Merawat Bahasa Daerah Sebagai Upaya Memelihara Kebhinekaan
http://nasional.kompas.com/read/2016/11/17/17521641/merawat.bahasa.daerah.sebagai.upaya.memelihara.kebhinekaan
Merawat Bahasa Daerah Sebagai Upaya Memelihara Kebhinekaan
Kamis, 17 November 2016 | 17:52 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Perpustakaan MPR bekerja sama dengan Sana Sini Seni Jakarta menggelar acara bertajuk Merawat Bahasa Daerah di Ruang Presentasi Perpustakaan MPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (17/11/2016).
Kepala Bagian Perpustakaan MPR, Roosiah Yuniarsih menuturkan, acara tersebut diselenggarakan untuk kedua kalinya bekerja sama dengan Sana Sini Seni Jakarta.
Agenda yang diselenggarakan dengan tujuan merawat sastra daerah tersebut, menurutnya berkaitan erat dengan misi MPR.
"Cerita merawat bahasa daerah ini berkaitan erat dengan misi MPR untuk mensosialisasikan empat pilar salah satunya keprihatinan kita saat ini terhadap kebhinekaan," ujar Roosiah, Kamis.
Sementara itu, Ketua Sana Sini Seni, Jodhi Yudono yang juga sebagai pelopor acara menuturkan, bahasa daerah di Indonesia kini sudah mengalami kepunahan.
Tak kurang dari 15 bahasa daerah telah punah dan 139 lainnya terancam musnah. "Itu kita harus prihatin dan keprihatinan itu dinyatakan dengan tindakan hari ini," kata Jodhi.
Dalam acara tersebut, sejumlah seniman dan sastrawan membawakan karya puisi dalam berbagai bahasa daerah. Salah satunya adalah Deni Riyaddy.
Deni dalam kesempatan tersebut membawakan puisi berbahasa Sunda yang mengisahkan tentang seseorang yang tengah berjalan-jalan di hari Minggu.
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Khrisna Mukti juga turut membacakan puisi.
Ia membawakan puisi berbahasa Jawa yang ditulis oleh Na Dhien. Khrisna yang sempat duduk di Komisi X yang membidangi pendidikan dan kesenian menuturkan, Indonesia memiliki sekitar 600 hingga 700 bahasa daerah.
Di antara ratusan bahasa tersebut, beberapa di antaranya masih aktif, hampir punah dan sudah punah.
Kekayaan tersebut menurutnya menjadi kebanggaan sekaligus kekhawatiran karena jika tak dirawat, bahasa daerah Indonesia bisa perlahan punah.
Usai karya-karya puisi dibacakan, ada pula sesi bicara buku yang membedah Trilogi Novel berjudul Si Tumoing karya Saut Poltak Tambunan.
"Bahasa-bahasa itu harus kita rawat, lindungi dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Mudah-mudahan acara seperti ini bisa berlanjut di kemudian hari," tutur Khrisna.
Kepala Bagian Perpustakaan MPR, Roosiah Yuniarsih menuturkan, acara tersebut diselenggarakan untuk kedua kalinya bekerja sama dengan Sana Sini Seni Jakarta.
Agenda yang diselenggarakan dengan tujuan merawat sastra daerah tersebut, menurutnya berkaitan erat dengan misi MPR.
"Cerita merawat bahasa daerah ini berkaitan erat dengan misi MPR untuk mensosialisasikan empat pilar salah satunya keprihatinan kita saat ini terhadap kebhinekaan," ujar Roosiah, Kamis.
Sementara itu, Ketua Sana Sini Seni, Jodhi Yudono yang juga sebagai pelopor acara menuturkan, bahasa daerah di Indonesia kini sudah mengalami kepunahan.
Tak kurang dari 15 bahasa daerah telah punah dan 139 lainnya terancam musnah. "Itu kita harus prihatin dan keprihatinan itu dinyatakan dengan tindakan hari ini," kata Jodhi.
Dalam acara tersebut, sejumlah seniman dan sastrawan membawakan karya puisi dalam berbagai bahasa daerah. Salah satunya adalah Deni Riyaddy.
Deni dalam kesempatan tersebut membawakan puisi berbahasa Sunda yang mengisahkan tentang seseorang yang tengah berjalan-jalan di hari Minggu.
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Khrisna Mukti juga turut membacakan puisi.
Ia membawakan puisi berbahasa Jawa yang ditulis oleh Na Dhien. Khrisna yang sempat duduk di Komisi X yang membidangi pendidikan dan kesenian menuturkan, Indonesia memiliki sekitar 600 hingga 700 bahasa daerah.
Di antara ratusan bahasa tersebut, beberapa di antaranya masih aktif, hampir punah dan sudah punah.
Kekayaan tersebut menurutnya menjadi kebanggaan sekaligus kekhawatiran karena jika tak dirawat, bahasa daerah Indonesia bisa perlahan punah.
Usai karya-karya puisi dibacakan, ada pula sesi bicara buku yang membedah Trilogi Novel berjudul Si Tumoing karya Saut Poltak Tambunan.
"Bahasa-bahasa itu harus kita rawat, lindungi dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Mudah-mudahan acara seperti ini bisa berlanjut di kemudian hari," tutur Khrisna.
Penulis | : Nabilla Tashandra |
Editor | : Krisiandi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar