahkan hal ini. Pertama saat saya  pakai taksi dari Sarina ke Cempaka putih. Kkedua  di Pulau  Gadung.



Manggarai bagian utara, dari Nggorang boleng pacar kolang ndoso cibal lamba leda yg saya tahu banyak orang dari ketuturunan Sulawasi, Kak. Bahkan sampai di lelak orang2 sulawesi itu ada. Mengapa mingkabau ini menghegemoni?

Kisah Manggarai sekarang adalah cerita tentang kemenangan penguasa.
Terutama penguasa   Todo  Pongkor.
Cibal sebagai Kerjaaan  pertama di bumi Nusa Lale (Manggarai). Todo Pongkor muncul kemudian. Todo Pongkor mau merebut kekuasaan  dari Cibal. Caranya? Perang.
Seingat saya   3 kali perang.  Perang pertama, sama-sama kuat. Maka Todo  melancarkan strategi "Sotor molas Pelus"  dan Rewung  Taki  Tana saat  perang Weol, Cancar.
Cibal terkesima. Ternyata  ini strategi "Kuda Troya".  Pppasukan  Cibal tertipu. Begiru mereka merayakan kemengngan di Benteng Weol, Cancar, datanglah pasukan Todo mengepung  mereka.  Pasukan Cibal dilindas saat itu. Benteng Weol jatuh ke Todo.
Perang kedua. Cibal melakukan pembalasan. Ketika  Todo  sibuk memperluas wilayah ke timur menuju ke Adak Tana Dena (wilayah Bajawa), pasukan Cibal  menyerang  Todo. Pasukan perang Todo masih di luar ketika Cibal berhasil memasuki istana Todo.
Cibal memasuki kerjaan  Todo  melalui kerja sama dengan orang -orang sekitar Todo yang  kontra  terhadap adak Todo, seperti  oranng Kampung Lia  dan sekitarnya. Orang-orang ini yang mununjukkan jalan ke Todo.
Pasukan Cibal masuk ke Todo dengan mudah. Lalu mereka  membakar  Niang Todo.
Hanya, salah satu kesaktian Todo yang tidak  bisa diambil oleh Cibal adalah batu Adat "Watu Todo".  Batu  ini sebenarnya Lingga. Simbol kejantanan Todo.
Dengan  membakar Niang Todo, Cibal  keluar  sebagai pemenang di Perang kedua.
Perang ketiga  dimenangkan Todo. Todo sakit  hati atas terbakarnya   Rumah Adat " Niang Todo". Lalu mereka menghimpun  pasukan. Mereka  menyerang  Cibal.
Kedua  kubu  masing-mamsing  mencari mitra  sekutu, baik lokal maupun non lokal. Cibal bersekutu dengan Lambaleda (lokal)  dan Bugis (kerajaan non lokal).  Todo  bersekutu dengan  Bajo (lokal) dan Bima (non lokal).  Todo dan Bajo mengutus " Keka  dan Laru menuju ke Bima untuk melobi. Ini yang kemudian   kita kenal dalam sebutan  go'et dalam mengundang petarung  (Laki Kewit) dalam perang memperebutkan tanah di  Manggarai : Keka  benta  pe'ang, Laru benta Lau".
Dengan   dukungan sekutu-sekutu ini, perang sengit  terjadi  di berbagai tempat. Todo berhasil memukur  mundur pasukan perang Cibal. Satu demi satu wilayah Cibal jatuh ke tangan Todo.
Dengan   dukungan sekutu-sekutu ini, perang sengit  terjadi  di berbagai tempat. Todo berhasil memukur  mundur pasukan perang Cibal. Satu demi satu wilayah Cibal jatuh ke tangan Todo.
Pertempuran  terakhir di Bea  Loli  Cibal. Pasukan perang Cibal  bertahan di Benteng Bea Loli. Todo menerapkan startegi Bang Asu: " Ong....,, hola,  hia "  dalam menguasi  benteng itu  dan membunuh Pasukan Perang Cibal termasuk  Kraeng Mlambe  Bolong Pales".Todo  berhasil masuk ke istana kerjaan  Cibal dan melalukan pencabutan   benda Kramat kerajaan  yakni" Watu Cibal".   Dengan  berhasil  mencabut  Batu Lingga  Cibal ini, perllawanan Cibal berakhir  dan  Todo keluar  sebagai pemenang.Maka  Todo  menguasai  seluruh Manggarai, termasuk   simbol  rumah adat, dengan simbol Tanduk Kerbau (Rangga Kaba)  di atas  bubungan Mbaru Gendang.
Itu  alasannya  yang  saya  temukan e  ase  Nando.  Persppektif  saya ini berdasarkan buku Manggarai Mencari Pencerahan Histografi  karya  Dami  Toda.


Hemat  saya   buku ini sangat  Todo - Pongkor.
Saya  dengar riak-riak  mereka dari kawasan  bekas  Kerajaan Cibal  dan  Lambaleda   bahwa cerita yang sebenarnya bukan seperti  itu.
Tetapi  itu  sebatas  riak.
Kita  masih menunggu  Sejarah Manggarai  versi  orang  Cibal.  Entah  kapan  bisa  ada.
Kalau memang  belum  ada  kita   nikmati  dulu kisah Manggarai yang disajikan oleh Dami Toda (almarhum).

Keka dan Laru itu  utusan Todo  dan Bajo yang menuju  Bima  untuk meminta bantuan Bima agar bersekutu  dengan  dengan Todo dalam rangka memerangi Cibal.

Orang Bajo dipakai Todo krn orang Bajo  bisa  Bahasa  Bima.

Dari  sejarah agama Islam, orang Padang/ Minangkabau yang mengenal Islam  lebih awal daripada Orang Sulawesi. Orang Minangkabau menagadakan Siar Islam  kepada orang Sulawesi )Bugis). Boleh  jadi kecendekiaan   dan kepemimpinan orang Minagkabau  lebih kuat  daripada  orang Sulawesi (Bugis).





Kamis, 11 Juni 2020

PEREMPUAN MANGGARAI

PEREMPUAN MANGGARAI

Kedudukan Perempuan Manggarai dalam Budaya “Lonto Leok”: Satu Kritik dan Tiga Rekomendasi



Enu-enu dalam balutan kain adat Manggarai. Foto/floresmuda.com

Oleh Occe Idaman

Lonto leok merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Manggarai. Sebagai suatu bentuk warisan para leluhur, lonto leok menjadi salah satu budaya yang seringkali dipraktikkan masyarakat di bumi Congka Sae.

Satu hal yang menggugah Penulis untuk menulis tentang budaya ini, yakni minimnya partisipasi kaum perempuan pada saat kegiatan lonto leok berlangsung.

Occe Idaman

Meskipun kaum perempuan hadir pada saat acara lonto leok, tetapi mereka hampir tidak memiliki suara untuk dapat menentukan sebuah keputusan. Sebaliknya, mereka hanya mengurusi urusan konsumsi di dapur.

Budaya “Lonto Leok”

Lonto leok berasal dari dua kata, yakni lonto dan leok. Lonto artinya duduk dan leok artinya kepung, mengepung, keroyok, keliling, mengelilingi, melingkar. Dengan demikian, istilah lonto leok berarti duduk mengelilingi atau duduk melingkar.

De facto, konsep lonto leok berarti pertemuan atau musyawarah yang dihadiri oleh warga kampung untuk mengurus berbagai masalah di kampung. Tujuannya adalah untuk mencapai mufakat.

Pada zaman disrupsi ini, konsep lonto leok sudah dipahami secara baru. Lonto leok tak lagi semata-mata pertemuan untuk membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan adat. Tempat berlangsungnya acara juga tidak harus di dalam mbaru gendang (rumah adat).

Dalam perkembangan selanjutnya, lonto leok  diartikan dan dipraktikkan sebagai pertemuan tentang apa saja yang berkaitan dengan kepentingan bersama warga kampung. Locus-nya pun bisa diadakan dimana-mana tergantung kesepakatan bersama.

Occe Idaman

Lonto leok memiliki dua makna penting.

Pertama, menyatukan kata.

Lonto leok adalah ajang untuk merundingkan sesuatu secara bersama-sama untuk mencapai kesepakatan bersama. Ideal Lonto leok adalah mampu menyamakan persepsi dan menyatukan aspirasi para peserta.

Semua partisipan yang hadir dalam acara lonto leok diharapkan dapat nai ca anggit (satukan hati) dengan sedapat mungkin menghindari adanya woleng curup (selisih pendapat). Maka, visi kelompok untuk kekompakan seperti muku ca pu’u neka woleng curup (semua warga seia sekata seperti pohon pisang yang bertumbuh secara merumpun/mengelompok) terwujud.

Kedua, menyatukan langkah.

Lonto leok menjadi medan untuk menyatukan langkah dan menyelaraskan derap atau irama gerak bersama. Pada tataran ini, semua partisipan lonto leok diharapkan untuk tuka ca leleng (sehati dan bersaudara)tidak berbeda arah dan sasaran perjuangan dengan berusaha menghindari kemungkinan untuk woleng lako (cerai-berai).

Dengan cara ini, penyelewengan atau penyimpangan dalam tataran pelaksanaan apa yang sudah disepakati bersama dihindari. Dengan demikian, visi kelompok untuk kekompakan seperti  teu ca ambo neka woleng lako (tebu serumpun jangan cerai-berai) terjamin (John Dami Mukese dalam Marthin Chen dan Charles Suwendi (eds.), 2012:122).

Posisi Perempuan, Kritik, dan Rekomendasi

Saat seorang bayi lahir, ada dua istilah popular dalam budaya masyarakat Manggarai. Dua istilah itu adalah ata one dan ata pe’ang.

Pertama, istilah Ata one (ata = orang, one = dalam [bahasa Manggarai]), yang berarti orang dalam, adalah istilah atau sebutan untuk bayi laki-laki. Ketika bayi laki-laki itu bertumbuh dewasa dan beristri, ia akan tetap tinggal di dalam kampung dan menjadi anggota atau pemimpin suku.

Kedua, istilah Ata pe’ang (ata = orang, pe’ang = luar) atau orang luar adalah sebutan untuk bayi perempuan. Ketika bertumbuh dewasa dan bersuami, ia akan keluar dari suku orang tua dan akan mengikuti suami serta masuk ke dalam suku suami.

Dewasa ini, istilah Ata one dan Ata pe’ang di atas berpengaruh pada konsep orang Manggarai tentang eksistensi laki-laki dan perempuan terutama bila berbicara tentang hak dan kewajiban serta keadilan dalam keluarga dan masyarakat (Petrus Janggur, 2010:11).

Occe Idaman

Eksistensi laki-laki dan perempuan seperti itu kemudian berlaku pula dalam acara atau kegiatan lonto leok. Hal itu terbukti dalam posisi laki-laki yang duduk melingkar pada sebuah ruangan. Mereka bermusyawarah. Sistem demokrasi juga berlaku pada saat itu.

Meskipun demikian, ada suatu fenomena yang cukup memprihatinkan dan menurut Penulis hal itu perlu dikritisi. Fenomena itu adalah hanya kaum laki-laki yang terlibat aktif dalam tindakan mengambil keputusan saat acara lonto leok berlangsung, sedangkan kaum perempuan berada di dapur untuk mengurus bagian konsumsi.

Jadi, kaum perempuan hadir dalam acara lonto leok tidak untuk terlibat dalam musyawarah yang diakhiri dengan sebuah tindakan pengambilan keputusan bersama, melainkan hanya untuk mengurus konsumsi di dapur.

Menurut Penulis, fenomena tidak terlibatnya kaum perempuan dalam kegiatan lonto leok merupakan salah satu bentuk superioritas kaum laki-laki terhadap kaum perempuan.

Occe Idaman

Mengapa?

Pada prinsipnya, manusia, baik laki-laki maupun perempuan memiliki martabat yang sama. Sebagai ciptaan yang teristimewa dari segala ciptaan yang ada, laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama dalam berbagai hal, termasuk di dalamnya adalah hak bagi tiap orang untuk menyampaikan pendapat.

Namun, yang terjadi di dalam acara lonto leok amat berbeda. Laki-laki sajalah yang bermusyawarah. Mereka saling bertukar ide untuk mengambil sebuah keputusan tertentu.

Ironisnya, pada saat yang sama, perempuan justru sibuk di dapur untuk memasak nasi, mengolah daging, membuat kue dan kopi. Kaum perempuan tidak terlibat penuh dalam proses musyawarah.

Konsekuensinya, apapun hasil musyawarah kaum lelaki itu menjadi sebuah keputusan bersama yang harus diterima oleh semua pihak baik laki-laki maupun perempuan.

Kenyataan di atas mempertegas konstruksi sosial historis tentang perbedaan gender dan pembagian peran berdasarkan jenis kelamin yang sifatnya tidak kodrati. Konstruksi sosial tentang gender itu justru menyebabkan terjadinya gender inequity dan gender inequality bagi perempuan (Fransiska Widyawati, dalam Marthin Chen dan Charles Suwendi (eds.), 2012:355).

Lalu, sistem budaya yang memperlakukan perempuan secara diskriminatif menyebabkan mereka kerap kali tidak memiliki hak otonom untuk mengemukakan ide dalam ranah publik yang formal.

Atas dasar itu, acara lonto leok sebagai suatu bentuk demokrasi tradisional masyarakat Tana Kuni agu Kalo perlu diperbaharui,yakni memperhatikan keterlibatan kaum perempuan dalam acara itu.

Pertimbangan dasarnya adalah pertama, “Tidak ada keraguan sedikit pun bahwa kaum perempuan termasuk dalam jemaat Allah dan bangsa manusia, sama halnya seperti kaum laki-laki dan perempuan bukanlah suatu jenis makhluk hidup yang lain atau ras yang berbeda”, demikian pernyataan tegas seorang teolog feminisme, Christine de Pizan.

Kedua, manusia, baik laki-laki maupun perempuan, pada kodratnya memiliki martabat yang sama. Martabat itu tidak ditunjukkan pada jenis kelamin, tetapi pada eksistensi sebagai ciptaan yang sama di hadapan Tuhan.

Ketiga, kebebasan berpendapat diakui oleh Undang-Undang Republik Indonesia (UUD RI) No. 9 Tahun 1998, yakni “Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga Negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya secara bebas dan bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Berdasarkan tiga poin di atas, maka tindakan mengambil keputusan dalam acara lonto leok, yang partisipannya didominasi oleh laki-laki, adalah salah satu bentuk tindakan subordinasi terhadap kaum perempuan.

Occe Idaman

Untuk menghindari pandangan dan praktik seperti itu, maka yang dibutuhkan adalah memperbarui bangunan budaya itu sendiri dengan mengakui keberadaan dan opini publik perempuan dalam kegiatan tersebut.

Atas dasar itu, Penulis merekomendasikan tiga hal sebagai berikut.

Pertama, konsep dan praksis laki-laki sebagai yang superior dalam tindakan mengambil keputusan pada saat acara lonto leok perlu dihilangkan. Laki-laki Manggarai mesti bersikap rendah hati untuk mengakui bahwa wawasan kaum perempuan tidaklah lebih bodoh darinya.

Kedua, kaum perempuan Manggarai mesti bersikap kritis terhadap suatu pola hidup dan konstruksi budaya yang mengistimewakan laki-laki. Perempuan harus berani tampil dalam kegiatan-kegiatan publik.

Ketiga, institusi seperti Gereja Katolik dan Negara mesti menjadi garda terdepan menyokong kaum perempuan untuk mendapatkan posisi strategis di ranah publik.