Sabtu, 19 Desember 2015

BEN MBOI: TOKOH MANGGARAI

BEN MBOI: TOKOH MANGGARAI



“entap pucu”(mengagungkan diri dalam arti mengaku diri hebat) tapi juga mampu berpolitik “entap toni” (mengagungkan dan mengakui kehebatan orang lain).



 jikalau NTT adalah sebuah bangsa maka alm. Kraeng Ben Mboi adalah sangat pantas di sebut sebagai bapak bangsa









 

jikalau perubahan nama rsud itu adalah ide dari bupati K. Rotok maka terjawablah mengapa dia di pilih dua kali oleh rakyat manggarai. Perubahan nama rsud itu adalah menunjukan wawasan politik K. Rotok yang luas dan akomodir (NOTE: saya tak kenal dan tak pernah bertemu bupati K.Rotok secara langsung, ini hanya komentar sebagai orang awam).
bupati Rotok ternyata tidak hanya bisa berpolitik “entap pucu”(mengagungkan diri dalam arti mengaku diri hebat) tapi juga mampu berpolitik “entap toni” (mengagungkan dan mengakui kehebatan orang lain). Semoga kita semua rakyat Manggarai bisa merangkul politik “entap toni” sehingga kita tak saja bisa menghujat lawan tapi kita juga harus mampu mengakui kebolehan lawan.
jikalau NTT adalah sebuah bangsa maka alm. Kraeng Ben Mboi adalah sangat pantas di sebut sebagai bapak bangsa, maka ide menamakan rsud dengan nama beliau adalah sangat tepat sebagai ‘entap toni’ dari semua rakyat Manggarai untuk Kraeng Ben Mboi … well done sir RIP

Senin, 14 Desember 2015

Daniel Anduk








Daniel Anduk, Penyanyi Legendaris yang Tergerus Zaman

1064
 http://www.floresa.co/2015/11/02/daniel-anduk-penyanyi-legendaris-yang-tergerus-zaman/





Daniel Anduk (Foto: Bonefasius Sagi)
“Oe  Ende ga e/Mane tana sale ende ye/Lurang lawe de tungku mane/Itu de tandan ata weong naige
Oe ende gae/Pau leso lauy ende ge/Pau ndarut de nai daku/Hitu de tandan ata weong naige…….”
Lirik di atas adalah bait lagu berjudul ‘Oe Ende Ga e’ yang dinyanyikan Daniel Anduk dalam album kaset “Oe Ende Ga e” (1984).
Bagi orang Manggarai-Flores, Nusa Tenggara timur (NTT) yang lahir tahun 40-an sampai 80-an, pastilah akrab dengan syair lagu-lagu ini.
Demikian pun dengan lagu-lagu ‘Ce’e Jampi Ce’e, Daeng Kempo, Dere o Ngkiong e, maupun Lumun Tepong dan Pata mo Ende go’.
Album “Oe Ende Ga e” dapat dikatakan sebagai album perintis lagu daerah Manggarai yang digarap dan dipasarkan secara professional. Karena itu, lagu-lagunya menjadi legendaris.
Tunanetra dengan Bakat Vokal
Daniel Anduk yang lahir pada 1964 di Poreng, Kecamatan Lelak terlahir tunanetra. Namun, ia memiliki bakat musik yang luar biasa.
Alkisah, di masa kecilnya, Daniel dekat dengan pamannya, bernama Polus Dago.
Polus ahli dalam membuat gitar kecil (jug tenor), sebagai salah satu alat musik dalam orkes gambus yang saat itu sangat terkenal untuk mengiringi pesta-pesta pernikahan.
Daniel kecil acapkali mencoba jug-jug yang telah selesai dibuat pamannya. Dan dari sana, jiwa musiknya terus bertumbuh.
Lama-kelamaan ia menjadi ahli bermain jug. Keahliannya itu didukung oleh anugerah vokal natural yang luar biasa.
Daniel Anduk kecil pun kemudian sering diminta untuk bernyanyi di pesta-pesta pernikahan di kampung Poreng dan sekitarnya.
Ketika umur belasan tahun, Daniel Anduk dibawa pamannya yang lain, Stef Hambur, untuk tinggal bersamanya di Tando, Lembor.
Stef kemudian membeli sebuah gitar untuk Daniel Anduk. Tidak butuh waktu lama, Daniel menguasai cara bermain gitar dan kemudian dari pesta ke pesta, dari kampung ke kampung bernyanyi sambil memainkan gitarnya menghibur tamu.
Saat itu tape recorder masih menjadi barang  sangat mewah. Dan, hiburan di pesta-pesta masih mengandalkan orkes gambus atau nyanyian dengan gitar ala Daniel.
Album Pertama
Suatu ketika, pertengahan tahun 1981, Daniel bernyanyi di kampung Kalo – Lelak, pada pernikahan tanta Ros.
Seorang guru, pak Tadeus, yang memiliki tape recorder terpukau dengan suara dan cara bermain gitar Daniel, lalu kemudian berinisiatif merekamnya.
Tak hanya sampai di situ, hasil rekaman ini dia bawa ke Ruteng dan diperdengarkan ke pemilik toko (baba) Mulya Jaya.
Gayung bersambut, baba toko Mulya Jaya tertarik dengan lagu-lagu Daniel Anduk. Pak Tadeus kemudian memfasilitasi pertemuan Daniel Anduk dengan baba toko Mulya.
Pertemuan mereka menghasilkan kesepakatan di mana Daniel Anduk harus mempersiapkan sepuluh lagu untuk kemudian direkam di Surabaya.
Demikianlah pada 1983, Daniel yang telah mempersiapkan sepuluh lagu, diberangkatkan ke Surabaya difasilitasi baba Toko Mulya Jaya.
Di Surabaya, lagu-lagu yang telah disiapkan Daniel diolah lebih apik dan take vocal pun dilakukan. Kerja keras selama kurang lebih empat bulan kemudian menelurkan album perintis dan legendaris  “Oe Ende Ga e”. Tidak butuh waktu lama kaset album ini booming di Manggarai.
Ke manakah Daniel Anduk setelah 1983? Ia tetap berkarya dalam dunia musik. Namun namanya kian meredup seiring dengan munculnya group-group lagu Manggarai yang setelah itu muncul satu demi satu dan tampil lebih fresh.
Daniel Anduk kemudian lebih banyak merekam lagu-lagu ciptaannya dengan bermain gitar solo secara independen ala kadarnya. Kaset-kasetnya pun dijual sendiri.
Kecuali pada 2006 dan 2007, Daniel mencoba peruntungannya dengan berkolaborasi dengan group penyanyi Manggarai ‘Lalong Liba’ dalam album ‘Cala Lembu’ dan ‘Mboros Toe Poso’.
Menurutnya, dua album ini disambut pasar namun tidak bertahan lama.
Menurut pengakuannya sendiri, jika diarsipkan dengan baik, lebih dari 100 judul lagu telah ia ciptakan.
Sayangnya, lagu-lagu ciptaan Daniel tidak diarsipkan, apalagi berbicara tentang hak cipta.
Hebatnya Daniel Anduk hanya mengandalkan ingatan ketika menciptakan lagu juga syair-syairnya yang puitis dan penuh dengan go’et (irama puitis) Manggarai.
Saat ini, Daniel Anduk tinggal di Pelus, kecamatan Lelak bersama istri dan satu anaknya.
Menurut Titus, sahabat yang setia mengantar Daniel ke mana-mana, ketika ia sudah mengelus-elus rambutnya terus menerus dan memelintir rambut (poser wuk) depannya, itu berarti Daniel sedang penuh inspirasi untuk kembali menghasilkan lagu ciptaannya.
Dan saat-saat seperti itu, Daniel tidak boleh diganggu. Biasanya setelah itu dia mengambil gitar dan mulai menyanyikan lagu baru dan merekamnya dengan tape recorder.
Mulai Meredup
Dunia musik telah menghidupkan dan membesarkan Daniel Anduk. Tapi tidak lagi sekarang. Selain karena banyaknya grup musik Manggarai yang muncul, kecanggihan teknologi tampaknya sulit dikejar Daniel, terutama dengan hadirnya televisi dan hand-phone multi-fungsi di kampung-kampung.
Dunia menciptakan lagu dan bermain gitar ala Daniel Anduk tidak lagi menarik bagi kaum muda dewasa ini serta tidak menjanjikan secara ekonomi.
Demi menyambung hidup, Daniel menjadi opreter (penyedia layanan musik) dalam pesta-pesta sekolah dan pernikahan dan melayani jasa sewa sound system.
Satu harapan Daniel adalah alangkah baiknya jika pemerintah daerah menciptakan wadah bagi pemusik daerah seperti dirinya sehingga tetap menghasilkan karya-karya original dan dapat dinikmati publik, sebab melalui lagu-lagu daerah ada banyak kritik dan pesan sosial positif yang disampaikan.
Daniel Anduk yang suka bergaul tetap bernyanyi, masih ada saja yang merindukan suara dan lagu-lagunya, walaupun hanya satu dua orang. (Laporan Kontributor Bonefasius Sagi/ARL/Floresa)

Hubungan Manggarai dengan Sulawesi

Hubungan Manggarai dengan Sulawesi

Apakah ada hubungan  antara Sulawesi  dengan Manggarai, Flores?

1. Bahasa: e.g. Karaeng  (S) = Kraeng (Manggarai); Tabe (S) = Tabe (Manggarai ) = permisi.(?)
https://news.detik.com/berita/d-4454183/emak-emak-sebut-jokowi-akan-hapus-pelajaran-agama-berbaju-logo-pks

2. Nama tempat: Kalumpang (Mamuju / Mamasa = Kelumpang, Rahong Utara, manggarai; Rattepata (S) = Pata(Kolang); Mamolo = Puar Lolo (Kempo);  seko (S) = Sekok (Subu, Pahar), Luwu (S) = Luwuk  (di Dampe?); Maros (S) = Maras (Manggarai); Bulu Kumba (S) = Kumba (Ruteng); (http://pgi.or.id/mengenal-gereja-kristen-sulawesi-barat-gksb/; wotu (Luwu Timur) = Watu (Ruteng, Manggarai); Palopo (Luwu) = Popo (Satarmese Barat) (http://regional.kompas.com/read/2015/12/24/10104031/Turun.Cari.Korban.KM.Marina.Bupati.Luwu.Temukan.12.Jenazah.Mengapung.?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khlwp).
3. Mitos: mitos  katak (perlu penelitian). Kalau di Manggarai, beberapa suku menjadikan katak sebagai totem, misalnya suku Maras Welo di Wela, Sano, Sama.




JPS, 14 Desember 2015.

Rabu, 09 Desember 2015

PESAN CACI BAGI PENDIDIKAN MENTAL

PESAN CACI BAGI PENDIDIKAN MENTAL








sisitim pendidikan di Manggarai seharusnya mengikuti nafas, semangat dan ideologi bermain ‘caci’.
selama ‘caci’ seorang harus energetik, penuh smangat yang membara(agar di segani lawan),selama caci seorang tak pernah merasa malas dan tak kan pernah menyerah kecuali kedua kaki patah tak bisa ‘kélong'(menari-nari), peserta juga harus tampil perkasa agar tampil jantan dan berani, walau berdarah tapi tetap ‘ncoang paci’ seolah rasa sakit adalah sahabat lama, bunyi ‘kalus/lempa’ bagaikan musik merdu, merintih kesakitan bukan dengan tangisan tapi dengan nyanyi. Ada saatnya untuk memukul dan ada saatnya untuk di pukul, mengalahkan lawan dengan sopan santun dan banyak lagi semangat caci lain nya.
sistim pendidikan kita terlalu jauh dari semangat caci bahkan tampak tak serius alhasil kebanyakan yang tamat sekolah menjadi SWL(sarjana wuku lolo), terlalu banyak urus ‘wuku’ biar nganggur yang penting kukunya tampil bagai kukunya céwék yang bekerja di ‘fashion show’…. kalau kukunya panjang lebih baik sekalian pakai lipstick bro, siapa tahu bisa jadi model. Mana kejantanan-mu? mana semangat caci-mu?
ketika politisi menyinggung dunia pendidikan Manggarai, di sana seolah tersirat harapan semoga ini adalah suatu tanda akan di mulainya reformasi bahkan revolusi untuk menyadarkan semua pihak bahwa (mutu)pendidikan adalah sektor paling strategis dan amat sangat penting yang akan membawa kita(Manggarai) kepada perubahan ke arah positiv. ..semoga…

Sumber:   http://www.floresa.co/2015/07/28/hery-nabit-hentikan-politisasi-institusi-pendidikan-di-manggarai/#comment-26971

JPS, 10 Des. 2015


Mengenal Tari Caci, Pertarungan Masyarakat Manggarai

 http://foto.kompas.com/photo/read/2017/8/21/150330174669d/1/Mengenal.Tari.Caci.Pertarungan.Masyarakat.Manggarai
 
Kompas Images - 21/8/2017
KOMPAS.com - Menari caci merupakan tradisi yang sangat kental bagi orang Manggarai Timur, Manggarai, dan Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur.

Caci merupakan permainan rakyat yang sudah diwariskan secara turun temurun oleh leluhur orang Manggarai Raya.

Dengan dua orang pemain, permainan rakyat ini sangat berbeda. Satu lawan satu. Satu yang memukul dengan menggunakan cemeti (Larik) dan lawan menangkis dengan sebuah alat yang disebut Nggiling (sebuah tameng) berbentuk bulat yang terbuat dari kulit kerbau atau kulit kambing dan sapi.

Permainan dilakukan sambil menari-nari di tengah lapangan, memukul lawan sambil menyanyikan sebuah lirik lagu bahasa daerah setempat. Bahkan lawannya pun ikut menari-nari usai menangkis pukulan.

Keunikan dari permainan rakyat ini terletak pada pemain-pemain yang turun di lapangan sambil menari-nari dan menyanyikan lirik lagu menghibur penonton maupun menggelabui lawan.

Saat itu, suara-suara emas dari pemain caci dilantunkan dengan dialek-dialek bahasa daerah setempat. Bahkan, pemain yang masih muda atau bujang menampilkan yang terbaik demi menggaet perhatian dari perempuan yang memadati lapangan.

Bahkan, ajang permainan caci juga bisa mempertemukan jodoh bagi pemuda dan pemudi. Kaum perempuan terhibur dengan goet-goet (dialek-dialek) yang dibawakan saat menari-nari di tengah lapangan sambil melemparkan senyuman kepada kaum perempuan yang memadati di pinggir lapangan.

Dalam sebuah permainan caci, ada beberapa peralatan caci yang disiapkan, seperti Nggiling (Tameng), Larik (Cemeti) yang terbuat dari kulit kerbau bagi orang Manggarai dan Manggarai Barat sementara untuk orang Manggarai Timur memakai ijuk muda dari pohon Enau.

Selain itu, ada puga panggal (penutup kepala), selendang untuk menutup bagian wajah. Juga nggiring (alat bunyi yang terbuat dari besi berbentuk gong kecil). Gong kecil yang banyak ini biasanya dipakai di bagian belakang pinggang dari para penari caci.

Dalam tarian caci ada kalah dan menang. Untuk menentukan menang, jika lawan yang dipukul mengenai wilayah wajah. Oleh sebab itu wilayah wajah dari penangkis menggunakan tameng berbentuk bulat (Nggiling) dan harus ditutup rapat dengan mata saja yang tidak ditutup.

Yang menarik dan bermakna dari permaian caci adalah persaudaraan yang sangat tinggi. Tidak ada dendam, walaupun tubuh berdarah akibat terkena pukulan. Bahkan, aturannya secara lisan sudah diketahui secara umum dan ditaati bersama. KONTRIBUTOR MANGGARAI, MARKUS MAKUR
EditorDino Oktaviano

Bahasa Manggarai - Cina

Bahasa Manggarai -  Cina

Manusia Manggarai itu plural.  Tentang asal usulnya, ada yang mengatakan berasal dari Eropa, Asia,  Afrika. Untuk Asia, Ada anggapan bahwa nenek moyang Manggarai berasal dari  Cina. Apa bisa diambil bukti? Beberapa contoh sederhana ini bisa dijdikan bukti, yakni bahasa dan pernak-pernik kehidupan.
Pertama,  pernak-pernik. Ada pernak-pernik yang diklaim dibuat leh orang Cina, khususnya pernak-pernik yang terbuat dari logam, misalnya peralatan makan - mimun.
Kedua, bahasa. Beberapa kosa kata Manggarai  bunyinya  sangat kecinaan:
Misalnya:
  1. Hang liong hang ho wa :(Siapa yang memakan-makanan ini)
  2. Toing le toming (menegur dengan berbuat)
  3. Ting hang tuang (beri makanan kepada tuang / tuan)
  4. Ting le jing (pemberian jin)
  5. Lewing teneng hang (periuk tanak nasi)
  6. Tongkeng todang tanda momang (Tegak menuntun tanda cinta)
  7. Toing le jing (diajar oleh setan)
  8. Nombong wajol toe manga hang (masuk angin karena tidak ada makanan / makan).
  9. Liong hang hang ho wa ( Siapa yang makan makanan di bawah ini)
  10. Toing te noing (Ajar  untuk sadar)
  11. Toming koing (Contoh memanggil. Koing bipakai untuk memanggil anjing)
  12. Tatang  te teing hang (panggil untuk diberi makanan. Tatang dipaki untuk memamnggil babi).
  13. Lo'eng te tegi mose = menyalak meminta makanan (jatah).

JPS, 9 Desember 2015
No. 9 - 12, JPS 19 April 2017.



Selasa, 08 Desember 2015

Goet Manggarai - tulisan data

 Caka cama natas bate labar

 natas mbate dise ame

 ledong dise empo.


Robertus Pelita 


 Pater, Caka cama natas bate labar ai hitu natas mbate dise ame, ledong dise empo...

Robertus Pelita 

 https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1511176165875818&set=a.1402443333415769.1073741826.100009503475910&type=3&theater

JPS 9 Januari 2016

Reca rangga, walik ntaung
Rm. Inosensius Sutam


Dalam hitungan jam kita akan beralih dari tahun 2015 ke tahun 2016. "Reca rangga dan walik ntaung," kata orang Manggarai.

Reca rangga oné lacang,
walik ntaung oné landuk,
Na’a ntaung manga ata gawasn,
werus ntaung weru ata nggelukn,
kapus ata naud oné ntaung ata laun,
pingas ata di’ad oné ntaung ata sinan
ambis ata jarid oné ntaung ata cai,
Noings sanggéd gori tela toni
Nuks sanggéd runcung dempul wuku
Haéngs sanggéd taé agu papé ata raésd
Néténg gula ngo duat,
Néténg mané manga pandé
Néténg wié manga cikéng
Néténg leso manga peno,
Néténg minggu manga nipu,
Néténg lu’ang manga duha
Néténg wulang manga uwa,
toé wulang cara ncuang
Ca ntaung ata laun manga kapu,
toé ntaung cala ma’u
Saka hiat Ngaran landing manga hang,
Lipur hiat Nipun landing manga inung
Rindang hiat Pingan landing manga ni’ang
Séndong hiat Émbongn landing manga wéngko
Roés hiat Bonén landing manga mosé
Ruteng, 31 Desember 2015

 https://www.facebook.com/inosensius.sutam.9?pnref=lhc.friends
JPS, 9 Januari 2016


Ceka paka hena, tusuk paka burut  
Oleh Rm. Inosensius Sutam

Ho’o leso remong, tantu ra’up,
cehéng reké, rapak tanggal
cumang wulang, cau ntaung

Pilkada, bantang cama ka’éng tana
Kudut pili ata rinding, lonto cimping
Kudut lir ata lilikn, lonto cicing
Kudut ninik siri, lonto siding
Kudut cicir ata jiri, lonto jingging
Kudut cumang ata uwa/wuan, lonto gula
Kudut petot ata petok/letok, lonto leso
Kudut kawé ata raés, lonto mané
Kudut pilé ata cikéng, lonto wié
Kudut porong ata molorn caca mbolot
Kudut werus ata nggelukn pandé becur
Kudut lélo ata nggélokn pandé rémbong
Kudut repet ata helek pandé cedek
Latang méu kraéng, ata wintuk kudut rangkangn pilkada:
Wéngké di’a té-pé-és (TPS) boto génggél oné wié mésé
Pedeng reweng ata poli lepet, boto manga ata ketekd
Néka wetoks ata poli petokd boto rehongs agu renos
Néka juts ata poli ujungn, boto muntungs ruku tu’ung
Néka pandé bukang surat undang pandé rudak
Néka ceka ceha, pandé wentang ata menang
Néka tiba séng boto péhéng, mosé toé léwé
Néka rantang pilkada, mai nakay cama-cama
Néka léwang bénta, néka wéléng té-pé-és (TPS)
Néka sala mata, néka cidé limé, néka rungkut nuk
Papang maki te can, pandé rangka lama
Ngguang nomor te suan, pandé uwa agu wua
Néka ceka landing jera diha amé jenang boto lengkar
Néka tusuk dudung-pur pandé rucuk toé dumpu
Ceka paka hena kudut manga letang pandé beka
Tusuk paka burut kudut manga mut pandé ludung

 https://www.facebook.com/inosensius.sutam.9?fref=nf
diunduh pada 9 Desember 2015, pkl 13:40




Asé-ka'é.... Nomor 1 ko 2, anak dité taung, weki dité taung... Hambor ka'éng kampong, lémbor ka'éng béo... Pandé salang cama-cama kudut langkas nawa, néka pandé calang
Pilkada : pandé salang ko pandé calang ?
Oleh Rm. Inosensius Sutam
Pilkada pandé salang kudut langkas nawa, ko….pandé calang kudut mbasak nawa
Pilkada pandé salang kudut rangkang ka’éng tana, ko…. pandé calang kudut radak ka’éng tana
Pilkada pandé salang kudut wénggos ka’éng béo, ko…. pandé calang kudut mbékot ka’éng béo
Pilkada pandé salang kudut léros lonto léok, ko…. pandé calang kudut wéntong lonto léok
Pilkada pandé salang kudut ra’um ka’éng mbaru, ko…. pandé calang kudut rasung ka’éng mbaru
Pilkada pandé salang kudut riwok ka’éng kilo, ko…. pandé calang kudut timpok ka’éng kilo
Pilkada pandé salang kudut nggelis oné weki, ko…. pandé calang kudut pengki oné weki
Pilkada pandé salang kudut nggalas wakar, ko… pandé calang kudut da’at oné wakar
Pilkada pandé salang kudut ngalis nai, ko… pandé calang kudut rabi nai
Pilkada pandé salang, kudut nanang haé ata, ko… pandé calang, kudut rangkat haé ata
Pilkada pandé salang kudut kapu ha’é wa’u, raés asé-ka’é
ko…pandé calang kudut pampung haé wa’u, raék asé-ka’é
Pilkada pandé salang kudut indang anak-wina, momang ana krona
ko… pandé calang kudut cikat anak wina, poka ana krona
Pilkada pandé salang, kudut pandé mo’éng agu mosé ro’éng le roés agu loréng
ko... pandé calang, kudut pandé kosé agu copél ro’éng wajol lopét agu lowér
Pilkada pandé salang, kudut ola bora conda rowa disét boat agu mosé capur bokak
ko… pandé calang, kudut kolang bora pandé rowa isét boat agu mosé capur bokak
Pilkada pandé salang kudut rombéng mosé, ko pandé calang kudut longké mosé
Pilkada pandé salang, kudut pandé uwa haé mukang, mut ha’é lumpung
ko…. pandé calang, ai pandé munda haé mukang, rutu haé lumpung
Pilkada pandé salang, kudut kékép agu pélét ata méséd agu léwéd, ninik ata jiri agu cirid
ko… pandé calang, kudut kékép agu pélét séng pandé lénggé, ninik ringgi pandé ringing tis
Pilkada pandé salang, kudut loléngs ata moséd, tadang oné mai ata matad
ko… pandé calang, ai nanang ata matad, okés ata moséd (nanang jarang mata, oké jarang mosé)
Pilkada pandé salang, kudut sakas ata mangkang agu rapakd oné ka’éng cama,
ko… pandé calang, ai pampangs agu rampas ata mangkang agu rapakd, ka’éng cama
Pilkada pandé salang, kudut lumung luju mu’u te pu’ungn curup ata pukul sanggéd ruku
ko… pandé calang, kudut dundung agu curu cungkut sanggéd ruku, landing mu’u rukus
Mai ga ité…
Ngaji agu Jari, sawal agu Ngaran, kéng agu Dédék, tombo agu Wowo…
Pandé randang pili adak ka’éng tana, kudut manga salang pandé rangkang
Pandé raés pili amé, kudut ambé agu rambéng ka’éng tana Nuca Lalé
Pandé kais pili laki ko wai, kudut ambi, rani nai, main dani tana Manggarai
Kudut sembong tana serong disé empo, kudut lendarn tana letang disé ema,
Kudut lerén tana pedé disé endé, kudut mbaék tana mbaté disé amé

Ruteng, Agustus-September 2015



 https://www.facebook.com/inosensius.sutam.9?fref=nf
diunduh pada 9 Desember 2015, pkl 13:40

*******

Palas Rawuk leso Rabu 


Le Inosensius Sutam 
1
Rawuk hitu ngong lénggé, niwi-naés ….
Wiku wakut wa rawuk ného acu 
Pili latung wa rawuk, le lénggé capur békék 
Wa rawuk be wa, rangan toé pecing taran 
Pesé rawuk ces, toé paés apa 
Rawuk hitu te sémbéng, nggiling weki…….
Conda le rawuk kolang poti loha boto rowa 
Cucang le rawuk  kudut ndasel sampeng 
Cagur le rawuk kudut mora wau, toé ruis uli  
Rahit le rawuk api boto mai ular mbani 
Rawuk hitu ngong dempul wuku, tela toni….
Cau rawuk, kudut cain api pukul mut 
Kudut keté api, paka cukung nus, ra’up awus agu rawuk  
Weda rawuk wa, maik pandé bémbang léba éta 
Wa rawuk tombo,  lobo watu wintuk  
Maram ata tu’a ciri rawuk, tama anak ciri api 
4
Rawuk leso Rabu, leso Rabu Rawuk…
Palas oné gala kudut nggalas wakar 
Rujut oné uluy te kukut ata tu’ungn oné pucu 
Hitu rawuk te tadu sanggéd rasung 
Hitu rawuk te teser ba helek kudut merep 
Hitu rawuk te cumang tau agu Mori Andung 
Hitu rawuk te koso jogot, wégo ndékok
Te holés oné mai gonggém, tadang oné mai ngampang 
Toé wéléng, mai randang salang de Ngaran 

Ruteng, 17 Februari 2021


JPS, Harapan Indah - Bekasi, 21 Feb. 2023.


Selasa, 01 Desember 2015

PIDATO PRESIDEN DI PARIS: MASYARAKAT ADAT DAN LINGKUNGAN

 

Pidato Presiden Jokowi di Paris Mengejutkan

http://internasional.kompas.com/read/2015/12/02/01221081/Pidato.Presiden.Jokowi.di.Paris.Mengejutkan

Rabu, 2 Desember 2015 | 01:22 WIB
Ambaranie Nadia K.M Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri saat hendak bertolak ke Paris untuk menghadiri KonferensinPerubahan Iklim, Minggu (29/11/2015) pagi.
Laporan Kontributor Kompas.com Firmansyah dari Paris, Perancis

PARIS, KOMPAS.COM - Pidato Presiden Joko Widodo di ajang KTT Perubahan Iklim di Le Bourget, Paris, Prancis mengejutkan komunitas mayarakat adat di Tanah Air.

Pidato Presiden yang disampaikan di hadapan ratusan Kepala Negara itu, menurut Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Abdon Nababan sangat mengejutkan.

Sebab, Presiden memasukkan kalimat, "penanganan perubahan iklim dengan melibatkan masyarakat adat".

"Ini kejutan bagi kita semua, awalnya saya telah baca teks pidato Presiden yang banyak beredar, tak ada kata melibatkan masyarakat apalagi masyarakat adat. Namun saat Presiden pidato, kata itu muncul, ini kejutan sekali," kata Abdon di Paris, Senin (30/11/2015).

Menurut Abdon, pernyataan Presiden tersebut amat penting bagi Indonesia. Mengingat selama ini kontribusi masyarakat dan masyarakat adat sudah signifikan dalam mengurangi emisi karbon.

"Selama ini kontribusi masyarakat adat mengurangi emisi sudah banyak kita tahu hutan dan gambut yang terbakar selama ini paling sedikit di wilayah maayarakat adat. Jika ada itu sudah milik konsesi perkebunan," ujar dia.

Saat ini, kata dia, terdapat 40 juta hutan berada di wilayah masyarakat adat dari 50 juta hutan yang memiliki tutupan.

"Hutan ini sudah lama dirawat masyarakat adat tinggal diproteksi saja, artinya 29 persen mengurangi emisi itu tidak sulit, masyarakat adat sudah melakukannya," tegas Abdon.

Tugas bersama masyarakat adat dan pemerintah ke depan adalah membereskan administrasi wilayah adat baik pemetaan wilayah adat, dan mengesahkan RUU perlindungan dan pengakuan masyarakat adat.

Pidato Presiden, menurut dia, sudah mencerminkan konsistensi Presiden pada Nawacita.