Rabu, 21 Desember 2016

Kentau Manggarai

Kentau Manggarai

One  Sai:
Jongkong Bila

Tempat Wisata

Tempat Wisata  one Manggarai

1. Jembatan  Gantung  Wae Mau - Todo - Satar mese Barat - Manggarai


2. Watu Pajung - Pota - Sambi  Rampas, Manggarai Timur
JPS, 21 Des. 2016



Jumat, 16 Desember 2016

ROKO MOLAS POCO - versi Wikipedia

ROKO MOLAS POCO

Upacara Roko Molas Poco

Roko Molas Poco merupakan suatu tradisi adat awal pembangunan Mbaru Tembong, rumah adat masyarakat Manggarai Raya, baik yang berdiam di Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, maupun Manggarai Timur.[5] Roko dalam bahasa setempat berarti pikul secara gotong royong.[5] Sementara molas artinya cantik dan poco adalah hutan.[5] Alhasil, kata roko molas poco mengandung arti mengambil atau memikul secara bersama kayu terbaik dari hutan.[5] Pada rangkaian ritus Roko Molas Poco kewajiban para tokoh adat seperti tu’a golo (kepala Kampung), tu’a teno (kepala adat) adalah mengundang semua warga kampung, untuk melakukan lonto leok ( musyawarah bersama warga se- kampung) di rumah adat lama atau pun di natas (halaman kampung).[5] Selanjutnya, anggota masyarakat maupun tokoh-tokoh adat dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok Roko Molas Poco (kelompok yang akan pergi ke hutan untuk mengambil kayu tersebut) dan kelompok curu molas poco (kelompok yang akan menjemput Molas Poco tersebut).[5] Upacara adat Roko Molas Poco ini diawali dengan acara teing hang atau pemberian sesajian di altar sesajian (compang) yang dipimpin oleh tu’a golo.[5] Setelah upacara teing hang (Memberi sesajian kepada arwah nenek moyang) usai upacara, barulah kelompok Roko Molas Poco berangkat ke hutan (puar) dengan membawa manuk (ayam), moke , cola (kapak)), kope (parang), serta alat-alat lain yang dibutuhkan saat upacara tersebut berlangsung.[5] Setiba di hutan, kelompok Roko Molas Poco beserta tu’a golo duduk menghadap pohon yang akan dijadikan sebagai Molas Poco atau Siri Bongkok.[5] Kemudian tu’a golo, menyampaikan permohonan atau kepok atau torok tae (bahasa kiasan Manggarai) kepada arwah-arwah nenek moyang.[5] Setelah torok tae tersebut selesai barulah kayu-kayu dipotong dan Molas Poco tersebut diusung ke kampung oleh kelompok Roko.[5] Sesampainya di dekat kampung (Pa’ang beo) kelompok Roko Molas Poco tersebut dijemput (sundung/curu) oleh kelompok penjemput dengan diiringi tarian-tarian dan dilanjutkan torok atau kepok sundung atau curu.[5] Ritus “Roko Molas Poco” ini dilakukan untuk meneruskan warisan budaya leluhur dan agar rumah adat atau Mbaru Tembong yang akan dibuat tetap kokoh, serta memberikan ketenteraman bagi warga yang mendiami kampung tersebut.[5]

JPS, 16 Desember 2016

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Moke