Loke Nggerang, apa hitu?
Loke Nggerang hitu gendang ata pande one mai loke de ata molas hiot bakok wekin agu rae wuk (nggera ) . Gendang hitu na' one mbaru Gendang Todo, Manggarai.
Ngasang te tu'ng ata molas ho' hi Wela Loe. Wela Loe hoo ata ine wai hiot molas........................... keta. Do ata nanang hia, mai one mai roeng rapi ropes wiga raja le istana. Hia ho'anak de darat. Raja Todo agu Bima manga niak te kawing agu hia Nggerang. Ogo hia. Paksa le raja. Raja Todo / Bima ngerek ise dalu Ndoso agu sangged roeng. Ota Ndoso so' deko hi Nggerang pake wase ajo. Haeng. Du deko le wase wunut to nganceng haeng. Wase ajo hitu silingn. Ai nggerang ho'anak de darat wiga perlu deko le wase rud (wase de darat).
Nggerang ogo te kawing agu Raja Todo.Maik Raja ga susung te mbele hia. Sisik loken te pande Gendang lain. Eme tebang gendang loke Nggerang denge lau Mori Bima.
Ata Todo, eme ngo lau Ndoso, nganceng beti / mata lain ise.
Menurut ise Todo,
Nggerang (Wela Loe) ho' ine wai molas teot lau mai wae Rangges - Ndoso.Hia loas hasil kawing de ine wai(darat) agu ata rona (manusia). Wajol molas,do keta ata ngoeng agu hia,termasuk raja Todo kole. Hia Nggerang manga nain agu Raja Todo. Du randang lingko Sombeng sili Todo Pongkor, Nggerang jadi paca /helang laing du randang lingko Sombeng ho'. Mbele du hitu hia. Loke tonin agu tukan ga pande gendang laing. Gendang Loke Nggerang (Wela Loe) ho' manga sili Todo,one mbaru adak Niang Wowang.
(Damian N. Toda,Manggarai mencari pencerahan Histografi,N.I Ende p. 304).
NB:
Apa hubungan tombo Nggerang agu:
- Rei'ng data tua' neka okek keba hang? Hang hitu manusia (Wela Loe / Nggerang).Oke hang=oke manusia.
- Tombo ireng (seki) uku Welo(neka hang Pake): Empo de uku Welo one mai Pake.(nggasan:Awang.Awang ho'ema diha Nggerang). Manga sekeng one Manggarai, duhu ru' pau' pake eta mai awang. Duhu ru /usang. Ema diha Nggerang eta mai beon, hi awang ngasangn.Toe hanang uku Welo (Maras Welo - one Wela, one Sano / Goloworok, one Maras - Belang turi, one Sama - Kuwus, One Senda - Lewur - Kuwus) landing uku iwod kole, neho rapang: uku Karot Lelak. One Karot Lelak, manga uku ata toe hang pake (pake lempang golo).
- Gendang te losi poti rantang darat? Ai gendang ho' (Wela Loe) pande one mai weki de darat agu manusia. Wiga eme denge runing weki rud (darat) bae lise. Kawe le weki rud lebi dia / bae daripada kawe lata.
Saya berasal dari Kabupaten
Manggarai Barat,Propinsi Nusa Tenggara Timur, Saya lahir dan dibesarkan
disebuah Desa terpencil [Desa Lumut,Kec.Kuwus, Kab. Manggarai Barat ] karir
Pendidikan Saya dimulai dari Tahun 1997-2003 di SDK Rewas kec.Kuwus. Tahun
2003-2006 di SMPK Ndoso Tentang, Tahun 2006-2009 SMA ST. Fransiskus Xaverius
Ruteng. Tahun 2010- Sekarang Mahasiswa di Universitas Dwijendra Denpasar.
REP
| 21 February 2013 | 13:52
116
0
Nggérang adalah gadis cantik yang
dilahirkan oleh seorang ibu bernama Hendang. Hendang
adalah makhluk yang berasal dari alam lain atau makhluk halus (dalam bahasa
Manggarai disebut kakartana, dan dalam bahasa
Jawa disebut peri). Ia aslinya berasal dari istana Pongkor Rangat, dibagian
atasnya terdiri dari onggokan batu-bartu besar seperti bukit batu, dan dibagian
bawahnya terdapat mata air yang dinamakan temek
waé mata alo (rawa-rawa mata air delapan) dekat Ndoso. Ia menikah
dengan seorang manusia biasa yang bernama Awang. Dengan
demikian putri Nggérang,
merupakan hasil perkawinan antara Awang dengan Hendang. Nama istri tersebut sama persis dengan nama anak wanita
pertama dari
Awang. Awang sebelumnya memiliki istri dengan nama Tana, dan memperoleh empat
orang anak, satu anak laki-laki yaitu Para, dan tiga anak wanita, yaitu Hendang
wanita pertama yang kawin dengan pemuda dari klan Wontong (Regho), wanita kedua kawin
dengan pemuda yang berasal dari klan Kuleh yang bernama Howok, dan wanita
ketiga kawin dengan pemuda yang berasal dari klan Pateng.
Kisah perjumpaan antara Hendang dan
Awang. Pada suatu musim tanam, istri Awang
yang bernama Tana (istri dari manusia biasa) menanam tebu di kebun yang bernama temek wae mata Alo (rawa-rawa dengan mata air delapan)
dekat dengan dusun Ndoso, sebanyak 8 (delapan) rumpun (Simon Samu,
Pongkal, 2005). Setelah
tebunya sudah cukup tua sekitar bulan Maret atau April, tebu tersebut sudah bisa dipanen. Sebagaimana
biasanya, tebu yang sudah siap dipanen, mengundang minat setiap orang yang
lewat di situ untuk mengambilnya. Demikian juga dengan makhluk yang berasal
dari alam yang lain, juga mengundang minatnya untuk mengambil tebu tersebut. Pada suatu ketika, pada hari Jumat tengah hari, dari 8 (delapan) rumpun tebu
tersebut masing-masing hilang satu batang, tanpa diketahui siapa yang
mengambilnya. Demikian
juga pada hari Jumat kedua, dari 8 (delapan) rumpun tebu tersebut masing-masing hilang
satu batang. Karena itu Awang pemilik tebu tersebut, ngo nggé (pergi menanyakan) kepada
orang-orang di dusun
Ndoso, namun tidak satu orang pun yang mengaku. Karena itu Awang pada hari
Jumat ketiga, tengah hari mengintip mungkin ada orang yang akan mengambil
tebunya lagi. Ternyata benar pada hari Jumat ketiga, tengah hari datanglah
seorang gadis yang kelihatan hanya bayang-bayangnya
saja, mengambil tebu satu per satu setiap rumpun, dan seketika itu juga Awang
maju mendekat. Ketika gadis yang kelihatan hanya bayang-bayangnya saja, hendak mengambil tebu pada
rumpun ke-8, maka seketika
itu Awang hanya spekulasi merangkul bayang-bayang tersebut, dan ternyata bayang-bayang
tersebut adalah sosok seorang gadis cantik jelita, yang tidak bisa menghindar. Ketika Awang menuntut pada gadis tersebut yang kondisinya sudah dalam wujud
seorang wanita cantik jelita untuk membayar tebu tersebut, malahan sang gadis
mengajak Awang untuk menghadap orang tuanya di istana Pongkor Rangat (bukit yang
terdiri dari batu-batu yang bernama Rangat) dekat dengan kebun tersebut. Awangpun tidak keberatan dan dari situ
mereka berdua berjalan bersama-sama menghadap orang tua sang gadis cantik
jelita di istana Pongkar Rangat. Ketika keduanya sampai di rumah orang tua gadis cantik
jelita di istana Pongkor Rangat, di hadapan orang tua
sang gadis, Awang menanyakan kepada bapak dari gadis tersebut, benarkah gadis jelita ini anakmu? Malah orang tua sang
gadis balik menjawab, gadis itu adalah istrimu yang bernama Hendang. Pongkor Rangat sehari-hari
dilihat sebagai bukit yang terdiri dari tumpukan batu-batu besar yang tidak
beraturan dan sangat sulit untuk dibongkar. Namun bagi Awang ketika itu dalam
penglihatannya masuk ke sebuah istana.
Berdasarkan jawaban dari Ayah sang
gadis jelita tersebut, Awang diterima dengan baik dan
diberi bantal duduk, namun bantal untuk duduk tersebut adalah seekor népa
(ular sawah). Orang tua Hendang meminta Awang untuk menikah dengan anaknya, dan untuk pasa
(mas kawin), harus membawa, manuk lalong sepang (ayam jantan berbulu
merah), ela raé (babi berbulu merah), dan mbé kondo (kambing
berbulu merah putih), masing-masing satu ekor. Setelah pasa (mas kawin)
berupa tiga jenis hewan tersebut di atas diserahkan, maka seketika itu juga
Awang tinggal bersama dan hidup sebagai suami-istri di Pongkor Rangat. Awang sejak
saat itu menghilang dari komunitas masyarakat Ndoso untuk beberapa bulan hingga
istrinya melahirkan anak pertama, dan diberi nama Nggérang.
Setelah orang tuanya tahu bahwa Hendang telah melahirkan
anak pertamanya, maka kemudian orang tuanya menyuruh mereka (Hendang, Awang,
dan anaknya) untuk kembali tinggal di dusun Ndoso bersama komunitas masyarakat
Ndoso. Hendang tinggal bersama dengan suami Awang dan anaknya di dusun Ndoso
tidak terlalu lama, hal tersebut disebabkan Awang melanggar hingga tiga kali yang
menjadi pantangan bagi istrinya Hendang.
terima kasih atas tulisanya...........
BalasHapussaya baru tau cerita yang sebenarnya....
#AtaRewas
terimakasi aatastulisnn, samgata bermanfaat. sukses selalu. tane
BalasHapus