Kamis, 03 Agustus 2017

Lima Warisan Leluhur Manggarai Jadi Budaya Nasional dan Dunia


Lima Warisan Leluhur Manggarai Jadi Budaya Nasional dan Dunia

 http://travel.kompas.com/read/2016/09/11/071000327/lima.warisan.leluhur.manggarai.jadi.budaya.nasional.dan.dunia

Kontributor Manggarai, Markus Makur
Kompas.com - 11/09/2016, 07:10 WIB

Salah satu rumah adat Gendang di Bangka Tuke, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Flores, NTT, Sabtu (23/4/2016). (KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR)
LELUHUR orang Manggarai, Kabupaten Manggarai, Flores Barat, Nusa Tenggara Timur meninggalkan warisan unik. Kini, warisan itu sudah menjadi Budaya Nasional Indonesia dan dunia. Bahkan, UNESCO mengakui keunikan warisan budaya orang Manggarai.
Dari sekian banyak warisan leluhur di Kabupaten Manggarai, ada lima yang sudah ditetapkan menjadi budaya Nasional. Dan satu menjadi budaya dunia.
Kelima warisan leluhur itu adalah Tarian Caci, Penti, Lodok, arsitektur rumah gendang (Mbaru Niang), dan Kampung Adat Waerebo.
Ditetapkan menjadi budaya nasional dan dunia karena dalam ritus dan warisan yang ada terkandung banyak cerita dan falsafah hidup masyarakat Manggarai Raya. Bahkan, warisan itu masih hidup di tengah-tengah arus budaya global.
Bupati Manggarai, Deno Kamelus kepada KompasTravel, Jumat (9/9/2016) menjelaskan, pemerintah secara nasional menghargai tradisi dan warisan leluhur yang masih hidup di tengah masyarakat Indonesia.
Dokter Ratih melihat 7 Niang dari atas bukit. (ARSIP KOMPAS TV)
Ini juga bagian dari perhatian dari pemerintah pusat untuk melestarikan budaya-budaya khas yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.“Sebagai Bupati Manggarai saya sangat bangga dengan lima warisan leluhur orang Manggarai ditetapkan menjadi budaya nasional dan dunia. Kelima warisan itu adalah Tarian Caci, Penti, Lodok, arsitektur Rumah Gendang dan Kampung Adat Waerebo. Yang lebih membanggakan lagi adalah Waerebo ditetapkan oleh UNESCO sebagai budaya dunia,” katanya.
Kamelus menjelaskan, Pemkab Manggarai terus memberikan dukungan kepada masyarakat di kampung-kampung supaya rakyat semakin mencintai budaya leluhur.
Selain itu, pemerintah selalu hadir saat ritus-ritus penti dan sebagainya. Diakui Kamelus, warisan ini sebagai simpul pengembangan pariwisata di Manggarai dan sekitarnya.
Adapun pengertian dari lima warisan leluhur orang Manggarai yang dihimpun KompasTravel sebagai berikut.

Penari Caci di Kampung Lembah Paundoa, Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur. Permainan rakyat ini dilakukan satu lawan satu. Meski saling pukul dan menimbulkan luka, tidak ada dendam diantara kedua pemain.
Penari Caci di Kampung Lembah Paundoa, Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur. Permainan rakyat ini dilakukan satu lawan satu. Meski saling pukul dan menimbulkan luka, tidak ada dendam diantara kedua pemain. (KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR)
1. Tarian CaciKeunikan dari tarian ini adalah menari-nari sambil melantunkan nyanyian lokal. Selain, permainan caci adalah permainan satu lawan satu. Ada dua pasang yang saling memukul dan menangkis.
Lawan memukul dengan cemeti sedang yang satu menangkis dengan menggunakan tameng berbentuk bulat yang terbuat dari kulit kamping, kerbau dan sapi.
Tarian ini juga mengungkapkan sebuah kegembiraan dari orang Manggarai terhadap ritual adat, seperti perkawinan, syukuran atas tahbisan imam, peresmian rumah adat.
Luka di bagian punggung yang dialami salah satu peserta Caci di Kampung Lembah Paundoa, Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur. Permainan rakyat ini dilakukan satu lawan satu. Meski saling pukul dan menimbulkan luka, tidak ada dendam diantara kedua pemain. (KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR)
Bahkan warisan ini selalu ditampilkan pada perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Kabupaten Manggarai.Yang unik dari tarian ini adalah ada nilai persatuan dan persaudaraan. Jika satu kampung akan menggelar tarian caci dengan tema-tema tertentu seperti syukuran Imam Baru maka, warga di kampung itu mengundang kampung tetangga untuk meramaikan syukuran.
Tak ada permusuhan dalam tarian ini, baik di arena pertandingan maupun di luar. Baik seseorang mengalami luka di tubuhnya akibat terkena cemeti, tak ada pembalasan di luarnya. Semua diselesaikan di arena pertandingan tersebut.

Tua adat di seluruh wilayah Manggarai Raya selalu melaksanakan ritual Penti pada akhir tahun untuk mensyukuri keberhasilan selama setahun berlangsung. Foto diabadikan 26 Juli 2015.
Tua adat di seluruh wilayah Manggarai Raya selalu melaksanakan ritual Penti pada akhir tahun untuk mensyukuri keberhasilan selama setahun berlangsung. Foto diabadikan 26 Juli 2015. (KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR)
2. PentiPenti dapat diartikan dengan syukuran. Penti dilaksanakan sekali setahun. Syukuran atas keberhasilan panen dan lain sebagainya. Satu kampung berkumpul dalam satu rumah adat yang disebut Mbaru Gendang untuk mengucapkan rasa syukur atas keberhasilan selama setahun.
Uniknya, semua warga masyarakat dari beberapa suku dari satu kampung, yang tersebar di kampung lain diundang hadir untuk mengikuti ritualnya.
Penti juga sebagai perjumpaan kekeluargaan. Rasa kekeluargaan dan keakraban sangat terasa. Bahkan, saat itu untuk mengenal satu sama lain yang masih memiliki hubungan kekeluargaan.

Persawahan dengan sistem Lodok di Kampung Bangka Tuke, Kelurahan Bangka Tuke, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Flores, NTT, Sabtu (23/4/2016).
Persawahan dengan sistem Lodok di Kampung Bangka Tuke, Kelurahan Bangka Tuke, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Flores, NTT, Sabtu (23/4/2016).(KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR)
3. LodokLodok merupakan sebuah sistem pembagian tanah yang sangat adil. Lodok sering disebut dengan pembagian tanah seperti jaring laba-laba. Sebelum mengenal pembagian tanah secara nasional, leluhur orang Manggarai memiliki sistem tersendiri dalam membagi tanah.
Ada beberapa persawahan di Kabupaten Manggarai yang ada Lodoknya. Seperti di persawahan Cancar.
Sistem persawahan Lodok ini menjadi daya tarik wisatawan asing yang berprofesi sebagai ahli pertanian, ahli pertanahan dan lain sebagainya. Bahkan, banyak orang sudah meneliti sistem pembagian tanah tersebut.

Rumah adat Gendang orang Manggarai yang disebut Mbaru Niang di Kampung Ruteng, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Flores, NTT, dengan arsitektur yang unik, Selasa (22/3/2016).
Rumah adat Gendang orang Manggarai yang disebut Mbaru Niang di Kampung Ruteng, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Flores, NTT, dengan arsitektur yang unik, Selasa (22/3/2016). (KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR)
4. Arsitektur Rumah GendangRumah Gendang yang berbentuk kerucut menjadi daya tarik bagi arsitektur Indonesia dan dunia untuk meneliti bentuk warisan leluhur orang Manggarai dalam membangun rumah. Rumah adat Gendang orang Manggarai yang disebut Mbaru Niang selalu mengerucut ke langit.
Banyak peneliti asing dan Nusantara yang melakukan kajian terhadap bentuk pembangunan rumah orang Manggarai.
Orang Manggarai tidak mengenal seng melainkan mengenal Wunut atau Ijuk. Jadi, orang Manggarai sering menyebut rumah adatnya dengan sebutan Mbaru Wunut.
5. Waerebo
Waerebo adalah sebuah perkampungan yang berada di sebuah lembah. Waerebo merupakan sebuah perkampungan dengan Mbaru Niang. Saat ini orang menyebut Kampung Adat Waerebo karena keunikan rumah adat Gendang dari orang Manggarai.
Desa Wae Rebo berada di barat daya kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. (BARRY KUSUMA)
Kampung adat ini menjadi salah satu destinasi pariwisata unggulan di Kabupaten Manggarai karena perkampungan yang berada di lembah. Kampung ini bisa dijangkau dengan berjalan kaki.Ribuan wisatawan asing dan Nusantara selalu mengunjungi Kampung Adat Waerebo.
Ini merupakan warisan leluhur orang Manggarai yang disebut Mbaru Niang. Banyak peneliti asing, dan wisatawan Nusantara, fotografer, jurnalis selalu tertarik untuk melakukan perjalanan ke Kampung tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar