Jumat, 20 Januari 2017

KISAH TENTANG MANGGARAI


 Pembangunan Patung Motang Rua di Mbaru Wunut

  http://www.floresa.co/2017/01/20/kontroversi-kontroversi-deno-madur/
 20/01/2017

Pembangunan Patung Motang Rua di Mbaru Wunut
Januari 2017 ini, jagat facebook orang Manggarai kembali gaduh. Setelah soal gapura, Pemda Manggarai juga diam-diam membangun patung Motang Rua di Mbaru Wunut Ruteng. Motang Rua adalah pria pemberani asal Beo Kina (Rahong) yang melawan pemerinatahan kolonial Belanda pada dekade awal abad 20.
Pembangunan patung Motang Rua ini dikritik karena dinilai tidak pada tempatnya yang tepat. Mestinya pembangunan patung itu – kalau memang dirasa perlu – dibangun di lapangan Motang Rua di depan kantor bupati Manggarai.
Meletakan patung Motang Rua di Mbaru Wunut dinilai ahistoris. Karena Mbaru Wunit merupakan istana Kraeng Alexander Baruk, raja kerajaan Manggarai bentukan pemerintah kolonial Belanda.
Pada tahun 1925, melalui suatu surat keputusan dari Belanda, Manggarai menjadi suatu kerajaan dan diangkatlah orang Todo-Pongkor menjadi raja yaitu Kraeng Bagung dari Pongkor.
Kerajaan Manggarai bentukan Belanda ini terdiri atas 38 kedaluan. Mbaru Wunut di Ruteng itu merupakan representasi dari 38 kedaluan di Manggarai.
Bersamaan dengan diangkatnya Raja Bagung, Belanda juga menyekolahkan Kraeng Alexander Baruk ke Manado. Alexander Baruk adalah anak dari Kraeng Tamur, raja Todo, sepupu dari Kreng Bagung.
Tahun 1931/1932, Alexander Baruk kemabli dari sekolahnya. Lalu, kemudian diangkat menjadi raja Manggarai. Namun, karena raja Bagung masih hidup, maka keduanya tetap raja. Raja Bagung sebagai “raja bicara” sedangkan yang mengambil keputusan adalah Raja Baruk.
Setelah mendapatkan kritikan di media sosial, pembangunan patung Motang Rua di Mbaru Wunut itu dikabarkan dihentikan sementara. Meski demikian, belum ada keputusan resmi dari pemerintah soal kelanjutannya.

 http://www.floresa.co/2017/01/20/kontroversi-kontroversi-deno-madur/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar