https://regional.kompas.com/read/2018/11/26/11013981/weri-mata-nii-tradisi-tanam-padi-suku-gunung-di-flores-barat?page=all
- Weri Mata Nii (Menanam benih padi di lahan kering) di Suku Gunung dan Kenge , Kota Komba, Manggarai Timur.
1. Anak ranar (anak rona) = pemberi pengantin perempuan dalam sistem perkawinan
2. Budaya asali Manggrai adalah budaya lahan kering sedangkan budaya sawah adalah budaya impor. Sekarang seiiring dengan trend makan nasi, budaya ladang dengan begitu bayak tanaman (kacang panjang, jewawut, mentimus, kestela) itu hampir punah karena diganti budaya sawah. Perubahan ini bukan tanpa resiko pada budaya. Budaya ladang kayan dengan ritus-ritus / budaya lisan. Resiko itu adalah budaya berladang semakin tergerus makan dengan sendirinya ritus ladang turut terancam punah. Bagaimana masyarakat (adat) Manggarai menyikapi hal ini.
Ada usulan bahwa 2 wilayah (ladang dan sawah) itu harus tetap ada, terutama wilayah ladang. Krn dengan demikian maka budaya dan ritusnya akan tetap terpelihara.
3. Peran Tua' Golo dan Tua' Teno. Tua' Golo (Gendang) adalah kepala kampung (rumah), sedangkan Tua' Teno adalah kepala Lingko Tanah Ulayat. Pembagian Tanah Ulayat menjadi kewenangan Tua Teno. Keduanya dwitunggal, namun tetap perlu ada demarkasi dalam pembagian tugas. Komunikasi yang intens antara keduanya merupakan suatu memutlakan.
4. Dalam rangka lestarinya kebudayaan, penting bahwa Masyarakat Adat Memiliki Kalender Pertanian sendiri. Kalennder itu lalu diserahkan kepada pemerintah. Pemerintah perlu mendukung upaya itu.
5. Budaya Sawah tetap perlu mengedepanlan budaya lisan. Meski disinyalir sebagai budaya impor, ritus -ritus budaya ladang tetap perlu diterapkan di sawah. Sawah jangan dibiarkan tanpa budaya.
JPS, 26 November 2018.
5. Budaya Sawah tetap perlu mengedepanlan budaya lisan. Meski disinyalir sebagai budaya impor, ritus -ritus budaya ladang tetap perlu diterapkan di sawah. Sawah jangan dibiarkan tanpa budaya.
JPS, 26 November 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar